Buntut Kebijakan Sistem “BERKEADILAN”

Kebijakan sistem pembayaran Biaya Operasional Pendidikan (BOP) “berkeadilan” yang sarat pro-kontra di awal, terbukti masih berlanjut hingga saat ini. Polemik demi polemik mengiringi realisasi sistem “berkeadilan” ini. Musim pendaftaran ulang mahasiswa baru angkatan 2008 untuk jalur Ujian Masuk Bersama (UMB) dan PPKB sudah selesai. Kericuhan bermunculan di fakultas-fakultas. Kericuhan bermula karena ketidakpuasan mahasiswa baru dengan hasil pengajuan keringanan yang mereka inginkan, atau lebih tepatnya, yang orang tua mereka mampu bayarkan. Hal ini tentu saja menuntut kita untuk berpikir ulang, bagaimana realisasi sistem “berkeadilan” ini di lapangan?

Fakta-fakta kasus akan kami paparkan khusus dalam tulisan lain, bukan di sini. Kali ini, kami hanya ingin memetakan masalah-masalah yang muncul sebagai buntut kebijakan sistem pembayaran BOP di tahun ini.

Sebenarnya, kalau kita mau ungkit-ungkit lagi, apa yang membedakan sistem baru ini dengan sebelumnya? Secara fundamental tidak ada!. Apalagi hingga bisa sesuai dengan tujuan tertulis di Surat Keputusan; agar setiap orang bisa membayar sesuai dengan kemampuannya – orang kaya bayar mahal, orang miskin bayar murah –. Bukankah yang demikian sudah diterapkan sebelumnya. Bedanya adalah, jika sebelumnya mahasiswa miskin maksimal membayar BOP antara Rp1.250.000 – Rp1.500.000, sekarang, dengan sistem yang baru, angka itu bisa menjadi nilai minimum, atau bahkan lebih. Karena rentangnya menjadi Rp100.000 – Rp5.000.000 / Rp7.000.000. Yang menjadi korban adalah mahasiswa dari kalangan ekonomi menengah. Belum lagi kalau kita mengevaluasi matriks yang menjadi “formula” penentu berapa besar biaya yang harus dibayarkan. Banyak kelemahan dan point penting yang tidak ter-cover, seperti, mahasoswa yang orang tuanya sudah meninggal, baik satu bulan yang lalu, satu tahun yang lalu, sekalipun dia adalah seorang pegawai negeri, itu tidak akan ada bedanya. Begitu juga orang tua mereka yang pernah operasi karena sakit keras. Point itu tidak ada dalam matriks. Tentu yang demikian tidak akan memberikan hasil yang memuaskan, apalagi jika tanpa ada proses wawancara.

Banyak lagi sesungguhnya kelemahan yang ada. Walhasil, stigma yang menempel adalah bahwa UI sekarang MAHAL!. Stigma itu bukan tanpa bukti, dibeberapa fakultas yang sempat didapatkan datanya, jumlah mahasiswa baru yang tidak mendaftar ulang menunjukkan angka yang sangat fantastis! Di Fasilkom ada 32 mahasiswa baru yang tidak mendaftar ulang, FKM 100 mahasiswa, MIPA 200 mahasiswa, FISIP 113 mahasiswa. tentu, data dari fakultas lain tidak akan berbeda jauh. Suatu angka yang tidak kecil, bukan? Apakah ini ada hubungannya dengan sistem “berkeadilan” tersebut? Saya kira iya!.

Tidak bisa kita menerima cerita rektorat, bahwa mereka sudah berhasil menjemput mahasiswa dari pelosok sana, yang akhirnya dibebaskan semua biaya pendidikan, sebagai pembenaran atas kebijakan BOP yang baru ini. Tidak signifikan jika dibandingkan dengan jumlah total yang tidak mendaftar ulang.

Lalu kita bertanya, bagaimana dengan BEM UI? Ke mana mereka dengan kasus seperti ini? Apakah mereka malu bersuara lantang ke rektorat, karena mereka dan beberapa lembaga formal lainnya yang merancang sistem “berkeadilan” ini? Kami tunggu aksi solidaritas kalian, teman-teman BEM UI! Jangan hanya bisa jadi penyambung lidah rektor (at)!

