DEMO……AH, Ga’ Penting…..!

NB: Tulisan ini gua buat bukan karena gua merupakan pengamat politik, tapi karena gua melihat demostrasi lagi sedang musim di Indonesia, seperti musimnya durian di kala hujan, Rambutan di bulan Desember, atau duku di awal bulan Januari. Tulisan ini juga bukan tulisan tentang kajian komprehensif suatu penelitian, yang kalo aja bisa gua tulis pake B. Inggris, mungkin bisa masuk Jstore (Jurnal Internasianal). He…he sekali ini, tulisan yang gua buat hanya untuk sedikit nyampah, meramaikan situs ini, yang gua liat pengunjunganya agak naik-turun, tergantung mood-nya masing-masing. Yah, sekali lagi terserah para pembaca untuk mengomentarinya…….

Setahun yang lalu, gua pernah berdebat sama teman gua MASALAH “PENTING GA’ SIH DEMOSTRASI SEKARANG INI.”

Waktu itu teman gua bilang “Buat apa sih demo-demo, ga didengerin juga, terus loe juga ngga dapat merubah kebijakan yang emang udah dibuat. kenapa ngga digunakan cara-cara yang lebih elegant misalnya dengan diskusi baik-baik?”

Terus itu gua bilang “Ya, demostrasi menurut gua, emang kecil kemungkinannya merubah suatu kebijakan, tapi demostrasi yang paling penting dari demostrasi menurut gua adalah sebuah pencitraan, di mana kita menunjukkan bahwa mahasiswa tidak menyetujui kebijakan tersebut dan mahasiswa peduli terhadap kepentingan rakyat. (terlepas adakah itu disebut riya atau tidak, karena emang gua ngga ngerti). Kalo untuk diskusi sendiri ya, gua bilang itu tetap dilakukan ko’ sama temen-temen aksi yang lainnya. Gua juga bilang bahwa demostrasi penting dilakukan karena itu adalah untuk meng-gebrak pemerintah bahwa ada yang salah dari mereka, jika kita tidak memberitahu maka mereka akan mengira bahwa kebijakannya sudah benar dan masyarakat telah sejahtera. dan gua bertanya Apakah loe akan selamanya mengajar di rumah singgah yang hanya diatapkan oleh tenda atau kolong jembatan? Padahal anak-anak tersebut harusnya belajar ditempat-tempat yang layak, seandainya pemerintah mau peduli kepada mereka?” Dia DIAM…..!

Perdebatan yang cukup panjang waktu itu, tapi akhirnya gua pada waktu itu menarik kesimpulan bahwa “Sekarang gini aja, mahasiswa punya jalan-jalannya sendiri-sendiri untuk berjuang demi bangsanya, ada yang pake demonstrasi ada yang dengan melakukan pembinaan, atau turun kelapangan (rumah singgah, bakti sosial, comdev, dsb), dan ada yang paling baik yaitu dia memilih kedua-duanya. Kita ngga usah terjebak perdebatan, yang penting kita sama-sama peduli sama kondisi Bangsa Indonesia”.

Ya menurut gua itulah jalan yang paling baik, daripada terus melakukan perdebatan mengenai suatu pandangan dan kepercayaan seseorang, sangat sulit diubahnya. Dan menurut gua yang salah adalah orang-orang yang sama sekali ngga peduli, dan lebih memilih memperkaya dirinya sendiri.

Kemudia baru-baru ini gua kembali berdebat tentang masalah yang sama dengan orang yang berbeda, tapi kali ini gua lebih banyak diam, bukan karena gua ngga pernah lagi turun ke jalan, bukan karena gua apatis, apalagi karena gua ngga peduli terhadap rakyat. Tapi lebih karena gua melihat ada beberapa yang kesalahan yang harusnya dibenari dalam setiap orang-orang yang ingin melakukan demostrasi:

Menurut Gua:

  1. Banyak demonstran yang cuma ikut-ikutan saja, tanpa mengetahui content dari aksi yang dia lakukan. Contoh saja jika bicara tentang UU BHP, berapa banyak para demostran yang telah membaca isinya secara penuh. Gua yakin tidak sampai setengahnya.
  2. Terkadang demostrasi hanya dilakukan secara incidental tanpa dilanjuti dengan kegiatan yang concrete, sehingga banyak orang-orang yang berpandangan bahwa mahasiswa hanya bisa ngomong saja tanpa bertindak apa-apa. Gua pikir kedua-duanya harus berjalan seiringan, tak bisa dipisahkan.
  3. Memang sangat penting mengkaji hal-hak yang bersifat naisonal, tapi jangan lupa masalah-masalah lokal tetap penting dilakukan. Liat berapa banyak yang peduli terhadap kasus LUMPUR LAPINDO, kita jarang mengangkatnya padahal ribuan orang telah “dimiskinkan” oleh Bakrie Group dan didukung SBY dengan Kepres-nya tentang Peta Dampak Lumpurnya. Kita juga kurang peduli dengan beberapa kasus penderitaan masyarakat Papua yang harusnya sejahtera dengan Freeportnya, atau masalah busung lapar di Nusa Tenggara.

