Dear friends
This note is based on the information compilation from several Special Lecturers (Dosen Luar Biasa) who attended at the UI New Payment System for Communications Lecturers on Friday, 4 December 2009.
Based on the meeting with the head of Communications Department, there are three types of lecturer:
A. Full time lecturer for research (Dosen Inti Penelitian) with the qualification is doctorate degree
B. Full time lecturer (Dosen Inti Pengajaran): (1) Full time with the status of Civil Servant (Pegawai Negeri) or BHMN. (2) Special Lecturer (Dosen Luar Biasa). The qualification: Master degree, age max 35 years; or Doctorate degree, age max 40 years. They have to dedicate their time for UI 30 hours/month.
C. Other scheme lecturer (Dose Skema Lain-lain): (1) Full time lecturer with the status of Civil Servant (Pegawai Negeri) or BHMN who decide doesn’t want to include in “B” type. (2) Special Lecturer (Dosen Luar Biasa)
Salary
- Type A: maximum teach 6 credits, they focus in research and have to publish it in a book format. They have their own office cubicle at Selo Soemardjan Research Center, 6th floor. Their salary approximately is as competitive as the top manager in a commercial company.
- Type B: teach 6 to 18 credits, with salary might be Rp7-10 million.
- Type C: teach 4 credits and the salary will be Rp 112.500/attendance/regular (bachelor/S1) program, and probably Rp200 thousand something/attendance/Diploma and extension program.
For type C, the management said that we might get take home pay Rp1.6 – Rp1.8 million/month.
Really? If we calculate for1 subject:
- Bachelor (S1) regular program: 4 x Rp112.500 = Rp450.000. Or
- Diploma 3 or Extension programs: 4 x Rp 200.000 = Rp800.000
I think it’s true we can get take home pay Rp1.6 million but every 2 months… and if they remember they have to transfer to our account. Just for your info Fresh graduate will have Rp2 – Rp2.5 million for their first time career.
Thank you very much UI, you are very generous, kind, loving, caring, full of appreciation to us. Every day will be ‘fasting’ day. How can I pay my:
Nanny? My son’s school tuition + extracurricular? My transportation for teaching? My electricity + wifi for input your ‘smart’ data administration? My laptop? My books? My brain? My time? My expertise? My health? My family meal? My knowledge? My doctor? My saving? My cell phone voucher? My newspaper? My simple entertainment? My graphic novel books? My life?
Even elementary school teacher their salary now is approx. Rp2 million, although this is still very sad!
published @Facebook note, 14 Desember 2009, 11:23pm
Rekomendasi:
- Buat yang Suka Dunia Gadget, Teknologi, dan Aplikasinya,… Buat yang Suka Dunia Gadget, Teknologi, dan Aplikasinya, di sinilah jawabannya kenapa Prodi Sistem Informasi UI Tepat untuk Kamu.
- Narration (National Research and Scholarship Exhibition)… Berbagai informasi, ilmu, fasilitas, sarana, dan prasarana diciptakan untuk menunjang dan mempermudah kehidupan manusia. Hal tersebut merupakan hasil penelitian para ilmuwan, baik sains maupun sosial. Saat ini, penelitian tidak hanya…
- Informasi Beasiswa S2 Dalam dan Luar Negeri Terbaru 2019 Setelah menyelesaikan program S1, ada dua jalan yang akan dipilih seseorang. Langsung bekerja untuk mendapatkan penghasilan atau melanjutkan kuliah. Mereka yang melanjutkan studi S2 lagi-lagi memilih apakah menggunakan biaya…
- Hal-hal yang Harus Dilakukan Setelah Pengumuman PKM Kegiatan… Beberapa hari yang lalu DIKTI merilis pengumuman proposal penelitian Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Dalam pengumuman tersebut, DIKTI juga melampirkan daftar hasil evaluasi proposal PKM yang akan didanai. Alhamdulillah, UI berhasil…
- UI's International Medical Doctor Program = 1 Luxury… Dear friends who concern in education, Last week I went to my pediatrician at Daan Mogot. After he examined my son, we got a chit-chat. "Doc, I think your daughter…
- Harvard Conference 2014 Topics Plenary Sessions Academic "Shaping Future Leaders: Implications of Globalization on Education Policy in Asia" Moderator: Irene Shao An increasingly globalized society requires both Asia and the rest of the world…
- Info Lomba-lomba Menulis Internasional, Agustus 2011 Writing Contests with Multiple Categories The Caribbean Writer Competitions Authors may submit poems, short stories, personal essays, and one-act plays. Maximum length for short stories and personal essays is 3500…
- Raih Beasiswa New Zealand, Cara Wujudkan Impian Kuliah di… Melanjutkan studi di luar negeri bagi sebagian orang mungkin terasa mustahil karena alasan keterbatasan dana. Namun, akan selalu ada jalan bagi siapa pun yang berusaha. Meskipun bujet terbatas, kamu tetap…
- UI Book Festival, 17th – 20th October 2012 17th – 20th October 2012 Rundown Program Day 1, Wednesday17 Oct 2012 Auditorium Building 9 4101 Corridor Building 9 Faskomas Room Building 8 08.30 – 09.00 Pre-Opening (Speech from Head…
- Informasi Beasiswa S2 Luar Negeri 2016 Terlengkap Buat kamu yang ingin mencari peluang beasiswa S2 luar negeri (program master/magister), berikut ini adalah 20 peluang beasiswa S2 luar negeri yang tersedia untuk program tahun 2016/2017.
