Catatan Usang Seorang Mahasiswa J(M)elata Tentang Ospek Part 2

Yohoo, kembali berjumpa di catatan usang saya. Well, kali ini saya akan melanjutkan pemikiran saya tentang pelaksanaan ospek. Enaknya mulai dari mana ya? Dari mana aja boleeee…

Barang-Barang Ospek

Kalo ngomongin masalah barang-barang ospek emang gak ada matinya,deh. Di bagian ini biasnya yang namanya panitia ospek bakal keliatan banget kreatifitasnya yang luar biasa buat ngasih tugas nyari barang-barang ke para Maba. List barangnya cenderung unik dan biasanya terdiri atas barang-barang yang nyarinya mesti pake tenaga+dana yang bisa sedikit bisa juga banyak (Tergantung apakah anda dari keluarga buruh, PNS atau Konglomerat).

Adapula panita-panitia super kreatif yang ngasih list barang pake kode/sandi tertentu. Mungkin biar agak menantang gitu,yaa. Kira-kira apa yang menjadi masalah disini?  Pertama, adalah masalah barang yang dicari. Biasanya barang yang dicari bukanlah barang yang dapat ditemui dengan mudah di warung atau apotek terdekat. Menurut cerita banyak maba, biasanya barang-barang itu cenderung sulit ditemukan.

Dulu waktu SMA saya juga pernah “menderita” gara-gara kudu nyari barang suruhan senior ini. Tapi disaat-saat “penderitaan” tersebut , antara udah mulai gila dan sinting, saya masih sempat bersyukur karena panitia MOS gak nyuruh saya nyari bangkai burung dodo atau potongan kuku macan ato air dari 7 sumur yang berbeda +kembang 7 rupa (lo kata mo acara siraman?).

Well, biasanya buat nyari barang-barang tersebut tentunya make duit buat ngebelinya. Duitnya dari mana? Pada umumnya ya minta ke orang tua. Orang tua dapet duitnya dari mana? Hem, mungkin kalo masalah ini silakan Tanya ke orang tua masing-masing, janganTanya orang tua tetangga anda. Nah lhoo..ini juga salah satunya yang bikin kepala saya cenat-cenut.

Bayangkan sodara-sodara, setelah diterima masuk Perguruan Tinggi dan diperas habis-habisan oleh sistem pendidikan, Maba juga masih harus diperas oleh Sistem Ospek yang diadakan oleh sesama mahasiswa sendiri. Sungguh Ter..la…lu.

Mari coba kita bikin perhitungan goblok-goblokan.

Kalo misalnya buat nyari barang-barang ospek aja abis 100rb rupiah. Seandainya gak bisa minta duit dari ortu, mari kita pertimbangkan sumber dana lain. Sumber dana tersebut antara lain:

  1. Ngepet. Hemm.. dapetnya bisa banyak,sih. Tapi risikonya juga gak kalah besar. Pertama, ada kemungkinan anda tertangkap dan digebukin warga. Kedua, mendapat dosa besar dan gak bakal selamet dunia akhirat.
  2. Njebol Kotak Amal. Dapetnya tergantung,sih. Kalo di masjid yang besar apalagi pas sholat jum’at mungkin bs banyek, tapi kalo ngambil di musholla kampong yang jarang didatengin orang ya paling Cuma dikit. Tapi ya,gtu resikonya 11-12 sama resiko kalo anda ngepet.
  3. Njebol Tabungan. Ini adalah cara yang cukup baik karena tentunya anda perlu merepotkan orang tua yang udah keluar duit banyak buat bayar uang pangkal + segala macam hal-hal lainnya. Tapi, perlu di ingat juga agar Tabungan yang anda jebol adalah tabungan yang memang benar-benar milik dan atas nama anda. Jangan sampe anda njebol tabungan miliki adik atau kakak atau tetangga karena itu akan mengakibatkan resiko pada point ngepet dan njebol kotak amal berlaku juga pada anda.
  4. Ngamen. Cara ini sebenarnya tidak bertentangan dengan norma agama, dapetnya juga lumayan apa lagi kalo anda punya suara yang merdu bak Justin Bieber. Tapi yang perlu diwaspadai adalah pada norma hukum pada beberapa Perda yang melarang adanya kegiatan semacem ngamen ini. Jadi sebelum anda ngamen perhatikan dulun instrument peraturan perundang-undangan yaitu berupa perda yang berlaku di daerah anda. Jangan sampai niat anda untuk mencari uang justru berujung pada digaruknya anda oleh Petugas-petugas Satpol PP.
  5. Berdagang. Yayaya, ini adalah salah satu cara yang cukup baik. Berdagang bisa menjadi salah satu upaya untuk memperoleh uang sekaligus untuk mengasah jiwa kewirausahaan. Tapi ada beberapa hal yang perlu diingat. Pertama, bahwa sebaiknya barang yang anda perdagangkan adalah legal untuk diperjualbelikan dalam wilayah Republik Indonesia.mJangan sampe anda mencari uang dengan berjualan Mariyuana, Ekstasi atopun bayi tetangga anda yang baru lahir. Karena hal ini akan menyebabkan anda diciduk polisi dan kemungkina  akan mendekam di penjara untuk jangka waktu tertentu atau mungkin malah mendpat hukuman mati. Hi atuuutt. Ok,next yang perlu menjadi perhatian adalah agar jangan sampe anda menjual barang-barang yang ternyata tidak berhak untuk anda perdagangkan seperti perhiasan milik ibu atau ayam bekisar piaraan Pak RT tanpa seizin dan sepengetahuan pihak-pihak tersebut. Karena hal tersebut lagi-lagi dapat mengakibatkan anda diciduk oleh aparat berwenang alias Polisi.Berdagang ya? Tapi mau dagang apa yang bs dapet 100 rb dalam waktu cepat? Dagang pulsa aja untungnya per transaksi Cuma antara 800-1000. Berarti dengan asumsi demikian mesti jualan 100 kali dulu biar bisa ngumpulin duit 100rb. Fiuhh