Cuma itu yang bisa gua pikirkan tentang demostrasi akhir-akhir ini, tapi mudah-mudahan bukan berarti orang-orang tidak mau aksi lagi. Justru gua tulis ini biar lebih banyak lagi orang yang peduli dan mengerti dari perjuangannya yang mereka lakukan.

28 thoughts on “DEMO……AH, Ga’ Penting…..!”

  1. mungkin bisa masuk Jstore (Jurnal Internasianal).

    JSTOR atau JStore? Mahluk apapula itu, JStore? Toko Jepang? 😛

    Internasianal atau Internasional? Dan apapula itu Internasianal? Singkatan dari Inter-Nasi-Anal? Hueeek…..

    Ejaannya diperbaiki dong!

    Reply
  2. It’s nice article.
    The title was provocative, thought.

    It seemed like everybody at least in the 3rd year will eventually arrive in the same conclusion (if we haven’t lost our innocent-idealistic-brain yet).

    Me?
    I have already lost innocence but I will always support anyone who want to speak the truth when I know and believe it was the truth.

    Reply
  3. tumben loe boy agak2 bener tulisannya, walau tata bahasa belepotan ya nevermind dah..

    intinya sih, lo bilang aja ama yg kayaknya males ama demo, mahasiswa emang serba salah. Pas demo dicaci, pas nggak demo, masyarakat bilang mahasiswa gak peka hehe.. pusiiing deh..

    Reply
  4. Btw, #3 tata bahasa mana ya yang salah? rada bingung.. perasaan cuman mengganti kata SAYA dengan kata GUA. No big deal kan? jangan sok ahli bahasa deh hehe..

    #4 sepakat apa lo? sama no 2 apa sama penulis? ga jelas.. kayak mahasiswa hehehe..

    Reply
  5. poin 1: check!
    poin 2: check!
    poin 3: check!

    yayaya, demo emang penting. tapi kalo demonya telat, kurang persiapan, n cuma digunain buat ngumpulin massa sebanyak-banyak, tanpa membuat massanya sendiri tau mereka dikumpulin buat apa… yah, jangan salahin kalo demo (or aksi lah..) yang dilakukan juga ga ngasih hasil apa-apa…

    Reply
  6. Mahasiswa sebenarnya cuma peramai suasana saja itu yang pasti asal jangan anarkis aja gayanya, gw sendiri rencana mau minjem jakun siapa tahu meskipun udah lulus kayaknya seneng juga bisa jalan bareng ikutan teriak-teriak sama mahasiswa he..he.

    Reply
  7. gw setuju bgt.. bahwa kita sbg mahswa harus terus BERGERAK!! kebanyakan mikir kita bakal dijajah BUNG!!!

    inilah yg terjadi pada mahasiswa sekarang, pada APATIS..
    jgnkan bwt gerak, mikir aja susah..

    gw sangat menghargai org2 yg turun AKSI tapi gak tahu apa2 daripada org yg hanya bisa mikir, belajar/menuntut ilmu, dapet IP selangit dan berprestasi dengan enaknya.. tanpa berbuat apa2, mudah sekali hidupnya.. klo kyk gitu doang gw jg BISA..

    woi mahasiswa2 APATIS.. coba dong BERGERAK dn menjadi bagian dari sejarah, jgn cuma keasyikan belajar dan mengomentari hal2 yg gak penting..

    STOP THINKING!! ACTION NOW!!!

    Reply
  8. Walaupun tata bahasanya ngjingkrak, tapi gw sehati dengan penulis.

    Teruskan perjuangan untuk menyadarkan pada sejawat kita yang kadung jadi pion politik. Biarkan mereka mencap sembarang orang sebagai “apatis” sementara mereka pun lebih senang berada di dekat korlap dan petinggi organisasi dibanding “menyadarkan” mereka yang “apatis”. Sesungguhnya konformis lebih hina daripada “apatis”.

    intinya sih, lo bilang aja ama yg kayaknya males ama demo, mahasiswa emang serba salah. Pas demo dicaci, pas nggak demo, masyarakat bilang mahasiswa gak peka hehe.. pusiiing deh..

    Maaf, gw juga berpikiR demikian tapi sebenarnya ada gak sih bukti hitam di atas putih (tulisan, opini, artikel, dsb) bahwa masyarakat sejatinya membutuhkan mahasiswa untuk demo aksi turun ke jalan?

    gw sangat menghargai org2 yg turun AKSI tapi gak tahu apa2 daripada org yg hanya bisa mikir, belajar/menuntut ilmu, dapet IP selangit dan berprestasi dengan enaknya.. tanpa berbuat apa2, mudah sekali hidupnya.. klo kyk gitu doang gw jg BISA..