- Beberapa Langkah Mudah Membuat dan Ciri-ciri Penelitian… anakui.com - Penelitian Kualitatif , Penelitian merupakan salah satu kegiatan yang akan Anda jumpai di dunia perkuliahan. Baik itu sebagai tugas mata kuliah, mengikuti suatu event/kompetisi bahkan sebagai sarana penunjang mendukung…
- The Death of Education - The UI Story Continues second post of three posts series. (first post, third post) Dear friends who concern in education As you know, my last note was about the lecturer's low salary at UI…
- Beasiswa Unggulan Kemendikbud: Informasi Lengkap Jenjang S1,… Beasiswa unggulan merupakan salah satu beasiswa yang ditawarkan oleh pemerintah melalui Kemendikbud. Beasiswa ini ditujukan bagi putra-putri terbaik Indonesia yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau…
- Beberapa Info Lomba Menulis Writing Contests with Multiple Categories Terrain 2nd Annual Contest Poetry entries should consist of 3-5 poems or 1 long poem. Fiction, nonfiction and essay entries may have up to 7,000…
- Saat Gempa Terjadi, Sedang Dimana Teman-teman? Jakarta diguncang gempa lagi Jum'at, 16 Oktober 2009 pada sore hari. Gempa 6,4 SR yang berpusat di laut 42 km barat daya Ujung Kulon cukup membuat kepanikan di kalangan sivitas…
- Mudah ! Cara Mengatasi Status WA Tidak Muncul anakui.com - Status WA Tidak Muncul , Apakah kalian lelah tidak melihat status WA kalian dari teman serta keluarga? Jangan khawatir, tidak hanya kalian yang mengalami . Banyak orang menghadapi…
- Muchdlir Zauhariy, Mapres Utama UI 2009! (Plus Bonus Cerita… Malam Apresiasi Prestasi Mahasiswa UI 2009 yang diadakan hari Jum'at, 15 Mei 2009 di Balairung UI, menjadi saksi terpilihnya sosok Mahasiswa Berprestasi Utama UI 2009. Dialah Muchdlir "Johar" Zauhariy, FE…
- PSA MABIM FIB UI 2009 PSA MABIM 2009, apaan sih? PSA adalah Pengenalan Sistem Akademik Fakultas. Di sini teman-teman akan dikenalin berbagai hal tentang akademik, seperti: Dekanat, Dosen, Mata Kuliah, SIAK NG, SKS, sampai fasilitas…
- 3 Contoh Surat Lamaran Kerja Bahasa Inggris yang Baik Salah satu trik agar surat lamaran tampil beda dan lebih baik adalah dengan menulisnya menggunakan bahasa Inggris, contohnya seperti ini.
