Bop-Berkeadilan yang Tidak “Berkeadilan”

Opini ini saya angkat dari hasil pengamatan saya terhadap bop dan up yang diterima oleh beberapa orang teman seangkatan saya di fakultas ilmu *******r

Seorang teman saya pernah bercerita ketika pertama kali dia mengetahui bahwa dia diterima di UI, dia langsung khawatir dengan biaya kuliah di fakultas ilmu *******r yang biaya persemesternya 7,5 juta dan uang pangkal yang harus dibayar adalah sebesar 25 juta. Ketika dia mengkonsultasikannya dengan seniornya, seniornya pun menjelaskan bahwa angka tersebut hanya angka maksimal bagi yang mampu membayar penuh. Dan angka tersebut hanya di dapat bagi mahasiswa yang penghasilan orang tuanya di atas 25 juta per bulan. Kata-kata seniornya tadi benar2 sangat membesarkan hati teman saya tersebut. Karena dia sangat khawatir jika diharuskan membayar penuh, karena walaupun penghasilan orang tuanya setengah dari default penghasilan untuk membayar penuh, tanggungan orang tuanya sangat berat, 5 orang anak yang masih bersekolah dan kuliah. Maka dengan semangat teman saya tersebut mengajukan bop berkeadilan dengan harapan dia hanya perlu membayar sesuai dengan kemampuan orang tuanya. Tapi ketika keputusan bop-b itu dikeluarkan, angka2 yang harus dibayarkan teman saya membuat dia terkejut. Bop 5 juta per semester dan up 20 juta.

Miris sekali saya mendengar cerita teman saya ini, untuk memenuhi biaya2 tersebut orang tuanya harus menguras tabungannya dan sedikit berhutang.

Seorang teman saya yang lain, penghasilan orang tuanya hanya sedikit lebih besar dari teman saya yang pertama dengan tanggungan 2 orang anak. Tapi dia harus membayar up penuh dan bop 5 juta per semester.

Seorang teman saya yang lain yang penghasilan total orang tuanya sekitar 1/6 dari default penghasilan untuk membayar penuh dengan tanggungan 2 orang anak mendapat bop 2 juta dan up 8 juta.

Bukan saya terlalu perhitungan atau bagaimana, tapi saya hanya ingin menilik masalah ini dari sisi berkeadilan yang di koar-koarkan dalam sistem bop-b oleh UI ini.

Jika kita logikakan berdasarkan penghasilan orang tua tanpa memperhitungkan jumlah tanggungan anak,

Penghasilan = ½ default, seharusnya mendapat bop 3,5 juta dan up 12,5 juta, total == 16 juta

Penghasilan = 1/6 default, seharusnya mendapat bop 1,25 juta dan up 4,2 juta, total == 5, 42 juta

Betapa angka2 tersebut sangat jauh dari kenyataan. Bahkan info yang baru beberapa hari lalu saya dengar, default penghasilan orang tua untuk membayar penuh adalahah 77 juta per bulan (sumber: Harry Setyono DPM UI periode lalu). Waw.. terbayangkah oleh anda berapa uang kuliah yang seharusnya dibayarkan oleh teman2 saya jika angka 77 juta itu benar. 13 juta dan 4 juta itu sangat jauh dari 77 juta, tapi 25 juta dan 10 juta itu sangat dekat dengan 32,5 juta. Emang sih ngga segampang itu ngitungnya.. ada matriks-matriks yang memang harus diperhitungkan dan ada rumusnya. (hanya anak kesma yang ngerti, saya tidak :P) Tapi kebayang kan?

Sekarang Anda pasti mengerti dimana letak ketidakadilan yag saya maksud ini. Mengapa pihak rektorat tidak transparan mengenai hal-hal seperti ini? Mengapa hasil keputusan bisa begitu dekat dengan batas maksimal sedangakan batas maksimal sangat jauh Dari default penghasilan?