    Permisi.. pada prakteknya, bukannya lebih mudah turun aksi gak tau apa-apa daripada sekadar menuntut ilmu dengan prestasi selangit? Mau dikoreksi pernyataannya?

    +iR+

    Reply
  9. wah, setuju banget gue ama penulisnya,,,

    dan buat #9
    jangan sok teu deh, emang mikir bukan action? pantesan aja jarang ada inovator dari mahasiswa Indonesia (I mean jarang lho bukan gak ada), lha kerjanya bergerak karena disuruh mulu kagak mau mikirrrrrr….

    ndak ada tuh namanya mahasiswa apatis, semua mahasiswa dinamis kok cuman arahnya aja beda-beda okay!

    Reply
  10. Kalo menurut gw sich, bukan demonya yang gak penting…

    Tapi, entah kenapa yang gw liat selama ini, kakak-kakak mahasiswa (terutama BEM) yang berdemo seolah-olah kurang mempersiapkan diri mereka (no offense, kayak pas demo bhp di dpr). Dari berita yang gw baca di detik.com, ada kesan bahwa kakak-kakak BEM yang berdemo kurang memahami apa yang mereka tuntut (Maaf, gw kurang tau situasi lapangannya seperti apa).

    Reply
  11. makasih, karena sudah mengoreksi tatabahasa gua. ya, karena gua hanya ingin membuat santai aja mas, mba! Oh ya, kalo nulis Mas harus pake hurus (M) besar ya?
    Makasih semua!

    Mengenai komentar, ya, pergerakan penting.
    Tapi kajian juga penting.
    Pergerakan tanpa Kajian = ……………
    isi aja sendiri ya, banyak sih peribahasanya!

    Reply
  12. yaelah tata bahasa aja dimasalahin,liat ke makna tulisannya dong..
    ibaratnya klo nyetir tuh liat ke depan jangan liat ke bawah..

    gw setuja bgt ama si iqbal..

    Reply
  13. @wiji pada khususnya
    @semua pada umumnya

    kita yang nggak ikut demo bukan mahasiswa APATIS kok

    kita juga berjuang dengan cara kita sendiri lo

    emang mau BERGERAK kemana sih? BERGERAK yang seperti apa to?

    tanggung jawab terbesar kita itu ya menuntut ilmu supaya bermanfaat untuk rakyat, ngasih suatu sumbangan intektual gitu lo. kan kita ini calon cendikiawan ceritanya.

    hehehe, basi yak tulisannya?

    Reply
  14. #18: ga basi kok, setuju banget gw ama lo.
    Perjuangan setelah mahasiswa jauh lebih bermakna dan powerful daripada ketika mahasiswa. Setelah mahasiswa itulah kita punya kesempatan lebih banyak untuk berkarya yang nyata. Saya rasa kalo semua mahasiswa yang dah BERGERAK ketika mahasiswa mau melanjutkan pergerkannya setelah mahasiswa, pasti negara ini masalahnya udah ga banyak lagi…

    Reply
  15. mari lebih peduli ama kekeluargaan mahasiswa UI. salah satunya masalah mahasiswa reguler dan non reguler. kita ini kan dibawah IKM. ya konsentrasinya ke IKM Ikatan Keluarga Mahasiswa. jangan bicara ke “Zalim” an pemerintah kalau kita masih zalim ama tugas kita “mempererat silaturrahmi” IKM UI. dan tolong jangan pakai kata APATIS lagi ya, sakit didengernya. berasa tahu aja….

    Reply
  16. @pradana setya
    Itu pemikiran gw waktu masih mahasiswa karena gw lihat selama ini sering didengungkan memperkuat pengakaran IKM UI tapi dalam realitanya itu omong kosong besar langkah yang sistematik untuk itu nol besar jadi habis lulus gw lihat banyak teman-teman gw yang dah bubye aja sama nih almamater, padahal banyak hal-hal besar yang bisa dibentuk dari hal yang kecil di tingkat bawah, ya yang seperti disampaikan pradana #21 itu. Jadi gw harepin sih anakui.com bisa menjadi gerbang ke sana bahkan tidak hanya bisa merangkul yang masih berstatus mahasiswa namun juga dapat merangkul yang sudah berstatus alumni, sehingga bisa ada hubungan yang berkesinambungan antara yang masih mahasiswa dengan yang sudah berstatus alumni UI guna mendukung pencapaian cita-cita UI sebagai universitas kelas dunia.

