Melakukan aktivitas di alam bebas seperti naik gunung, arung jeram, penelusuran goa, atau hanya sekedar camping akhir-akhir ini semakin diminati oleh banyak orang, khususnya kaum muda. Memotret pun menjadi salah satu aktivitas yang tidak dapat dihindarkan ketika bergiat di alam bebas. Banyak foto yang diambil namun tidak ada yang dipublikasikan, akhirnya sering membuat hasil dari jepretan kamera menumpuk di memori komputer. Menyadari pentingnya dokumentasi dalam berkegiatan di alam bebas membuat Mapala UI termotivasi untuk mengadakan Seminar bertajuk “Berkarya di Alam Bebas”.
Jumat, 4 April 2014 dirasa merupakan hari yang pas untuk mengadakan seminar tersebut. Selain karena termasuk ke akhir minggu, seminar ini juga dapat menjadi obat stress bagi mahasiswa yang sedang menjalani ujian tengah semesternya. Pembicara yang mengisi seminar merupaka professional di bidangnya, sebut saja Cahyo Alkantana, sebagai pembicara pertama, yang merupakan seorang videografer di National Geographic dan BBC Knowledge. Selain Mas Cahyo – begitu kami menyapanya – sebagai pembicara kedua ada Tantyo Bangun, yang juga merupakan anggota Mapala UI dengan nomor anggota M-335-UI. Bang Tantyo merupakan editor in chief pertama dari National Geographic Indonesia dan salah satu pendiri dari bangunmedia.com dan greenweb.id
Dalam seminar “Berkarya di Alam Bebas”, Mas Cahyo mengatakan bahwa dalam sinematografi alam bebas, yang terpenting adalah SEA: Scientific, Education, and Adventure. Maksud dari scientific adalah video itu harus memiliki pembahasan ilmiah, video tersebut harus mendidik (education), dan mengandung unsur petualangan (adventure). Hal serupa juga disampaikan oleh Bang Tantyo. Beliau mengatakan bahwa dalam melakukan fotografi di alam bebas, kita harus bisa menyampaikan pesan dari foto tersebut, apakah untuk tujuan konservasi, menghindari perburuan, atau hal yang lain. Namun ada hal yang perlu diperhatikan mengenai lokasi pengambilan foto ataupun video. Fotografer dan videographer tidak dapat seenaknya menyebutkan lokasi pemotretan, terkait dengan kelangsungan hidup flora dan fauna di lokasi tersebut. Pada intinya, dalam pendokumentasian alam bebas, dibutuhkan keuletan dan totalitas, dan kemauan yang keras. Sehingga, pendokumentasian yang dilakukan dapat bercerita ke orang lain. Tapi, jangan lupa juga dengan nilai-nilai etika yang harus selalu dipatuhi.
Meski sibuk dengan ujian tengah semester, mengikuti seminar ini tidak ada ruginya. Karena selain mendapat materi-materi dan pengalaman baru dalam mendokumentasikan kegiatan di alam bebas, juga ada doorprize kejutan yang diberikan oleh Mas Cahyo. Terdapat empat doorprize yang diberikan secara cuma-cuma kepada peserta seminar yang mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh Mas Cahyo atau Bang Tantyo. Hadiahnya berupa telusur goa di Goa Jomblang, Yogyakarta, perjalanan ke Merapi, diving di Tulamben, Bali, dan terbang selama satu jam di atas kota Yogyakarta. Kapan lagi ikut seminar bisa dapat hadiah traveling?
Selain seminar, acara yang dilakukan oleh calon anggota BKP Mapala UI 2013 ini juga mengadakan pameran foto pada Rabu, 2 April 2014 sampai Jumat, 4 April dengan tema “Pesona Keindahan di Ujung Timur Pulau Jawa”. Pameran foto ini berisi foto-foto yang merupakan hasil dari perjalanan panjang badan khusus pelantikan (BKP) 2013 di Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi pada 25 Januari 2014 sampai 9 Februari 2014. Selain sebagai bentuk pertanggungjawaban dari perjalanan panjang yang telah dilakukan, pameran foto ini diharapkan dapat memicu pengunjung pameran untuk melakukan aktivitas luar ruangan dan juga melakukan pendokumentasiannya.
Ridwan Hakim (M-863-UI) selaku Ketua Mapala menyampaikan rasa bangganya terhadap jerih payah dan usaha yang telah dilakukan oleh calon anggota pada persiapan hingga akhirnya output berupa pameran foto dan seminar dapat terlaksanana. Ia juga berharap seminar ini bisa semakin memacu semangat banyak orang untuk terus berkarya di alam bebas.