*Wanted! Dibawah ini adalah kronologi deskripsi aksi modus penipuan. Tulisan sangat mendetail, dilengkapi 16 keanehan (keganjilan).*
Kasus kejadian: 09/07/2012 ; sekitar 15:00-17:30 WIB.
Seusai melakukan ritual ibadah, Rahma (nama disamarkan) mengintari lantai sangat dasar sebuah mall di Depok town. Seperti biasa, sifatnya sangat cuek, dan tidak peduli orang lain berpikir apa saat dia berkeliling mencari-cari sesuatu seperti anak hilang. Karena tak kunjung ketemu barang yang dicarinya, jadilah ia melengos berjalan menuju sebuah tangga keluar mall town tersebut.
Belum sampai tangga, Rahma dicegat seseorang. Rahma mengira orang itu seorang penjaga parfum yang mencoba memberi kertas sampel parfum. Ternyata….
“Mbak, ini silahkan buat mbak.”
“??” disodori kertas, Rahma agak kaget. Dalam hati, dan tanpa memfilter ia langsung ceplos, “Apaan tuh?” Ternyata, sifat penasaran Rahma berujung simalakama.
Dengan keahlian tinggi seorang sales, atau yang bahasa kerennya orang marketing dan promosi, ia langsung menerangkan bahwa dengan kartu tersebut Rahma bisa mendapat hadiah yang diberikan hanya pada 20 pendatang pertama. Rahma, sebagai seorang mahasiswa, bersifat sangat kritis selalu bertanya, jadilah ia malah terbawa oleh si saleswomen ini ke suatu toko bernama X.
Sekilas percakapan mereka sebelum dibawa ke toko X di mall town tersebut yang masih satu lantai.
“Mbak seorang pelajar, mahasiswa, apa sudah kerja?”
“Memang kenapa?”
“Iya, karena kalau mbak belajar mbak tidak termasuk dalam orang yang boleh menerima bonus langsung ini.”
“Hah? Bonus langsung? Bonus langsung apaan? Saya kan gak ngapa-ngapain.”
“Iya, bonus ini,” sambil menunjuk kartu yang dia sodorkan, “adalah bonus yang diberikan pada 20 pendatang beruntung. Mbak, apa masih sekolah? Kalau masih sekolah tidak boleh.”
Dalam hati, Rahma merasa aneh. Mahasiswa kan masih kategori sekolah—sekolahnya mahasiswa, ya, perguruan tinggi. Masa’ gak bisa bedain antara anak sekolah atau bukan? Kalau pelajar itu status untuk SD sampai SMA. Tapi kalau sekolah, mahasiswa pun masih termasuk.
Terjebak oleh bonus langsung dan sifat penasaran, serta kamuflase keramahan saleswoman, Rahma “digiring” ke toko X. Tak sedikitpun Rahma berniat membeli barang.
Terdapat dua kursi yang menjorok ke dalam toko X. Jika dilihat dari arah Hypermarket, wajah Rahma membelakangi Hypermarket. Seolah berniat menyembunyikan sang korban dari keramaian Hypermarket, dan konsentrasi hanya pada toko. Semua tampak terencana, dan tidak disadari Rahma. Namun Rahma masih dalam batas kesadaran. Ia diminta duduk di kursi tersebut, dan saleswoman bukannya langsung to the point, tapi seolah mengajak perkenalan agak dalam. Rahma—yang sebenarnya adalah ajang mengeruk informasi. Karena bersifat agak welcome dengan orang asing, akibat “termakan” keramahtamahan seorang saleswoman, mengikuti alur yang dibuat saleswoman.
Secara teknis, sang saleswoman mengatakan, “Jika menang, traktir jus ya, mbak…hehe” dan hal tersebut dikumandangan berulang-ulang kali, seolah mendoktrinisasi bahwa Rahma akan menang. Meskipun demikian, Rahma tidak mengiyakan begitu saja.
Sebuah permainan taktik. Buatlah seseorang diambang kesenangannya, lalu jatuhkan. Rahma dibuat senang dengan bonus dan doktrinasi diatas, sehingga bersikap melunak. Justru saat itulah sisi berbahayanya.