37 thoughts on “Buntut Kebijakan Sistem “BERKEADILAN””

  1. Memang berkeadilan bagi rektorat belum tentu adil bagi para orang tua mahasiswa baru. Alhasil banyak orang tua yang takut memasukkan anaknya ke UI. Bagi mereka biaya masuk UI itu MAHAL.

    Reply
  2. saya setuju dengan pendapat di atas, karena saya adalah salah satu korban dimana sistem BOP berkeadilan tidak benar” adil…
    orang tua saya harus membayar 3.500.000 per semester padahal ayah saya sudah pensiun…
    saya mengharapkan BEM UI menelaah dengan seksama. Jangan hanya melihat apa yang dimiliki…
    Tapi seharusnya melihat kondisi keluarga saat ini…
    dulu kondisi keluarga saya dapat membiayai, tapi itu 4 tahun lalu…
    lalu bagaimana nasib adik saya dan orang tua lain…
    diharapkan solusi yang diberikan benar” berkeadilan…
    kasihan orang tua mahasiswa baru…

    Reply
  3. banding2….banding2….
    advokasi…. advokasi….
    keadilan???? benarah adil?
    UI murah kok?– ngayal mode

    just in case.gw nemu beberapa kejadian dari temen2 di bebrapa fakultas:– secret — tapi umum

    1.dapet cerita bahwa temen gw waktu wawancara ortu salah satu maba untuk keringanan/beasiswa kataN rektorat, dia ditawarin untuk maen “belakang”. tanpa tahu motivasi ekonomi atau emang suka kolusi ^_^

    2. kata seorang dosen: ciri2 orang butuh keringanan salah satuN ialah menerima nasib & tidak kuasa melawan kekuasaan— kesimpulanN: temen2 yang diem2 kayak gini nih yang harus dicari dibantu oleh temen2(gak cuman oleh temen2 kemaha, tapi ama temen mahasiswa yg lain juga).
    orang2 yang ngomel dan melawan sebenarnya orang yang mampu tapi dalam batas tidak mampu juga(ekonomi menengah red). orang mampu duit kurang dikit mah biasa ^_^

    3. terjadi demo di ui– yang keliatanN dimotori (diprovokasi kata kasarN) oleh bapak dari mahasiswa t****k ^_^v. gara2 demo gak jelas, adik gw ngikut2 gak jelas jadiN mo ngajuin keringanannya T.T —- untungN dapet janji2 lagi deh untuk bisa keringanan (tahu asli apa palsu)

    banding2….. banding2……
    adovokasi advokasi
    hidup kampus rakyat…

    nb:

    —teman-teman BEM UI! Jangan hanya bisa jadi penyambung lidah rekto—-
    kata2 ininih yag tadi hampir persis di omongin ama bapak waktu edwin mampir k sana. kok sama kayak tuisan penulis. jangan2….. heheheh ^.^

    Reply
  4. di kasi komen begini juga kaga ada ngaruhnya juga,, banyak komen juga ga akan ada perubahan uang pangkal ato BOP,, kaya ada peribahasa “Anjing melolong kita sambitin”,

    yang kaya makin tajir ,,, yang miskin tambah susah dan ditindas,,
    hidup orang kaya….
    hidup orang miskin….
    hiduplah Indonesia Raya….

    Sekian.

    Reply
  5. woi, kalian yang ngomongin masalah kayak ginian,, gua mau tanya,,
    emangnya yang kalian bela itu siapa?
    trus, apakah kalian punya data secara pastinya,, jangan asal ngomong, “banyak mahasiswa…” siapam mahasiswa itu, berapa jumlah mereka, jangan2 itu memang sedikit, truz dibesar-besrin doank,,,

    Apaan siy, kayak g ada kerjaan aja,,
    kuliah aja yang benar,,,

    Reply
  6. nah, ini ni, comment temen yang di atas gua ini yang tidak punya rasa sosial…!!

    Mas, gua kasi tau ya, justru keadaan yang mas bilang, “jangan2 itu memang sedikit”, adalah efek dari kebijakan sejak dulu, sehingga dengan sendirinya terjadi filterisasi level ekonomi, artinya, secara alami, mahasiswa dari kalangan kaya berani masuk UI, sedangkan dari ekonomi kurang beruntung jadi keder.