Mungkin bagi teman2 yang merasa mampu dan tidak bermasalah dengan biaya kuliah yang harus orang tua teman2 bayarkan ini bukan masalah, bukan juga urusan teman2. Tapi bisakah teman2 bayangkan orang tua teman2 kita yang memang kurang mampu jika harus membayar angka2 tersebut juga harus memikirkan biaya hidup anak mereka selama menuntut ilmu di kampus kuning ini?

Pernah suatu kali saya berkenalan dengan seorang wanita di stasiun manggarai yang kebetulan sejurusan dengan saya. Dia bertanya, “Mbak kuliah di mana?”

Dan saya hanya menjawab nama daerah tanpa menyebutkan merek, kebetulan mbak yang tadi agak nyolot, dan menanyakan merek. Dengan agak terpaksa saya pun menyebutkan merek kampus saya yang kuning ini. Kontan dia langsung berkomentar,” wah, mahal kan ya..”

Cess.. dalam hati saya merasa, betapa kampus kuning yang sangat terkenal ini, kemahalan biaya kuliahnya juga sangat terkenal.

CMIIW

13 thoughts on “Bop-Berkeadilan yang Tidak “Berkeadilan””

  1. Katanya anggaran pendidikan 20%. Tapi biaya kuliah masih mahal.

    Katanya sekolah gratis. Tapi masih ada iuran BP3, uang buku, seragam, dan biaya lain-lain yg tidak terjangkau.

    Tanya kenapa? Karena salah pilih presiden kali 😀

    Reply
  2. hmm.. bentar agak engga ngerti dengan kata-kata disini. default itu maksudnya apa? dari pemahaman tulisan ini bukannya default makin tinggi which means seharusnya uang kuliah dan up lebih rendah?

    btw ui dibandingin itb , ugm bukannya lebih murah yah?

    Reply
  3. ya ya ya… Menurut kak J**a (mantan FIB 07), kalo UP n BOP yg ditagih stelah pengajuan keringanan msh kemahalan, ajuin lg aja,,

    Reply
  4. “Mengapa hasil keputusan bisa begitu dekat dengan batas maksimal sedangkan batas maksimal sangat jauh Dari default penghasilan?”

    kayanya saya salah ketik 😀

    maksud saya kaya gini: Mengapa hasil keputusan bisa begitu dekat dengan batas maksimal sedangkan penghasilan orang tua mereka sangat jauh Dari default penghasilan?

    sorriiii..

    @inu
    maksud saya dengan default disini adalah batas penghasilan tertinggi sehingga mahasiswa tersebut harus membayar penuh. jadi yang penghasilannya dibawah default (yang katanya 77 juta itu) boleh mengajukan BOP-B

    nah.. menurut teman2 bagaimana?

    Reply
  5. Selamat Pagi..
    dengan segala hormat mohon untuk panitia penyeleksian BOP-Berkeadilan ditingkat Fakultas maupun orang2 yang terkait didalamnya mulai dari Kesma BEM UI sampai Kesma Fakultas2 agar dilakukan dengan SEADIL-ADILNYA karena banyak calon mahasiswa yang terancam MUNDUR/ TIDAK DAPAT MEMBAYAR KULIAH karena hasil penyeleksian BOP-BERKEADILAN tingkat UI sudah ADIL, banyak calon mahasiswa yang kurang mampu yang meminta KERINGANAN menerima keputusan hasil seleksi dengan MEMBAYAR PENUH, haruskah mereka MENGURUNGKAN NIATNYA LAGI UNTUK KULIAH DI UI?????
    Sekali lagi yang untuk yang membaca tuilisan ini mohon hal ini ditanggapi dengan SANGAT SERIUS, jangan KECEWAKAN ribuan Anak Bangsa Indonesia atas UI dengan adanya “BOP-BERKEADILAN” yang katanya “ADIL”.
    Terimakasih..