Dalam pencitraan orang, yakni bersilat lidah, dan mimik wajah, orang tersebut bertingkah seperti seorang salesman mahir MLM. Perlu diketahui, seorang salesman MLM, mengajak orang lain dengan amat sangat natural. Awal pembukaan perekrutan MLM, selalu ada pertanyaan, apa impian terbesar Anda? Anda diberi waktu mengkhayalkan kesenangan, sehingga dalam khayalan senang tersebut membuat Anda mudah bertekuk-lutut, sehingga masuk menjadi anggota—tergantung perekrutan, biasanya disuruh datang ke seminar dulu. Namun diperas uang dari tiket masuk seminar atau katalog.
Metode ini mirip dengan godaan setan pada peminum khamar.Efek dari meminum khamar adalah kebahagiaan seperti melayang dipuncak tertinggi (efek zat kimia khamar). Justru dari situ berbagai kejahatan seperti membunuh, berzina dan kejahatan lain mudah dilakukannya. Angan menenggelamkan logika.
Keanehan demi keanehan….
Sekitar 10 menit mereka bicara, sesekali Rahma mengecek jam tangan. Ia sebenarnya agak terburu. Namun sejam lagi, tak apalah, pikirnya. Ia diminta mengisi nama, alamat, nomor telp pada formulir, sebagai pendatang yang pertama-tama mendapatkan bonus beruntung.
Keanehan#1Namun di formulir yang Rahma tulis, masih DAFTAR KOSONG yang bersih. Padahal saleswoman menyebutkan sebelum ke toko, bahwa ada pula yang kemarin beruntung mendapatkan bonus. Namun kenapa formulir kosong?
Begitu formulir sudah ditangan, saleswoman digantikan salesman, dan Rahma dikorek informasi oleh salesman. Salesman, seperti saleswoman mencoba beramah-tamah.Pembicaraan sekitar 10 menit, termasuk ajang promosi produk mereka. Produk yang katanya dari Korea Selatan, di depan Rahma persis ditemboknya ada poster ditempel mengenai produk tersebut. Musik agak keras dari produk dinyalakan, seolah disengaja untuk membuat rileks. Namun Rahma mulai kesal, ia merasa membuang waktu, karena ia terburu-buru. Sang salesman menyadari, “Kok mbak melihat jam terus?”
“Saya terburu-buru. Ada acara habis ini.“ (dari sini salesman tidak menyinggung bonus sama sekali, sehingga Rahma menyinggung tentang bonus langsung tersebut—ingat ia telah menghabiskan waktu 20 menit). Respon yang Rahma dapat balik: salesman dan saleswoman bertingkah santai seolah waktu masih banyak, dan Rahma akan menyesal jika melewatkan bonus ini. Kembali doktrinisasi “traktir jus, ya, mbak, kalau menang” yang merupakan taktik seperti memberikan harapan.
Keanehan#2 Pernahkah ada seorang penjual yang “meminta imbalan” selain daripada membeli barang? SANGAT ANEH. Konsumen adalah raja. Bahkan biasanya di tempat peralatan elektronik sekalipun konsumen diberi macam-macam untuk kenyamanan, seperti aqua, permen, dan lain-lain.
Kemudian, salesman menyodorkan beberapa amplop, seperti main tebak-tebakan dalam permainan joker kartu. Dua dari sebelah kiri Rahma mengambil, salesman menggunting amplopnya.
Keanehan#3 luput dari perhatian Rahma: jika memang toko tersebut membawa merk Korea Selatan, tentunya tidak mungkin merk Korea Selatan tersebut bersatu untuk memberi sebuah bonus, karena pada dasarnya setiap perusahaan berdiri sendiri-sendiri. Seperti di Indonesia, sejak kapan perusahaan makanan misalnya, PT Ajinomoto, PT Bango membangun koorporasi bonus untuk membeli produk? Lagipula amplop tersebut berwaran ungu, terlihat seperti pola aliran cat air. Amplop terlihat sekilas di lem tanpa cacat—tampak sempurna. Tidak ada cap apapun, maupun logo apapun.
Sebelum mengambil amplop bonus, Rahma diberitau bonus berupa voucher bernilai 200ribu, atau 300 ribu, atau 500ribu. Kenyataannya saat membuka voucher adalah 1juta. Sebuah suntikan kesenangan lagi. Seperti morfin yang kadarnya ditambah sedikit demi sedikit.
Keanehan#4 Secara umum semestinya reaksi terkejut dan mengernyit jika instruksi yang sales tidak sesuai instruksi perusahaan yang ia amanahkan. Namun yang terjadi disini adalah salesman terlihat gembira. Gembira buatan, yang luput dari perhatian Rahma. Seperti seolah membangun fondasi kesenangan korban. Namun justru dari sini, semakin memperkuat keanehan lainnya, jika kita jeli melihat.