    Kejadian ini berlangsung sejak 1999 hingga sekarang. Walhasil, kalau kita bicaranya sekarang, seolah2 mereka yang miskin jadi minoritas dan tidak pantas dibahas lagi…

    Kejadian ini jelas2 melanggar UUD 1945 bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan yang layak…

    Reply
  7. ada pribahasa dari barat yg bilang :

    ” di dalam orang main biola, di luar orang kedinginan”

    mungkin diskusi merupakan salah satu cara untuk kita membantu teman teman maba kita .

    tapi jangan cuma diskusi saja .

    harus ada AKSI NYATA yg jelas .

    Reply
  8. bener” musti ada aksi nyata yang jelas…

    kalo masalahnya perlu diangkat itu perlu…
    karena makin banyak sekarang mahasiswa yang tidak perduli dengan yang lain, lebih mementingkan diri sendiri..

    Reply
  9. hmm…
    ini dia nih kebijakan om rektor kita…

    ngapain sih om…
    om gak tau image UI sekarang kayak apa???

    mahal om.
    sebuah media depok beberapa hari yg lalu pun menyebutkan, Biaya UI naik lima kali lipat om..
    itu di headlinenya.

    belom yg di tipi, om..

    jangan salahkan siapa2 om, kalau sedikit lagi UI sama saja dengan swasta bergengsi lainnya…
    mending mereka masuk sana saja,,

    hati2 om, UPH (pelita harapan siap menyusul)..

    om, mau,, yg seharusnya anak bangsa yg cerdas masuk UI migrasi ke luar negeri, gara2 biaya di UI sama saja….

    salam, om..

    Reply
  10. setuju ama pecinta coklad,,
    kita perlu aksi nyata!!!
    denger2 BEM UI akan menginisiasi itu,,,
    mari kita tunggu kejantanan BEM UI !!
    sudah lama kita tunggu kuku taring BEM yang disinyalir tumpul itu!!!

    mari, saya siap bergabung!!
    kalo perlu biar diliput sekalian sama media2 nasional!!

    pesan buat ustadz gumilar!
    “buat UI koq coba2!!”

    remember this!

    Reply
  11. Woi Ui lihat saya…

    orang tua saya dua-duanya pensiunan, tapi saya masih diganjar BOP 7,5 juta!!!

    gimana sih dekannya??? mau naik haji apa???

    sekarang saya lagi mempertimbangkan untuk masuk univ swasta yang lebih RASIONAL

    biar sadar UI akan perbbuatannya yang keterlaluan…

    Reply
  12. banding………………..
    adovokasi…………………..
    nih bisa pertaruhan bagi BEM2 FAKULTAS, tunjukan taring2 perjuangan anda…

    Reply
  13. berarti temen2 sekalian pada siap ni kalo ada aksi nyata mprotes kelakuan dekanat beberapa fakultas dan rektorat kite?

    oke kalo gitu…bungkusss

    Reply
  14. Hari ini, tepatnya siang tadi, BEM UI mengadakan aksi orasi di stasiun UI. Agenda utamanya, katanya, mengungkap penyimpangan implementasi daripada sistem BOP yang baru saja diujicobakan tahun ini.

    Pertama, saya salut. Tapi, kedua, saya agak miris melihat aksi tersebut. Mengapa? Aksi itu tidak bisa menyentuh susbtansi persoalan -kalo tidak bisa dibilang useless-. Karena persoalan utamanya terletak pada sistem BOP berkeadilan itu sendiri. Pada hakikatnya sistem trial and error itu penuh kelemahan di sana sini, sehingga, rentan dengan praktik2 penyimpangan oleh oknum, baik secara individu maupun komunal!

    Kenapa BEM tidak langsung saja menyentuh point utama dari masalah ini? Ini bisa dipahami sebab sitem BOP berkeadilan adalah buah tangan BEM UI dengan beberapa lembaga formal lainnya. Sehingga, tidak mungkin donk mereka menelan ludah sendiri…?

    Dari situ, kita melihat ketidakjelasan arah gerakan BEM UI! Apa yang dibela, siapa yang diperjuangkan, dan kemana tujuan perjuangan itu bermuara, sungguhlah absurd!!!