    Reply
  6. wah.. beberapa teman saya malah ketinggian dapet bop-upnya..
    malah ada yang ga terupdate sama sekali (ngajuin keringanan tapi tagihannya tetep full, kasian T_T)

    Reply
  7. selamat siang ..
    kebetulan sekali saya membaca posting ini .
    karena sesungguhnya saya adalah salah satu calon mahasisiwi UI yang merasa kurang adil dengan bop-berjkeadilan yang ditetapkan oleh UI .

    penghasilan orang tua (ibu saya seorang single parent) hanya 1/5 dari UP sebesar Rp. 10.000.000. dan UP tersebut sama sekali tidak berkurang setelah saya mengajukan permohonan keringanan.

    setelah itu saya mencoba lagi untuk mengajukan keberatan atas keputusan itu, pasalnya berita yang saya dengar, teman saya yang diterima di FK hanya mendapat UP sebesar Rp. 12.500.000 .
    cukup murah untuk sebuah fakultas terbaik di UI !

    masalahnya sekarang adalah, batas akhir pembayaran UP dan BOP tersebut paling lambat tanggal 11 Mei .
    dan saya masih harus menunggu keputusan yang kedua sampai besok.

    saya khawatir permohonan yang kedua saya juga tidak mendapat keringanan Lagi, oleh karena itu, apakah yang harus saya lakukan untuk hal tersebut ?

    Reply
  8. Selamat siang..
    saya salah satu calon Mahasiswa UI 2009
    saya lumayan kecewa dengan keputusan BOP-Berkeadilan UI.

    banyak dari teman saya yang complaint atas keputusan tersebut.

    UP dan BOP yang ditentukan tidak diputuskan dengan adil (menurut pandangan saya).
    tidakkah prosedur keringanan yang telah dikirim pada awal pengajuan keringanan dibaca teliti lagi.

    penetapan biaya sepertinya hanya di jadikan sama untuk mahasiswa dalam satu fakultas.
    saya sanksi kalau berkas keringanan diteliti atau bahkan tidak dibaca?

    saya harap kedepan BOP-Beerkeadilan dapat lebih transparan dalam menentukan biaya pendidikan di UI dan lebih adil

    Reply
  9. sebagai salah satu anak UI fakultas ******i, penghasilan saudara kandung (ortu udah gak ada) di bawah 1,5 juta, awalnya juga khawatir namun pihak fakultas dan BPM fakultas dapat berkomunikasi dengan baik sehingga saya dan teman-teman yg biasa atau kurang dari segi ekonomi dapat mengajukan keringanan dengan signifikan dan alhamdulillah dengan jaringan ILUNI fakultas yang baik memberikan bantuan dengan ikhlas sehingga saya dan teman-teman mengapresiasikan dengan baik dekanat fakultas…ya mungkin di fakultas lain berbeda ya…

    Reply
  10. Saya hanya menyarankan alangkah lebih bijak kalau hal-hal seperti ini diselesaikan secara kepala dingin sesuai dengan prosedur yang disediakan. Saya jadi khawatir diskusi dari anak UI seperti ini sendiri yang membuat citra UI menjadi buruk. (kalau tidak dari mana lagi)

    Setahu saya banyak juga mahasiswa yang diberikan kemudahan dengan mendapat BOP sesuai dengan kemampuan keluarga.

    Selain itu sebagai mahasiswa kita juga harus kritis pada berbagai permasalahan yang diangkat, apakah kita sebagai mahasiswa ini malah menjadi alat untuk beberapa mahasiswa yang mencoba mengakali sistem untuk dapat membayar dibawah kemampuannya.

    Sebagai mahasiswa UI juga kita tentunya merupakan insan2 yang menghargai pendidikan, yang rela berkorban untuk mendapatkan pendidikan berkualitas dibandingkan memenuhi nafsu konsumsi (ganti handphone, dll)

    Reply

Leave a Comment