    Reply
  17. Buat IR, beberapa pendemo malah punya “IP setinggi langit dan ngerti substansi perdebatan tentang BHP!” ex: ketua Bem FISIP UI> pencapaian dia; bintang FiSIP, IP tertinggi di HI ma FISIP.”

    Dan jangan ada yang bilang secara implisit pen-Demo ga punya masa depan ato ngelakuin itu cuma karena mereka dah hopeless kuliahnya. Buktiin sebaliknya.

    Dan lebih jauh miserable kalo lo apatis, mencela, ga peduli, ga menghargai tapi IP lo jongkok. at least berdemo itu kontribusi bergerak sebagai penekan yang menegaskan dimana posisi mahasiswa.

    Reply
  18. IR mungkin nulis komen diatas sebagai bentuk kekesalannya karena gag bisa ikut demo haha
    dia tuh pengen jadi pusat perhatian orang, karena selama ini mahasiswa yang suka demo pasti aktif di kampus dan selalu bersinar. bwat ir gag papa lo mau ngeritik kaya apa juga, tapi inget, lu jangan cuma ngomong duang, beri bukti dong kalo emang peduli. jangan jangan lu udah ketularan para pejabat yang bisanya cuma ngumung duang
    peace ah!!

    Reply
  19. @incognito
    @pahlawan negeri
    Patut lu berdua ketahui sesungguhnya apa yang ditulis oleh iR itu mencerminkan apa yang terjadi di masanya mahasiswa, jadi mungkin kalau sekarang ada perbedaan situasi meskipun terdapat pula sejumlah persamaannya makaitu dapat dipahami. Sebagai contoh kalau tahun 2001-2004 itu ada demonstrasi besar untuk menuntut turunnya gus dur ataupun megawati dengan kegiatan demonstrasi yang melibatkan massa yang cukup besar dibanding kegiatan demonstrasi mahasiswa yang terjadi pada 2005 ke atas. Pengalaman inilah yang mungkin mendasari pendapat iR jadi kalau sekarang ada bentuk-bentuk perbedaan karakter pendemo -yang dahulu mobilisasi banget gayanya, yang sekarang ada bentuk intelektualitas- maka memang baiknya perbedaan itu disebutkan kemudian didiskusikan bukan untuk diruncingkan. Anak muda ingat masa mahasiswa itu tidak akan lama seusai lulus kuliah itulah kalian akan dilihat bentuk nyata yang bisa kalian berikan untuk negeri tercinta.

    Reply
  20. menurut gw mahasiswa hubungannya fungsional kook,saling melengkapi satu sama lainnya dan pastinya menginginkan Indonesia untuk lebih baik lagi..
    bener tuh,mereka punya cara yang berbeda dan fungsional karena memiliki fungsi masing-masing dan saling melengkapi.ada yang mikir,ada yang bergerak,ada juga mungkin yang apatis…
    masalah demo,masalah utamanya adalah posisi mahasiswa.menurut gw,mahasiswa terlalu banyak nuntut,tapi bisa ga kalo disuruh nyari solusi?pernah gak sih ada demo tapi yang isinya ngasih solusi?I don’t think so…

    Reply
  21. klo disimak dari pembicaraan temen2 disini semua mengarah pada tujuan yang sama, mo yang demo kek,,atao yang ga,,tapi klo diliat dari yang nulis ni artikel dia mungkin ga suka demo tapi bukan brarti dia ga peduli buktinya dia bisa deskripsiin demo versinya, paling ga dia memperhatikan. tujuannya sama, sama2 pengen ngeliat indonesia lebih bagus itu kan? jadi jangan ada orang yang stereotyping yang belum pasti,,kayak apatis atau bodoh dan semacamnya,,belum tentu orang yang lo bilang diem2 culun yang apatis itu ga berbuat apa2? atau yg tereak2 itu bodoh dan bisanya bacot doang? setiap individu itu manusia bebas kan? dengan itu kita jadi dinamis yang nantinya bisa menciptakan ide2 kreatif,,,jadi coba tinggalin embel2 kebanggaan lo biar ga egosentris,, baru lo bisa liat mana hitam mana putih.

    Reply
  22. Memang kadang-kadang sulit dimengerti untuk apa kita aksi. Terkadang ada temen-temen yang sudah memikirkan aksi tersebut (design, dll) sebelumnya dan kita tidak tahu apa-apa. So.. kalau aksi ikutan ya berarti ikut mendukung.
    Tapi banyak juga yang ga bisa ikut pada saat aksi tersebut juga tidak ingin dikatakan apatis.
    Jadi sebagai mahasiswa Universitas Indonesia pentingnya… memikirkan bangaimana caranya agar bangsa ini sejahtera. Jangan sampai kehilangan orientasi nih mahasiswa Indonesia. Be Iron Stock.

    Reply

Leave a Comment