Oke, sekian ngegalaunya. Jadi setelah dari tadi ngobrol ngalor ngidul apa,sih lesson learn yang mau saya bagi ke temen-temen sekalian? Intinya, sih saya sebagai mahasiswa j(m)elata mewakili mahasiswa j(m)elata lainnya di muka bumi ingin menuntut adanya Acces to Justice atau akses pada keadilan.

Nah, lho.. apa pula hubungannya antara akses pada keadilan sama ospek?. Jadi, secara singkat saya menuntut setiap panitia ospek bisa menyediakan ospek yang murah dan bisa dijangkau oleh seluruh maba dari seluruh lapisan kelas. Jangan sampe ada lagi terdengar cerita maba yang gak bisa makan malem gara2 uangnya udah terkuras buat ngerjain tugas ospek yang bahkan gak masuk SKS itu.

Tolonglah, gunakan hati nurani kalian wahai panitia ospek . Adik-adik Maba itu ketika diterima kuliah sudah diperas habis-habisan oleh sistem pendidikan, masa iya kalian juga mau ikut memeras mereka juga?

Salam Mahasiswa Melata

20 thoughts on “Catatan Usang Seorang Mahasiswa J(M)elata Tentang Ospek Part 2”

  1. Ospek cuma pelengkap.jadi ga usah dbkin pusing gtu kaleee,klo ada mahasiswa yg ga makan malam gara2 duit abis buat ospek,yg slah bkn panitia,tp mabany.udh tw duit abs msh aja bwt ospek,kgak ikt ospek jg kgak apa2.

    Reply
    • agree banget,gw sampe malah g ikut ospek atau apalah namanya,soalnya itu kegiatan pas di bulan ramadhan,mendingan banyakin ibadah dah,waktunya borong pahala,bukannya ngikutin “nafsu” panitia ospek….capek deh….
      bodo amat waktu itu digertak g bisa ikut kepanitiaan sama organisasi,kalau uda ada kemauan gw yakin koq pasti ada jalan bwat menyelesaikan masalah tersebut…

      Reply
  2. Kalau begitu apakah yang dibicarakan ttg keadilan ini akan ada bukti nyatanya? dan bukan hanya bualan yg sangat menarik ini? khususnya untuk OKK 2011 ini??

    Reply
    • santai,brur. apa yang ane tulis ini bukan bualan. ini berdsar dari pengalaman ane dan curhatan temen2 ane + anak 2010 . Salah satunya pas Mabimnya FH (PMH) 2010 kmrn. Tapi gue yakin,kok untuk taun 2011 semuanya bakal lebih baik. ni notes jga udah gw tag ke ucup selaku PO OKK, dan beberapa temen lain yg jadi PO mabim masing2 fakultas

      Reply
  3. Di fakultas gw, Teknik, Ospeknya mendidik ko dan ga banyak biaya, khususnya di jurusan gw, gw ngerasa banget manfaatnya, soalnya dulu tugas2nya itu kaya belajar bikin proposal acara, ma bikin acaranya, bikin proyek-proyek alat yg berhubungan ma jurusan, dan juga tugas-tugas nulis essay. Pas udah kuliah ketolong banget karena udah biasa jadinya. Gw baru tau juga di UI ada ospek-ospek yang masih kaya gitu *kaya beli2 barang pake kode2 pas jaman SMA*

    Reply
  4. mo ngatain OKK.. ospek FH..
    bebas dek
    tapi klo ada anak teknik, khususnya anak sipil yg ngerasa hal yg sama buat PPAM/MADK, marilah kita berdiskusi..

    Reply
  5. Transformasi ragam kegiatan kampus (terutama acara yang diselenggarakan oleh mahasiswa/ organisasi mahasiswa) menjadi bentuk kegiatan yang positif, bernalar, dan konstruktif merupakan sebuah usaha keras dari kelompok mahasiswa (lama/senior) dalam merubah paradigma berkaitan dengan mahasiswa baru.