    Semoga ini tidak terulang di tahun2 berikutnya. Cukuplah kiranya, 2008 menjadi masa terkelam daripada perjalanan BEM UI !!

    Sekian.

    Reply
  15. Tulisan yang apik. Memang benar, ada poin-poin penting yang nampaknya belum di-cover oleh matrix yang diterapkan dalam sistem BoP berkeadilan. Tidak dapat dipungkiri juga terjadinya penyimpangan di lapangan.

    Tapi,tanpa bermaksud menyinggung mereka yang kurang beruntung, semahal-mahalnya UI, tetap lebih murah dibandingkan PTN yang dianggap dalam kaliber yang sama.

    Inilah refleksi dari carut-marut yang melanda segala aspek kehidupan di negara kita yang tercinta, tak terkecuali bidang pendidikan.

    Di satu sisi, mahasiswa kadang kala dalam proses kuliah sehari-hari memiliki tuntutan (yang patut dipenuhi), seperti kualitas dosen yang lebih prima dan berkomitmen serta perbaikan fasilitas-fasilitas tertentu.

    Untuk menjamin terpenuhinya tuntutan-tuntutan tersebut, maka dibutuhkan biaya. Di sini muncul dilema: UI yang selama bertahun-tahun dipandang sebagai flag-carrier pendidikan bangsa, institusi yang terbuka bagi siapa saja, dari lapisan ekonomi paling rendah hingga yang paling tinggi, UI yang selalu dipadankan dengan slogan “Kampus Rakyat” butuh biaya untuk maju dan menjadi yang terbaik.

    Bangsa Indonesia? Most of us just aren’t that damn wealthy.

    Lucunya, dengan pertambahan biaya yang rentangnya masih sangat, sangat jauh dari ITB, UGM, UNPAD, dll, persepsi yang timbul dari pemberitaan di media massa adalah bahwa UI itu TERMAHAL!.

    Apakah di kampus lain, aksi-aksi protes sebanyak di UI? Tidak.

    For God’s sake, mereka bayar per SKS padahal.

    Yang ingin penulis sampaikan adalah: walaupun biaya, bagi kalangan-kalangan tertentu bertambah mahal. Janganlah berkeluh-kesah seolah-olah hari esok langit runtuh. Pernah ada dosen saya yang berkata: Tidak pernah UI menolak mahasiswa yang diterima karena kurang mampu. Kalau mengutip Rizal “kampanye terselubung menjijikan” Mallaranggeng: ‘When There Is Will There is A Way’.

    Carilah beasiswa yang ada di UI! Berikanlah penemuan mengenai kekurangan pada sistem BOP berkeadilan dengan riset (seperti yang nampaknya telah dilakukan oleh penulis artikel ini)! Ada banyak jalan untuk membuat kampus UI ini, terjangkau bagi semua orang dan terangkat kualitasnya secara bersamaan!

    Bagi penulis pribadi, hal lain yang perlu diamati adalah tidak transparannya sistem ini dan akuntabilitas dari pihak rektorat untuk mempergunakan pendapatan yang diterima dari mahasiswa agar worth it (contoh buruk: kandang rusa, walaupun temen gw ada yg sok kritis tp pas lewat malah “Liat yuuk”).

    Yah, malah bacot deh haha
    -R

    Reply
  16. hehehe…
    Imut… anak BEM yah… hehe..
    kadang mengakui kesalahan itu akan terasa indah. Jangan terus membusungkan dada merasa diri paling benar. Hehe..

    BEM UI kehilangan arah pergerakan. Kemarin di stasiun UI mereka menghujat Sistem yang mereka ciptakan sendiri,,,
    Itu tobat atau topeng??? sekali lagi.. hehehe…

    Rosi, anak HI. Apa yang kau tulis sudah benar. Jangan takut.

    Reply
  17. wah wah wah…
    sistem yang bernama berkeadilan ini ternyata tidak adil…
    siapa yang harus disalahkan??
    Kita semua!
    Kita semua:
    -yang udah ngelakuin sesuatu
    -yang belom ngelakuin apa-apa
    -yang gak mau ngelakuin apa-apa
    -yang tahu tapi diem
    -yang gak tahu dan ga mau tahu
    tentang permasalahan sistem BOP yang “berkeadilan” ini…
    ok??
    siap??
    tamparlah diri kalian masing-masing!!(gw juga)
    *plakkk!!
    sakit kan??
    *makanya jangan diulangi…
    hahaha

    Reply
  18. BEM UI demo rektor(at)???
    masalah BOP…
    lho???
    udah tobat toh???