- Pengumuman Pemenang Kaos anakUI.com 25-31 Mei 2009 Ini dia daftar tulisan di anakUI.com pada periode 25-31 Mei 2009, direkap per Senin 1 Juni 2009, jam 16.30: Universitas Indonesia Menempati Peringkat Top 200 se-Asia, ditulis oleh mierwuzzhere, Comments…
- Four Credit Max for Special Lecturer 19 Januari 2010 at 3:40pm Dear friends who concern in education, It's been more than a month I haven't write anything about UI's education system. This Tuesday, 19 January 2010,…
- Bekpeker Gadungan (Season 2) ---sebenernya, tulisan ini tadinya hanya berupa note saja, tapi demi meramaikan anakui.com, maka saya ikut posting juga disini--- Sabtu, 5 April 2009 BEKPEKER GADUNGAN: KEDIRI, KAMI DATANG (DAY 2) tips…
- Pengumuman Pemenang Kaos anakUI.com 8-14 Juni 2009 sebelumnya mohon maaf teman-teman untuk keterlambatan pengumumannya.. maklum tadi baru saja sidang skripsi :D Ini dia daftar tulisan di anakUI.com pada periode 8-14 Juni 2009, direkap per Selasa 16 Juni…
- Riset oh Riset Berawal dari ke-turutprihatin-an terhadap meningkatnya peringkat UI (angkanya makin gede) dalam daftar Perguruan Tinggi (PT) sedunia yang disusun oleh Time (denger2 salah satu parameter yang dipake untuk menyusun daftar itu…
- Hati-hati, Banyak Kriminal di UI! (Rangkuman #SatNiteShare… Hampir setiap malam minggu, anakUI.com lewat twitternya (@anakuidotcom) main bareng anak-anakUI lewat #SatNiteShare alias Saturday Night Share. Gambaran formatnya #SatNiteShare tuh kaya gini. Tiap malem minggu, @anakuidotcom ngelempar topik apa…
- Informasi Lengkap Beasiswa Australia Awards 2020 Melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi adalah impian banyak orang. Apalagi, jika bisa kuliah dengan beasiswa Australia. Ya, sudah sejak lama Negeri Kanguru menjadi tujuan populer di kalangan mahasiswa Indonesia.…
- Apa Aja Sih Manfaat Sticky Note Buat Tugas Kuliah Kamu? Sticky note gak cuma dipakai buat catatan gak jelas. Sebagai mahasiswa, fungsi yang paling canggih dari sticky note adalah untuk membantu kita menyelesaikan tugas-tugas yang berbentuk paper atau bisa juga,…
- Malu Dong, Ngaku Mahasiswa tapi Masih Aja Lakuin Hal Ini Berikut ini adalah beberapa bentuk vandalisme yang paling sering dilihat dan ada di lingkungan kampus. Ngaku mahasiswa? Malulah ya... Masa masih main coret-coretan di bangku, tembok, dan fasilitas umum lainnya…
- Yakin deh, Rasa Males Kuliah Kamu Bakal Hilang Kalau Diajar… Punya ibu dosen asik, baik, & menarik, siapa yang nggak mau diajar sama dosen kayak gitu? Berikut ini ada 5 ibu dosen yang baik, asik, dan menarik se-UI pilihan anakUI.com
- Master & PhD Scholarships, College of IT Engineering,… School of Electronics Engineering, College of IT Engineering, Kyungpook National University Scholarships are available for research programs in electrical / electronic engineering leading to PhD (3.5~ 4 years), Masters +…
Mau tanya: apa alasan lo sampai sekarang masi mau ngajar?
Yap, saya setuju dengan anda. Jika memang sudah tidak sreg dengan UI, mengapa masih ada di sana?
Wendy,
Barangkali Anda harus belajar melihat dengan pemikiran yang lebih luas dan dari berbagai sisi. Pertanyaan saya sederhana kok: apakah layak seorang pendidik pada institusi seperti UI memberi honor sebesar itu? Nah kalau sebuah pendidikan sebesar UI tidak dapat memberikan apresiasi yang benar, mau jadi apa negara ini? Sekarang saja sudah morat-marit. Kalau juga mikir,”Ah banyak kok yang mau jadi dosen.” Tentu Mas banyaaaaakkkkk…. tapi kualitasnya???
Untuk Julbe… nah benahi dulu ya Anda dalam berbahasa. Barangkali Anda juga korban akibat pendidikan kita yang sudah rendah kualitasnya. Saya sebagai dosen tertusuk nuraninya karena tidak mampu melahirkan generasi yang mampu memberikan kontribusi positif pada negara ini, karena perilakunya. Sopan santun dalam berbahasa, menunjukkan Bangsa. Saya malu bila mahasiswa ataupun sudah luluspun, tidak memiliki perilaku yang baik.
Masih diungkit, ya? 🙂
Saya (gak pake kata: “gue”) penganut egaliter di dunia maya. Lagipula ini situs anakUIdotcom (komunitas mahasiswa dan alumni UI) bukan situs civitasUIdotcom. Saya menganggap Anda (gak pake kata: “lo”) sebagai alumni UI yang berkarir sebagai dosen UI. Nanti ada yang nyamber: “sama alumni koq pake bahasa gue-lo? kan bisa mbak atau abang”. Bisa salah juga, karena gak semua alumni yang udah jadi dosen ntar pun ada yang marah, mereka maunya dipanggil bapak-ibu.