    Untuk kegiatan semacam ospek mahasiswa baru di lingkungan UI kawan-kawan dapat melakukan studi banding ke Departemen Sosiologi. Ospek mahasiswa baru Sosiologi diselenggarakan selama 6 bulan dengan nilai 3 SKS. Ini merupakan jurusan pertama di UI dan Indonesia yang memberikan nilai untuk kegiatan pengenalan mahasiswa baru. Jadi tidak ada sentimen waktu dan tenaga terbuang sia-sia lagi, karena ada harga akademisnya.

    Nama kegiatan secara informal adalah Study Skill dan untuk nama formal pada sistem SIAK NG adalah Dasar-dasar berpikir kritis dan penulisan ilmiah.

    Kegiatan study skill tersebut dikelola 100% oleh mahasiswa (biasanya berjarak dua angkatan, misal untuk tahun 2011 ini berarti panitianya angkatan tahun 2009). Panitia mahasiswa mengajukan proposal kegiatan study skill selama 6 bulan dengan materi-materi in-door maupun out-door yang nantinya dirapatkan dengan jurusan untuk disetujui dan diberikan bantuan pendanaan. Sebagian dana yang lain diusahakan oleh mahasiswa lama.

    Materi in-door seringkali banyak memakai model simulasi perkuliahan dengan mengundang fasilitator dosen, mahasiswa ataupun alumi. Materi yang diberikan dalam kelas yang biasa berjalan 2 kali dalam seminggu ini berisi tentang pengenalan ilmu sosiologi, paradigma ilmu pengetahuan, cara penulisan ilmiah, proposal penelitan, peluang kerja dsb.

    Untuk kegiatan out-doornya, mahasiswa baru tersebut akan membuat sebuah penelitian sederhana maupun kunjungan lapangan berkaitan dengan tema yang berganti tiap pekannya. Seringkali juga diadakan farewall party ataupun acara bakti sosial. Ini tergantung dari angkatan baru tersebut mau menyelenggarakan apa.

    Mahasiswa baru dalam aktivitas tugasnya paling hanya dibebankan pembuatan name tag (tanda pengenal) yang inipun bahan, bentuk dsb diserahkan kepada anggkatan baru untuk membuatnya seperti apa. Mahasiswa senior tidak memberikan pentunjuk atau arahan. Tugas yang lain adalah berupa tugas tanda-tangan dan wawancara (ini dipertahankan sebagai cara mahasiswa baru dapat mengenal mahasiswa senior dan dosen-dosennya).

    Tidak ada tugas-tugas aneh dan memberatkan seperti organisiasi BEM dsb. Perubahan bentuk penyambutan baru ini dimulai sekitar tahun 2000/2001.

    Perubahan paradigma ini merupakan efek langsung dari sikap kedewasaan dan nalar rasional dari mahasiswa (lama) itu sendiri.

    Semoga UI pada tahun-tahun ini, baik pada tingkat BEM UI maupun fakultas dan juga himpunan jurusan dapat menunjukan sikap kedewasaan yang bernalar. Tidak kekanak-kanakan dengan ospek yang hanya begitu-begitu saja.

    Salam

    gerakan.kemanusiaan@gmail.com

    Reply
  6. simple aja cuy. kalo emng panitia ospek menurut lu sangat kreatif, misalnya disuruh bawa “sempak genderuwo pocin” untuk keperluan ospek. Ya lu pakailah kreatifitas untuk memenuhi permintaan si panitia ospek. Lu beli kek di mana sempak ukuran XLL lu tulis dengan spidol “sempak genderuwo pocin”. Itu analogi simple-nya aja.

    kalo pun memang gak ada biaya karena untuk beli keperluan ospek sangat mahal, ya gak usah ikut. atau kalo takut, nantinya gak bisa ikut organisasi macem-macem karena gak ikut ospek, ya pake lagi kreatifitas lu.

    intinya sih, menurut gw, klo jadi peserta ospek mah enjoy dan fun aja. gak usah takut sama panitia ospek, mereka cuma tebar pesona dan lagi euphoria-euphorianya jadi senior. biar keliatan “cool” paling, itu standar.

    gak perlu diambil pusing. kalo emang permintaan peralatan ospek ribet, dan lu gak sanggup bikin, atau gak ada biaya, tapi masih pengen ikut ospek, ya ikut aja. toh kalo ada yang kurang, paling cuma dimarah-marahin “sotoy” sama si panitia ospek.

    dan lu gak bakal di-DO juga karena gak ikut ospek, atau gak bawa peralatan ospek yang lengkap.

    simple aja.

    Tapi gw akuin, emang ospek universitas dan ospek fakultas tuh aneh dan gak jelas plus gak ada esensi.

    mendingan ikut inisiasi jurusan aja deh. hahah. :evilgrin:

    Reply

Leave a Comment