    Bagi semua pembaca, saya sarankan cari dan baca semua tulisan dari anak2 BEM UI yang isinya memuja2 kenaikan BOP yang akhirnya memakan korban ratusan anak bangsa. Baca juga umpatan BEM UI kepada kelompok yang menentang kenaikan itu. Dan sekarang apa yang terjadi???
    Adakah kata yg lebih pantas daripada “penghianatan dan kemunafikan”???

    Reply
  19. buat #21 tanggepan gw soal demo itu…
    gw rasa…
    gw kasian ama mereka
    keliatannya mereka jungkir balik
    dengan kelompok2 mereka doank

    buat #22 gw ga mau ahh
    jelek2-in orang
    gw sendiri kemaren2 ga ngelakuin apa2 soalnya dengan masalah BOP ini…
    gw blank

    Reply
  20. memang paling nikmat rasanya kalau melimpahkan kesalahan pada orang lain..
    #23 gw setuju..sama gw juga blank!!
    yang bisa gw lakuin hanya nemenin adek sepupu yg nangis2 dateng kerumah karena bingung cari keringanan padahal dah keterima di UMB UI..
    kasian anak UI..
    “hidup segan, mati tak mau..”

    Reply
  21. berarti aksinya FMMN yang di asrama berbulan2 yang lalu yang sempat ‘dipertanyakan’ oleh bem ui itu mungkin sekarang terdengar rasional.

    OOT: si dunia keputer balik itu nampar dirinya dimana2. elu masochist ye?

    Reply
  22. beberapa poin yang gw agak bingungin adalah knapa BEM UI malah aksi menentang sistem yang mereka ciptain sendiri?

    setau gw (silahkan diperbaiki kalo salah) sistem BOP berkeadilan ini diajuin sama BEM UI dan perwakilan lembaga” kemahasiswaan di tiap fakultas beberapa bulan lalu sebagai upaya ‘pemecahan’ terhadap wacana rektorat yang awalnya berencana naikin biaya semesteran yang tadinya 1,3 juta jadi 1,6 juta buat smua mahasiswa.
    nah karena adanya anggapan bahwa gak smua mahasiswa mampu membayar 1,6 juta per semester, diajuin lah sistem BOP berkeadilan sama BEM UI dan unsur” kelembagaan kemahasiswaan di UI dan fakultas”.

    agak berbeda pendapat dengan sodara rosi, gw rasa BEM UI bukannya jadi penyambung lidah rektorat, toh ini sebuah sistem yang mereka buat sendiri (yah sedikit banyak mereka juga terlibat dalam pengambilan keputusan penerapan sistem ‘berkeadilan’ ini), jadi sudah seharusnya mereka juga setuju sama sistem ini, karena mereka juga yang menciptakan.

    kalo di lapangan ada penyimpangan, harusnya BEM UI juga ikut bertanggung jawab sama akibat” buruk dari penerapan sistem ini, bukannya malah ngedemo rektorat memprotes masalah sistem yang mereka ciptain ini.

    malah lucu kan skarang BEM UI memprotes sistem yang dibuat mereka sendiri?

    #17
    gw setuju sama lo. ITB, UGM dsb biaya pendidikannya (atau ya seengaknya biaya masuknya) jauh lebih mahal daripada di UI tapi knapa gak ada (atau kalopun ada, gaungnya gak sekedengeran UI) yang protes mengenai biaya pendidikannya?
    mau bukti? sistem USM di ITB yang biayanya ampun-ampunan mahalnya itu buktinya bertahan bertaun-taun. bahkan dari taun ke taun biayanya selalu naik.
    kenapa mereka bisa begitu?
    ya ini karena mereka tidak terbebani sama predikat ‘kampus rakyat’!