“Sopan santun dalam berbahasa menunjukkan bangsa.” << Ini pun nanti akan banyak yang salah tangkap, beberapa pemakai bahasa jawa timur-an akan membuat sakit hari beberapa orang di Solo sana. Apakah beberapa orang pengguna bahasa Jawa Timur-an dianggap tidak sopan? Ntahlah, kalo bahasa kaum humanis, relatif dan tergantung ini tergantung itu. Ini alasan kenapa saya untuk beberapa hal menganggap dunia maya sebagai dunia egaliter.
Sudahlah, daripada keterusan dianggap defense saya sudahi di sini. Padahal fokus kita di sini adalah kesejahteraan pengajar bukan tata bahasa.
Maaf kalo sudah merasa menusuk nurani Anda karena telah melahirkan generasi macam saya.
Salam.
p.s: Dosen seperti Bu Vashti ini sangat perlu didukung, karena jarang sekali pengajar yang concern akan dunia pendidikan yang tidak hanya bergerak tentang mengajar-diajar. Tapi ada aspek lain juga, seperti kesejahteraan. Jadi inget berita tempo lalu tentang peneliti Indonesia yang memilih keluar negeri dibanding bergiat di dalam negeri. Karena apa? Gak dihargai. Sayang sekali.
Maaf, sepertinya tdk selayaknya anda bertanya demikian.. Apa yg akan terjadi kalau dosen2 di ui brhenti mengajar? Mreka sudah mendedikasikan waktu dan ilmunya utk negeri ini.
Jika memang benar dmikian, memang sungguh memprihatinkan kondisi ini.. Setahu sy sumber pemasukan dana ui sdh ckup besar.. Memangnya dikemanakan uang itu?
Oh iya saya lupa, kita sedang membangun sebuah perpustakan nan megah serta literatur lainnya..
Bagaimana dana utk kesejahteraan mahasiswa dan dosen, ah itu sih nomor 2, yg penting dari luar kita OKE..
CMIIW
nampaknya anda penuh kecurigaan mempertanyakan balik kepada saya akan layak/tidak layaknya sebuah pertanyaan tersebut oleh saya..
bukankah kita bisa belajar lebih dari seorang dosen ini, yang ternyata bagaimanapun juga kondisi dia, dia masih mempunyai jiwa mengajar/mendidik yang begitu tinggi kepada almameter tecinta kita ini.
Ya kalaupun begitu kata2 yg anda gunakan tidak sopan utk ditujukan kpd sang dosen.. Apa pantas gunakan kata gw/lw pd org yg lebih tua?
hahaa, lo mengalihkan topik dan mencari kesalahan lain yang ada di diri gw.. udah baca tulisan lain dari bu dosen ini belum?
okeh, gw salah terlalu pukul rata semua dosen berjiwa muda (sepert ibu vashti) di ui bisa dipanggil “gw-lo”..
sori ya, bu dosen.. tetap semangat mengajar dan semangat pula berjuang mengembalikan hak seorang dosen..!
Terima kasih semua atas pertanyaan dan tanggapan anda. Sayangnya sang penanya rupanya harus belajar berkomunikasi dan berbahasa yang lebih baik dan sopan.
Memang tidak pantas kalau Anda bertanya ‘gue/lu’ kepada dosen atau orang yang lebih tua. Apalagi nanti kalau Anda berkomunikasi via email di dunia kerja. Anda dapat kehilangan bisnis. Jagalah kesopananmu.
Berjiwa muda bukan berarti tidak sopan bukan?
Nah, alasan saya mengajar sebenarnya adalah menjembatani antara dunia kerja dan dunia pendidikan di universitas, agar mahasiswa UI tidak kaget dan setidaknya paham dengan arenanya. Dosen Luar Biasa hampir semua dalah praktisi dan pakar di bidang masing-masing yang dapat dimanfaatkan serta berbagi ilmu. Saya bisa seperti ini karena dasar pendidikan kebetulan kami dapatkan dari UI, tetapi kepakaran yang saya dapatkan karena bertahun-tahun pengalaman di dunia bekerja. Inilah yang SAMA SEKALI TIDAK ADA APRESIASI dari UI.
Kalau dunia pendidikan tinggi dapat memperlakukan dosen luar biasa seenaknya… seperti apa masa depan dunia pendidikan kita?
