Antara Pro-Kontra Pedagang Liar Kampus Kita

Tulisanini sebenarnya telah dimuat untuk surat pembaca media Gerbatama, tetapi disini aga lebih lengkap dari segi konten dan isi…selamat membaca dengan mata terang…

”Tisunya ka, korannya juga ka, atau permennya ka”. Ya, itulah kalimat yang sering mereka ucapkan ketika mereka menawarkan dagangan diantara penuh sesaknya kantin Fisip setiap harinya. Terkadang juga mereka bernada sedikit memaksa agar kita membeli dagangan mereka. Pun dengan mereka berwajah sedikit memelas untuk mendapat belas kasih dari kita. Memang benar, mereka adalah pedagang liar disekitar kantin kampus kita. Populasi mereka pun beragam, ada yang tua, ada juga yang muda, ada laki-laki, ada juga perempuan. Saya yakin, populasi pedagang liar itu bukan hanya di Fisip saja, fakultas lain pun juga seperti itu. Itulah yang saya lihat dan saya alami.

Paragraf diatas mungkin sudah menggambarkan permasalahan yang ada di kampus kita. Keberadaan pedagang liar bagi beberapa orang khususnya mahasiswa dianggap sebagai sebuah permasalahan dan harus ditemukan solusinya. Pun ada juga yang mengganggapnya biasa saja, dengan kata lain tidak ada masalah mengenai keberadaan mereka.

Bagi yang mengganggapnya sebagai sebuah masalah, alasan yang paling relevan ketika mereka banyak mengganggu aktivitas mahasiswa seperti saat sedang makan, diskusi ataupun aktivitas lainnya diluar kelas. Mereka terkadang berjualan memaksa, memelas seperti anak kecil yang tinggal ibunya. Ada juga yang beralasan mengenai suasana kampus yang menjadi tidak nyaman. Kampus menjadi kumuh (banyak dari mereka berpakaian lusuh dan tidak beralas kaki) dan juga sedikit rawan tindakan pencurian barang mahasiswa seperti telepon genggam (ada beberapa kasus yang menunjukkan).

Diantara pro pasti terdapat kontra. Kontra terjadi ketika keberadaan mereka bukan menjadi masalah bagi sebagian mahasiswa. Dengan kata lain, ada tidaknya mereka tak kan mempengaruhi hidup sebagian mahasiswa. Tetapi ada juga yang beranggapan keberadaan mereka justru membantu sebagian mahasiswa. Mereka perlu mencari tisu, koran ataupun barang lainnya, karena pedagang liar sudah menyediakan semua keperluan itu disamping ada juga yang merasa iba dengan mereka.

Ini sebuah permasalahan dilematis. Jika melihat peraturan kantin Fisip, disana tertulis bahwa tidak boleh ada pedagang liar yang berjualan. Peraturan ini mungkin untuk mencegah terjadi masalah yang terjadi diatas. Saya sendiri belum tahu mengenai peraturan fakultas lain mengenai keberadaan mereka. Terasa dilematis ketika ketika dikaitkan dengan jiwa sosial, mereka tampaknya perlu dibantu tentu dengan membeli barang dagangan mereka.

Ya, saya hanya berharap ada win-win solution mengenai keberadaan mereka terlebih sebagian dari mereka adalah anak-anak yang seharusnya bersekolah. Apapun itu, aturan mengenai mereka haruslah jelas dengan implementasi yang jelas pula. Semoga…

Jiwo Damar Anarkie

Ilmu Politik UI 2009

2 thoughts on “Antara Pro-Kontra Pedagang Liar Kampus Kita”

  1. ya kalo ingin mengatur mereka di UI, tinggal di kasih ID ijin berdagang di UI aja. ketauan memaksa, kita tinggal laporin ID nya, banned deh. kasih surat peringatan kek, larangan bedagang sekian hari, atau ga boleh dagang sama sekali.

    masalah barang ilang, udahlah, kita ga usah nyari kambing hitam kepada mereka yang dagang. kasian kan kalo terlalu menggeneralisasi para pedagang gara2 ada ulah segelintir.
    lo2 yang barangnya ilang, kurang waspada aja.

    Reply
  2. krg menarik gan, isu ini sbnrnya sdh dbahas.. sbnrnya memang tdk ada masalah yg cukup signifikan dgn kberadaan mreka.. loe nya aja kli yg krg nyaman dgn adanya mreka..

    UI kampus rakyat, siapapun dan dr SES manapun blh masuk slama tdk mengganggu ktertiban..

    universitas jgn djadikan mnara gading, yg hanya dihuni mahasiswa2 dan dosen2 yg berpikir pragmatis..

    Reply

Leave a Comment