    gw pribadi rasa posisi UI cukup dilematis. di satu sisi, sebagai Universitas yang membawa nama bangsa, sudah seharusnya menjadi patokan mutu pendidikan di Indonesia, yang berarti harusnya menjadi yang terdepan dalam soal kualitas di level universitas di Indonesia, tapi nyatanya skarang UI cuma menduduki peringkat ketiga di jajaran peringkat universitas di Indonesia, di bawah UGM dan ITB. peningkatan kualitas pendidikan sendiri sangat erat kaitannya dengan peningkatan biaya operasional pendidikan (such as peningkatan gaji dosen untuk menunjang kinerjanya dan menjadikan beliau” tetap fokus mengajar di UI tanpa harus terpecah fokusnya karena harus mencari tambahan di tempat lain), sehingga peningkatan biaya pendidikan adalah keharusan. sedangkan di sisi lain, dengan embel-embel ‘kampus rakyat’, UI harus menyediakan pendidikan yang murah.

    cukup dilematis bukan?

    ya makanya gw sarankan buat taun ini, janganlah terlalu kita banyak berdebat dan memprotes mengenai penerapan sistem ini. ini sistem yang baru, sangat wajar jika banyak kekurangan disana-sini.
    toh kita juga harus paham, peningkatan biaya pendidikan ini sebenernya bertujuan baik, katanya sih untuk peningkatan mutu pendidikan di UI dsb, jadi ya mungkin buat skarang harus kita maklumi dulu lah.
    buatlah review jangka panjang, 2 tahun ke depan misalnya. jika dari peningkatan biaya pendidikan ini gak ada yang berubah dari UI (misalnya peringkatnya masih di bawah UGM dan ITB, fasilitas-fasilitas kayak WC dsb masih jelek), barulah kita bertanya,

    kemana perginya uang itu?

    buat BEM UI, saran dari gw pribadi janganlah tergesa-gesa memprotes penerapan sistem ini. toh kalian juga yang membuat sistem ini. adanya ketidaksesuaian dan penyimpangan seharusnya jadi tanggung jawab kalian juga, jangan cuma malah protes ke rektorat.

    Reply
  23. setiap kebijakan pasti punya kelebihan ataupun kekurangan,,

    apapun resikonya,kita berusaha bersama untuk menerapkan sistem yang ada,,

    saya memang seseorang yang baru di UI,mungkin agak lancang bagi saya, tapi saya merasa kaget juga rasanya melihat comment dari kakak2, ternyata BOP berkeadilan banyak masalah,,padahal saya salut loh!!

    marilah kita mendukung semua kebijakan pemimpin UI, tidak mungkin rasanya pihak rektorat mempunyai niat buruk,,

    pokoknya lebih baik kita sama2 memajukan UI, karena mahasiswa UI merupakaa “the agent of change”, kita semua disini adalah contoh bagi orang indonesia lainnya.kalo qt saling ribut kayak gini,,

    apa kata dunia??!!

    Reply
  24. #30
    bukan itu poinnya, yang gw tekankan disini adalah kebijakan BOP ‘berkeadilan’ ini merupakan kebijakan yang dilahirkan atas usul dan persetujuan perwakilan mahasiswa which is BEM UI, jadi segala kekurangan dan kelebihan sistem ini jadi tanggung jawab BEM UI juga dan jadi lucu rasanya kalo mereka memprotes sebuah kebijakan yang pada awalnya mereka ajukan sendiri dan setujui.
    nah kalo memang ada penyimpangan dari oknum” dekanat, rektorat dsb, asumsi gw pribadi (lagi-lagi silahkan diperbaiki jika salah) adalah saat BEM UI mengajukan sistem ini sebagai solusi wacana kenaikan BOP di UI mereka sudah terlebih dahulu menelaah apakah sistem ini jika diterapkan akan rawan penyimpangan atau tidak. nah kemudian kalo mereka memang sudah menelaah dan tetap menawarkan sistem ini sebagai solusi, kan berarti mereka sudah tau baik buruknya jika sistem ini diterapkan. kemudian kalo di saat penerapannya ada penyimpangan dari oknum” tersebut, ya gw rasa BEM juga bertanggung jawab karena jika memang mereka tau sistem ini rawan penyimpangan, kenapa tetap mereka ajukan sebagai solusi?

    Reply
  25. bem ui mulu, forma tuh ada kale…(forma th kmpulan eksekutif dan legislatif.petinggi2 gtu, dan ukm2 {kalo pada dateng})
    bop berkeadilan lahir dari mereka bukan?

    dont hide brother (sistah juga).
    too much…

    *ketauan deh. mana yg dangkal dan nggak.hehe….asertif dunks Gy!!