Kalau Anda mengatakan,”Ah kan dapat ilmu bukan dari dosen aja, dari mana saja juga dapat!” Hal itu tidak ada salahnya, tetapi kenapa Anda kuliah dan belajar di UI? Universitas itu mengasah wawasan berpikir, meruntunkan logika, belajar berdebat yang sistematis dan menimba ilmu sebanyak-banyaknya.
Setiap hari pun saya sebagai dosen juga selalu belajar. Berusaha memahami generasi yang jauh di bawah saya, melihat perkembangan ilmu lainnya di luar, dan berusaha mengaplikasikan hal-hal yang terkini.
Dosen itu aset universitas yang terpenting. Mau gedung sehebat apapun, tetapi manusia di dalamnya tidak memiliki mutu yang baik… ibarat super komputer tetapi tidak ada yang mampu mengoperasikannya. Lama-lama juga jadi fosil tak berguna.
Akibatnya apa? Kalau Anda tidak hati-hati, Anda tidak tahu medan yang Anda hadapi, seperti juga salah satunya cara Anda berkomunikasi.
Maaf ya… sebagai dosen, saya sedih sekali dengan cara Anda bertanya, sepertinya Anda tidak mendapatkan pendidikan tinggi yang bermutu. Apalagi saya tidak kenal Anda sama sekali. Kalau Anda adalah anak UI, wah hati saya miris sekali. Saya merasa gagal untuk membentuk mahasiswa UI yang baik.
Kalau Anda seperti itu menghadapi dunia kerja, alangkah malangnya kultur bangsa ini. Sopan santun dan pemahaman budaya sudah luntur…
Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri. Cara Anda berbicara dan menulis, menunjukkan siapa Anda, dan orang dapat menilai Anda di tingkat pendidikan seperti apa.
Ok deh, thanks buat koreksinya. Setidaknya ini bisa menjadi cambuk buat saya.
wew..ternyata satu kata aja bisa berakibat fatal ya,haha
Jika anda membaca artikel ini dengan teliti maka sesungguhnya tidak tepat menganggap bahwa gaji kecil untuk Tipe C adalah masalah.
Tipe A dan B yang full-time di UI mendapat kompensasi yang bagus. Jadi untuk yang full-time di UI tidak ada masalah. Dan memang *bukankah* dosen sebaiknya merupakan tipe A atau B ? Pegawai negeri, full-time di UI.
A dan B merupakan model yang ditiru dari perguruan tinggi di negara maju dimana ada dosen dengan fokus penelitian dan dosen dengan fokus pengajaran. Ini perkembangan positif, dimana sebelumnya dua fungsi ini tidak dikenali.
C yang merupakan dosen honorer/luar biasa dan tidak full-time memang tidak layak digaji sama besar dengan A dan B. Lagipula tentunya C karena part-time, saya menduga bahwa pertimbangannya adalah C seharusnya memiliki pekerjaan lain. Adalah *bukan* tanggung jawab UI memikirkan apakah C memiliki pekerjaan lain atau bukan!
Kalaupun ada masalah aku duga adalah: Ada bbrp dosen junior yang belum PNS/Pegawai BHMN dan dipaksa mengajar dengan skema C. Kalau begini yang salah adalah:
– Kurangnya kuota atau jatah PNS/P-BHMN dan pihak fakultas/departemen tidak punya kuasa menambah jumlah PNS/P-BHMN.
– Kesalahan dosen junior sendiri yang tidak segera melanjutkan pendidikan pascasarjana (atau bahkan tidak mampu/mau menyelesaikan pendidikan doktoral). Seandainya tidak ada orang muda yang mau dipaksa menjadi dosen tipe C (sambil menunggu disekolahkan/beasiswa oleh UI), maka UI mau tidak mau harus menambah jatah dosen tipe A atau B. Jaman sekarang, beasiswa berlimpah untuk program master dan doktor di luar negeri *tanpa harus menjadi dosen/pegawai negeri*, jadi kesalahan besar jika orang menggantungkan pada UI untuk mendapat beasiswa sekolah master/doktor.
Kesimpulan saya: adalah *tidak ada masalah sama sekali dengan dosen tipe C*. Masalah sebenarnya terletak di skema kuota pegawai dan pola pikir orang muda sendiri. Pergantian pola pikir orang muda akan membawa perubahan ke arah yang lebih baik bagi semua.
NB: Saya alumni UI namun bukan dosen atau staf UI baik full-time ataupun part-time.
terima kasih Bpk Haryo yang rupanya pro dengan perubahan. Asal tahu saja Pak, banyak dosen dengan skema C memilih untuk menjadi pendidik yang pada akhirnya menjadi pekerjaan utamanya. Masalah persiapannya sama kok dengan dosen utama.
