Beberapa dari kita pastinya udah pernah nonton film KING yang bertajuk cita-cita anak Indonesia untuk berprestasi di bidang bulutangkis. Garis bawah pertama pada pemeran utama yaitu anak-anak maka otomatis sasaran penontonnya adalah anak-anak walaupun dapat di tonton oleh semua umur. Kita kembali lagi ke resensi film tersebut. Guntur begitulah si anak itu di panggil, selalu berusaha untuk bisa menang bertanding bututangkis di tempat tinggalnya. kekalahan di awal selalu mendapat hukuman dari ayahnya dan alhasil dari perjuangan tersebut dia juara tingkat desa meraih piala namun yang di harapkan adalah uang bukan piala (ia dan sahabatnyanya berpikir ada uang di dalam piala tersebut).
setelah itu guntur hilang semangat, tetapi sahabatnya tetap mendukung guntur hingga akhirnya ikut pelatihan butu tangkis serta mengikuti seleksi agar bisa mendapat beasiswa bulutangkis di daerah Kudus. Setelah berlatih keras di tahap seleksi di tempat latihan (sejenis tempat les bulu tangkis di desa setempat) akhirnya guntur lolos seleksi untuk mengikuti pendaftaran dan seleksi lagi agar mendapat beasiswa di Kudus. dalam film tersebut Kota Kudus memiliki sarana bututangkis yang megah dan menawan serta menawarkan beasiswa.
Cerita saya baru dimulai. dalam film tersebut dengan pemeran utama seorang anak berusia 12 tahun mendaftarkan diri untuk mengikuti seleksi dan mendapatkan beasiswa bulutangkis. namun yang sangat disayangkan adalah pihak penyelenggara seleksi dan beasiswa tersebut adalah salah satu industri rokok terbesar di Indonesia. sungguh sangat disesalkan bahwa film bergenre keluarga dengan sasaran utama adalah anak-anak di sponsori oleh industri rokok tersebut. Seperti yang kita ketahui bahwa strategi pasar industri rokok adalah remaja (bahkan dimulai dari anak-anak). Maka dari film ini jelas bahwa ‘mereka’ sudah mempromosikan iklan kepada anak-anak. Anak-anak Indonesia penuh semangat, semangat membanggakan bagi tanah air tetapi dilingkari oleh jeratan industri tersebut.
Teman-teman mahasiswa yang beruntung mendapatkan kesempatan untuk belajar dan mengenyam belajar di perguruan tinggi maka sudah bisa digolongkan ke dalam masyarakat berintelektual tinggi harus bisa berpikir kritis akan hal ini. Rokok memang tidak ada habisnya apabila kita bicarakan. Namun apa yang kita bisa kita lakukan buat melindungi adik-adik kita, teman-teman kita, saudara-saudara kita, ayah ibu kita serta kakek nenek kita dari jeratan dan lingkaran rokok. rokok mengandung 4000 bahan kimia, 69 diantaranya bersifat karsinogenik. Lebih dari 70.000 artikel ilmiah membuktikan bahwa konsumsi tembakau menyebabkan penyakit dan kematian. Konsumsi tembakau membunuh 1 orang setiap 10 detik (WHO 2002, The Tobacco Atlas). Lalu kita hanya berdiam diri menyaksikan film tersebut tanpa sadar bahwa adik-adik kita sedang di racuni oleh iming-iming beasiswa yang berasal dari penyakit-penyakit yang diderita orang-orang di sekeliling kita (yang merokok aktif maupun pasif)??
yang ingin saya sorotkan disini adalah peran industri rokok dalam memasuki celah-celah kecil di masyarakat agar tetap berjaya di atas awan. Apalagi sekarang mereka sudah berhasil memasuki pasar anak-anak melalui film KING tersebut. jelas ini adalah suatu ‘kecolongan’ bagi pemerintah dan kita semua. intinya gini sih. film king sangat bagus untuk di tonton apalagi anak-anak karena pesan moral nya untuk menumbuhkan motivasi perjuangan meraih cita-cita TETAPI SANGAT DISESALKAN dalam meraih motivasi tersebut ada ‘pihak negatif yang memanfaatkannya’. saya sbg seorang kesmas melihat ini benar-benar sudah chaos. saat anak-anak sudah di sodorkan promosi iklan rokok (dalam undang-undangnya memang tidak boleh mengiklankan bentuk dan jenis rokok tetapi secara implisit menggambarkan bgmn perasaan merokok tersebut)
Kalo penasaran knp bisa saya nulis kayak gini cari ajah di om google tentang strategi industri rokok dalam pemasarannya di YLKI, di total-ban.com, atau di web2 lainnya.. Hari ini juga baca koran tempo hal. A11 ada pendapat bahwa satu-satunya menkes yang pernah ada di Indonesia bahkan di dunia yang berbicara soal tembakau, “Gimana ya, rokok memang memberikan cukai yang sangat besar…” Pak Tulus Abadi dari YLKI berkata “Kalau Menkes ngomong soal cukai lalu siapa yang peduli terhadap aspek eksternalitas rokok bagi kesehatan?” makanya kita belum meratifikasi FCTC, png tau FCTC?? silahkan cari di google. kalo saya jelaskan makin panjang lagi, nanti gak di submit lg ama k’ilman ahahha..
saya ingin mendengar komentar dari ‘pendukung’ industri rokok dan anak marketing, perpajakan dll nih..