    Reply
  26. “Lalu kita bertanya, bagaimana dengan BEM UI? Ke mana mereka dengan kasus seperti ini? Apakah mereka malu bersuara lantang ke rektorat, karena mereka dan beberapa lembaga formal lainnya yang merancang sistem “berkeadilan” ini? ”

    Minta tanggapan BEM UI dong soal statement diatas. Gw sih berharap ada tanggapan yang to the poin ga pake muter-muter. Duh klo mau mengusulkan sesuatu mbok ya dipikir mateng-mateng dulu mbak mas eksekutif yang katanya adalah PERWAKILAN dari kami mahasiswa UI ini

    Reply
  27. salam..

    permasalahan yang timbul setelah adanya sistem BOP-Berkeadilan sehingga akan lebih banyak pertanyaan dan masalah yang ditimbulkan sejak tahun 2008, dan jika pun mau ada Aksi ke pihak rektorat kenapa baru hari ini BEM UI 09 berbicara lagi BOP-Berkeadilan setelah proses awal penerimaan mahasiswa baru yang pertama telah selesai (SIMAK UI), kenapa tidak sebelum proses ini berlangsung?!! Bukankah kita telah mengetahui pada tahun 2008 yang lalu terjadi penyimpangan2 dari Sistem BOP-Berkeadilan?? seharusnya mewanti-wanti keadaan ini, BEM UI 09 jangan hanya kajian-kajian saja yang dilakukan tetapi segera bergerak taktis melawan pihak rektorat bukan hanya diam dan manut2 saja, berikanlah solusi terbaik kepada mereka bahwasannya UI bukan hanya milik mereka tetapi milik bangsa Indonesia mulai dari rakyat menengah,atas, maupun KECIL.
    Sehingga dapat disimpulkan bahwa “BEM UI 09 sangat lamban dalam menyelesaikan problema kampus tidak kritis dan tidak solutif”.

    Reply
  28. itu kan ada jaminan dari universitas… dibaca atuh SK-nya… tagih aja.. tanggal 2 Juli kan jg rektor baru ngasih jaminan lagi di Kompas, katanya kalo ada yg merasa UI mahal dateng aja ke dy, mo dikasih beasiswa katanya…

    tagih..tagih..tagih..

    Nb: jgn lupa, yg penting persebaran info.. maka bagusnya yg BEM pikirin itu gmn nyebarin info ke maba ttg hak mereka n mengingatkan rektorat ttg jaminan yg ud ad di SK…

    Reply
  29. Sebetulnya UI sih uda lumayan yah…. dibanding univ negeri lain biaya pendidikannya udah lebih tinggi semua rata2… SDPA univ di bandung aja standar 55 juta…
    banyak kok temen2 saya yg dapet BOP. cuma bayar sekita sejutaan persemester..

    Reply
  30. wuih.. rame banget komen2nya..

    ikut nimbrung sebagai korban. adek gw baru masuk, minta keringanan disetujuin. tapi tetep ga kejangkau ma keluarga gw.. nah, sekarang ini lagi ribet ngurus naik banding. muter2 kampus, niatnya sih untuk minta tolong didampingin ngurusin (istilah kerennya advokasi gitu deh).. tapi kok, ga keliatan temen2 dari BEM UI maupun Fakultas yang bersedia membantu advokasi. sumpah, LIER euyyyy….

    bingung aja… pada kemana yah temen2 yang katanya berjanji untuk mengadvokasi???
    batang idungnya ga keliatan.. bahkan suaranya aja ga kedengeran… apa lagi sibuk ngurus kegiatan lain?

    terpaksa deh ngurus sendiri… tapi yang jadi pikiran. gimana nasib mahasiswa yang g puny kakak atau saudara di UI???

    buat temen2 yang laen yang kesel ma BEM UI karena kinerja nya ga beres.. gimana kalo kalian bantu gw??? daripada makin sakit hati? mendingan konkret berbuat. khan lebih enak tuh nampar pipi BEM UI.. tul ga???

    berminat? hubungi gw aja di 91743699

    Reply

Leave a Comment