Selain itu banyak juga yang tidak mungkin jadi PNS atau BHMN karena memang usia tidak memungkinkan. Saya bukan dosen muda yang baru lulus kemarin sore, dan juga bukan sekedar S1 kok.
Tetapi di mana-mana tidak ada pembayaran yang turun lebih dari 50%, apalagi kalau biaya masuk sekolah juga sudah menjulang tinggi.
Terima kasih atas empati yang Bapak berikan. Rupanya pendidik yang notabene ‘manusia’ bukan menjadi hal yang penting.
Maaf… saya tetap memperjuangkan harkat & martabat sebagai dosen luar biasa, yang rasanya tidak layak dengan hanya diberi upah Rp 112.500/kedatangan. Memang bukan tanggung jawab UI bahwa perlu tahu mereka bekerja di tempat lain atau tidak. Tapi bukan berarti mereka punya cara berpikir,”Oh… kan mereka dapat penghasilan dari tempat lain, jadi layaklah kalau dibayar segitu…”
Menyedihkan sekali pendidikan kita ini…
“banyak dosen dengan skema C memilih untuk menjadi pendidik yang pada akhirnya menjadi pekerjaan utamanya”
Now this is where the problem lies. They know that it is not enough yet they still up to it. I think it applies everywhere that if you work part time, you cannot expect to have the same facility and salary as the full-timers.
The salary gap between the full time employee and the part time employee is always big either in some government office or in multinational corporation. Take British universities for comparison, the full time lecturer can be paid starting from £20.000 per anno to… infinity and beyond. While the part-time lecturer mostly paid hourly starting £20/hour to £40/hour. As far as I am concern, one is bound to that payment scheme if they choose to do the part-time job no matter how important or how expert they are in their discipline.
Let us set aside humanity issue for a while, being a part-time worker means one have less obligation than the full-time worker. Hence with less obligation it is normal that they have less rights.
Mac Clar yth
terima kasih komentarnya. Apa yang kamu katakan itu benar sekali. Bahkan memberikan perbandingan dengan yang ada di UK. Di mata orang UK juga bisa jadi ‘pahit’ dibayar segitu dengan biaya hidup di sana super sangat tinggi. Kalau di rupiahkan: dosen per jam dibayar Rp 300-Rp 600 ribu/jam. Kalau 2 jam, sekitar Rp 600 rb-Rp1.2 juta.
Less rights? Oho… persiapan kita sebagai dosen “upahan” dengan dosen tetap sama kok. Bahkan karena kepakaran kita, seringkali diminta untuk memikirkan untuk membenahi kurikulum dan pemikiran lainnya, yang porsinya sama dengan yang full time.
Kita hanya melihat kelayakannya. Masuk akalkah seseorang dibayar Rp 112.500/SKS/S1 reguler (bukan per jam) tanpa dilihat kepakaran dan statusnya? Kalau iya, Alhamdulillah… Anda ternyata punya perhatian yang luar biasa terhadap pendidikan kita ini… dan barangkali ini juga jadi pikiran masyarakat umum.
Sedihnya….
Salam kenal, Ibu Vashti.
Maaf sebelumnya, saya sangat awam dengan dunia pengajaran, tapi sangat tertarik setelah membaca artikel ini.
Kalau boleh tahu, untuk menjadi tipe C atau tipe B apakah diri sendiri yang menentukan atau kampus yang merujuk?
Peraturan ini berlaku untuk setiap jurusan?
Maaf sekali lagi, saya masih awam.
Terima kasih.
Dear Riri
Kalau Anda masih di bawah 35 tahun, sudah dapat Master dan mengajar, besar kemungkinan Anda akan ditawarkan untuk yang “B”, dosen Inti Pengajaran dan bisa menjadi pegawa negeri (dengan proses panjang ya). Karena setahu saya kemungkinan tidak ada BHMN lagi. Tapi sebaiknya ditanyakan kepada rektorat.
Nah kalau BHMN, hanya bisa masuk Dosen Inti Pengajaran yang “Mengajar” TIDAK BOLEH masuk dalam “Peneliti”. “Peneliti” hanya untuk yang sudah berstatus pegawa negeri.
Bagi mereka yang sudah BHMN dan Pegawai Negeri, bisa juga memilih yang “C”, dimana tidak terikat dengan 18SKS mengajar dan 30 jam di kampus. Tetapi dibayar sama seperti Dosen Luar Biasa/Skema Lain-lain (C), per kedatangan, di mana di FISIP untuk reguler S1 hanya dibayar Rp 112.500, dan tidak boleh lebih dari 4 kredit. Jadi… silakan memilih dan berpikir untuk jadi dosen di UI.