Industri rokok sudah semakin pintar sekarang melalui program berbungkus CSR. masuk ke kampus-kampus, menawarkan produk yg memang bukan kretek tetapi barang, buku-buku, beasiswa, sponsor kegiatan dll. yang sulit untuk menolaknya karena teramat halus cara masuknya.
KING hanya menampilkan sejarah yang benar2 terjadi untuk atlit2 bulutangkisa besar di Indonesia,
berasal dari kalangan kurang mampu
dan di besarkan oleh PB Djarum Kudus
hanya menampilkan kenyataan tersebut, tidak lebih..
Industri rokok memang sangat besar ketika menjadi sponsor, hampir seluruh kompetisi olahraga professional di indonesia memang di biayai itu..
Kita butuh infrasruktur & SDM untuk berkembang..
industri rokok membantu itu
ingat kawan pernyataan “Industri rokok membantu itu”.. TAPI selain itu kerugian akibat rokok seperti kematian, pengobatan kanker, dan kehilangan jam kerja mencapai 108 triliun Rupiah setiap tahunnya (koran tempo 13 juli 2009 Hal.A6)
belanja rokok setiap tahun nya 108 triliun dan kebanyakan perokok adalah orang miskin.
MASIHKAH ANDA MENGANGGAP INDUSTRI ROKOK MEMBANTU KITA?
Kampanye anti-rokok terutama bagi kaum menengah ke bawah dan bawah masih harus digalakkan. Agak miris jika mereka mampu beli rokok sebungkus sehari sementara anak-anak mereka perlu uang untuk pendidikan.
tak ada jalan keluar selain menutup pabrik rokok,jangan mau bela sesuatu yang tidak menguntungkan meskipun banyak anak indonesia sudah mendapatkan beasiswa.namun sesungguhnya beasiswa itu dari membunuh orang,selain itu sangat sulit untuk penyuluhan anti rokok dikalangan bawah.hal ini berdasar analis,jadi hal diatas harus terjadi.
@zizi&nomura.. u are right..!! klo ngomongin preventiv dampak rokok kita gak bisa bergerak di bawah atau dari bawah (ke masyarakat).. semua masyarakat tau kok okok berbahaya bagi kesehatan TAPI mereka belum ngerasain dampaknya ajah..
klo kita berhasil mengajak 1 orang untuk berhenti merokok, tapi ditempat lain berapa banyak perokok pemula???? apalgi anak2 atau remaja?? jadi menyelamatkan 1 orang tetapi diluar banyak orang baru terjerumus.
jadi ya kita harus bergerak dari atas. dari legal aspek. naikan cukai hingga 70% (standar di negara2 lain), berikan alternatif tanaman kepada 2 juta petani tembakau. berikan alternatif pekerjaan bagi buruh tembakau.
intinya gini. SEHAT ITU MAHAL. susah di cari kalo kita udah sakit. tapi kalo orang pengangguran (petani&buruh tembakau nantinya) banyak pekerjaan positif yang masih bisa ia lakukan untuk mencari uang.
tapi kalo kita udah sakit (kanker, impotensi, gangguan kehamilan dan janin) kemana kita harus cari kesehatan itu?? kepada siapa kita harus meminta kesehatan itu? seberapa besar uang yang kita keluarkan untuk mendapatkan kesehatan itu??
JAWAB..!!
hmmm, agak dilematis memang. Di satu sisi rokok sangat membahayakan kesehatan, tapi di sisi lain rokok telah menjadi sandaran kehidupan bagi banyak orang.
pilih mana sehat atau kaya??
Memang ini adalah strategi industri rokok untuk membentuk citra positif perusahaan mereka. Bentuk2 CSR atau sponsorship adalah upaya mereka menormalkan perilaku merokok di masyarakat luas. Dengan diakusisinya Sampoerna dan baru2 ini Bentoel, Indonesia akan menjadi surga yang sangat indah buat perusahaan rokok. Miris memang melihat kondisi Indonesia. Pemerintah dan DPR-nya tidak sedikitpun memihak pada kesehatan rakyatnya. Tidak ada peraturan yang secara ril melindungi kita dari dampak bahaya rokok..
DICARI.. Menteri Kesehatan BARU, yang PEDULI KESEHATAN BUKAN EKONOMI ATAUPUN POLITIK.