Semoga menjawab ya…
Alinea ke 2 “Peneliti hanya untuk yang sudah berstatus pegawai negeri” —-> ?
Dr. Donny Gahral A, Dosen UI-BHMN, tidak berstatus PNS. Beliau adl Dosen Inti Penelitian.
Terima kasih Ibu Lily, nah… barangkali itu terjadi di Fakultas Budaya. Tapi dari informasi yang saya terima adalah seperti itu. Nah barangkali oerlu ada kejelasan bukan?
Apa penggajian tsb ada dasar hukumnya?misal PMK dll. coz, sy juga butuh. tq
Dasar hukumnya (di tingkat Universitas):
1) SK Rektor UI No. 013/SK/R/UI/2009 tentang Pembentukan Dosen Inti Penelitian Universitas Indonesia
2) SK Rektor UI No. 191/SK/R/UI/2009 tentang Sistem Remunerasi Dosen Terintegrasi Universitas Indonesia
3) SK Rektor UI No. 1345/SK/R/UI/2009 tentang Sistem Remunerasi Terintegrasi Tenaga Pendidik Universitas Indonesia
SK tsb lalu diterjemahkan di tingkat Fakultas (contohnya, yg ada di FT) spt :
SK Dekan FT No. 1319/D/SK/FTUI/IX/2010 tentang Ketentuan Remunerasi bagi Staf Pengajar FTUI.
Dengan demikian, untuk dosen tipe C, Fakultas menentukan sendiri tariff dosen type C, dan bukan SDM UI.
Contohnya dari SK di atas, sy kutip ya: “Biaya penyelenggaraan yg dikelola oleh Dosen Status Lain2 Non PNS (ini S2, yg ada di SIAK NG) sebesar (saya ambil 1 contoh ya): Program Sarjana Reguler S1 Reguler Rp. 2,000,000/sks/semester.” Ini artinya, 3 sks mk biaya gaji dosennya adalah 6 juta (3 sks x 2 jt/sks). Kalau 1 semester ada 16 x pertemuan, tinggal dibagi saja, @ datang = Rp. 375.000.- Ini berlaku sama dari mulai Wakil Menteri, Perekayasa Utama BPPT s.d dosen muda yg baru lulus S2 yg mengajar di FT.
Nah, bagaimana dengan Fakultas Anda? Sila tanya langsung ke Sekretaris Fakultas Anda!
Terima kasih penjelasannya Ibu Lily. Bangga sekali ya setiap kedatangan dibayar Rp 375.000, sayangnya waktu renumenerasi yang “cantik” diselenggarakan, saya tidak pernah mendapatkan sebesar itu. Bahkan pada program vokasi juga masih di bawah itu kok. Jadi tak bisa dipukul rata… dan kasihan ya, ilmu yang dimiliki oleh para dosen ini sangat “murah” harganya… pantaslah kalau pendidikan kita ini tidak ada visi dan morat-marit adanya. 🙂
Achmad
dasar hukum? Perhitungan itu atas dasar yan dilakukan Pak Rek tor tercinta. Nah silakan Anda tanyakan kepada beliau. Jurang para petinggi dan dosen seperti kita ini sangat lebar. Beliau kan selalu gembar-gembor (itu juga di Kompas sekitar 4 th yang lalu), gadi dosen UI mencapai minimal Rp 10 juta. Nah bisa hitung sajalah kalau kita hanya mendapatnya ya… Rp 200 ribuan/kedatangan. Sebulan Rp 800 ribu kan?
Salam kenal, saya dosen tetap FK.
Saya ikut prihatin dengan nasib ibu.
Coba disiasati, 4SKS dengan 4x kedatangan, apa jumlah total tidak jadi 4x?
4X kedatangan rasanya malah akan memperbesar ongkos transportasi di mana secara penggajian juga tidak menutup ongkos bukan? 🙂
Nampaknya yang banyak dipermasalahkan adalah Tipe C.
saya ingin menyampaikan bahwa keadaan di banyak setiap fakultas/departemen/jurusan berbeda, sehingga ada kemungkinan sistem seperti diatas tepat adanya.
di jurusan arsitektur terdapat beberapa mata kuliah yang diampu oleh satu dosen (tipe B) dan pembelajarannya difasilitasi oleh beberapa dosen (tipe C). segala urusan kurikulum, administrasi, dll, dalah tanggung jawab dosen pengampu. tugas dosen fasilitator adalah membimbing proses belajar mahasiswa.
sebagai salah satu dosen/fasilitator tipe C tersebut, saya merasa upah 150 ribuan perkehadiran tersebut sudah cukup. setiap kehadiran saya menghabiskan waktu sekitar 3 jam, sehingga setiap jam waktu saya dihargai 50 ribu rupiah. ‘hitungan honor per-jam’ tersebut saya rasa cukup mengingat kualifikasi dosen fasilitator yang cukup S1.
untuk satu mata kuliah tersebut saya hanya perlu menyisihkan waktu 6-8 jam perpekan, waktu yang saya miliki untuk melakukan pekerjaan lain masih sangat banyak.
demikian pendapat saya. 🙂
dear ibu vashti…
saya adalah salah satu dosen tidak tetap UI yang senasib dengan anda. saya saat ini mengajar di FISIP, dan tengah menempuh pendidikan S2 juga. ketika saya pertama kali mengetahui mengenai skema ini, jujur saya sedih, terutama karena saya mengampu lebih dari 8 sks setiap smesternya. ketika sistem ini pertama kali berjalan, saya mengampu 10 sks, dan mengajar kelas sarjana reguler dan ekstensi, dr senin hingga sabtu. saya tidak bisa masuk ke skema dosen B karena saya belum S2. yang menyedihkan adalah, ktika smester pertama sistem itu berlaku, dari 10 sks yang saya ampu, yang dibayarkan hanya 4 sks saja, sehingga 6 sks sisanya tidak dibayarkan. namun untungnya departemen tempat saya mengajar membantu dgn mengusahakan agar kekurangan pembayaran tsb dapat dibayarkan di akhir semester, dan memang akhirnya dibayarkan, meskipun saya harus menunggu lama hingga bulan oktober. smester berikutnya kembali saya mengajar lebih dari 8 sks, dan kali ini lebih baik karena kekurangan pembayaran dpt dibayarkan dibulan berikutnya. smester berikutnya 6 sks, dan hanya 4 yg dibayarkan, sisanya hangus (tidak dibayarkan sampai sekarang). smester ini saya mengajar 8 sks, tapi dgn remunerasi yg tidak jelas karena sistem insentif khusus yg dulu saya bisa dapatkan, belum tentu bisa saya nikmati lagi di semester ini, shinga jika memang terjadi spt itu, yah terpaksa saya relakan 4 sks sisanya utk “pengabdian”.
sebenarnya, yang saya inginkan (atau mungkin kawan2 saya yg lain yg snasib dgn saya) itu mudah. begini, setau saya dosen skema A dan B, selain mereka mendapatkan xf (honor yg hanya diterima jika datang mengajar) sperti dosen skema C, mereka juga mendapatkan xu (honor yang diberikan meskipun mereka tidak mengajar). yang saya inginkan adalah, kenapa sih kami, dosen skema lain, yg mengajar lebih dari 4 sks (terkadang lebih dari 8 sks) harus dipotong honornya? kenapa tidak xf kami utk sisa sks lainnya tetap dibayarkan? kami tidak meminta xu dibayarkan! kami hanya meminta, pekerjaan yang kami lakukan tetap dihargai seutuhnya.
Tanya pada nida: kenapa bisa mengajar lebih dari 4 sks? dipaksa?
Nida, kalau kamu masih muda dan kemungkinan besar tidak akan jadi dosen tetap, atau hanya dapat janji-janji surga, nah… ngajar saja 4 SKS yang dijatah, sisanya yang bisa Anda lakukan:
1. Olah ilmu mu dan mencari pekerjaan lainnya di luar.
2. Kalau mengajar adalah “passion” mu, coba mengajar di universitas swasta, dengan catatan selesaikan S2-mu secepatnya.
Hargailah dirimu dan profesimu, janganlah menghamba… karena para “dewa’ yang di rektorat itu akan ‘take it for granted’. Kita perjuangkan pendidikan agar benar-benar menjadi perhatian besar di negara kita ini.
saya sebagai mahasiswa turut prihatin,, bandingkan saja dengan fee les privat, gaji dosen tipe c tak jauh berbeda,,,
#sekali ngajar privat aja ada yang dapat 100.000 atau mungkin bisa lebih *tergantung Bimbel yg menaunginya juga sih,,,
buat Bu vashti, sabar ya bu,,, semangat! tetap berikan yg terbaik bagi pendidikan,,, :)hehe