Akhirnya, guna mengklarifikasi salesman mengkonfirmasi telp ke seorang ibu (mungkin pimpinan). Keanehan#5 kembali terkuak. Seorang salesman, bagaimana mungkin bisa menghubungi seorang yang jabatannya lebih tinggi hanya dengan langsung mengatakan, “ibu” pada sapaan atasan tersebut, tanpa sebuah nama sekalipun? Dan ia tidak memperkenalkan namanya sendiri, dan jabatannya sebagai seorang salesman, di cabang manapun. Semestinya ini sudah menjadi tanda tanya Rahma, bahwa tak mungkin salesman tidak menghormati atasannya. Dari cara salesman sekalipun, adalah mirip dengan cara bicara modus penipuan terhadap korban melalui telepon.
Dengan kelihaian penipuan yang terkamuflase dari keramahtamahan, salesman memberitaukan bahwa Rahma mendapatkan megabonus, yakni bonus tertinggi. **harap diketahui, megabonus membuat Rahma semakin lebih senang. Sehingga agak kurang waspada.
Salesman kembali menjelaskan voucher berupa potongan harga senilai Rp1.000.000,- hanya dapat dipergunakan pada tanggal 1-31 Agustus 2012, baik di pameran PRJ maupun cabang toko di Cempaka Putih (pembicaraan dua arah—tanya jawab). Agak kaget bercampur senang, dan terbawa arus, kembali ditambah diperjelas saleswoman,“traktir jus ya, mbak..hehe.” Seolah Rahma ketiban rejeki. Terbersit oleh Rahma, ini saleswoman, ngapain sih aneh banget minta traktir mulu?? Dikirain bercanda. Ternyata beneran…….
Salesman kembali bersilat lidah. “Hari ini hari khusus, mbak…”ia melanjutkan pembicaraan sangat mahir selayaknya orang marketing olahan MLM. Lihai sekali orang ini berbicara. Seolah semuanya tampak natural. Atau Rahma yang memang bodoh atau sudah terhipnotis?
“Ya, karena hari ini hari khusus, mbak bisa mendapatkan produk dengan voucher ini. Kalau harganya 1 juta, mbak gak perlu bayar apa-apa, kalau harganya 1,8juta, mbak cukup 8ratus aja.”
“Lah, memangnya gak rugi apa? Aneh banget”
“Loh kan ini bonus mbak….” si salesman kembali bersilat lidah.
Keanehan#6 kenapa hari itu adalah hari khusus? Kenapa sangat tiba-tiba? Dan salesman tidak memberitaukan kapan saja hari khusus itu sangat aneh.
Kemudian sang salesman seperti sudah sangat alamiah, memperlihatkan produk Eye care massanger. Katanya untuk mengurangi minus. Entah bagaimana caranya si salesman meyakinkan, lalu berujung masalah harga yang ditanyakan Rahma. Harga yang awalnya ditawarkan Rp1.850.000,-, dengan berkilah hari itu hari spesial, harganya menjadi Rp1.250.000,-. Dikurangi voucher pun menjadi Rp250.000,-.
Entah bagaimana caranya, kemudian Rahma dikawal oleh saleswoman tersebut ke ATM. Tadinya ia mau digiring ke ATM Bersama di lantai dasar oleh saleswoman. Rahma tidak mau mengambil disana karena kena cash Rp5000,-. Awalnya seolah mereka (sang saleswoman dan salesman) bilang hanya Rp5000 aja kok, di ATM Bersama aja kali… Seolah memaksa Rahma secara halus. Namun Rahma lebih suka di ATM Center lantai atas.
Saleswoman ini seorang ibu yang sedang hamil 5 bulan, seperti seolah menarik simpatik Rahma pula. Manalagi Rahma orangnya welcome pada orang, mengajak ngobrol ngalor-ngidul. Di ATM center, saleswoman ini melepas Rahma dan menunggu di tempat duduk. Entah perasaan aneh atau tidak, Rahma merasa sepertinya orang tersebut merasa takut di tempat ramai tersebut: yaitu ATM Center.
Keanehan#7 sejak kapan seorang penjual mau mengkawal (istilah halusnya: “menemani”) pembeli buat ambil ATM? Aneh. Justru mengkawal adalah bentuk ketidaksopanan, karena terlihat mengintimidasi secara halus. Jika penjual barang beneran lebih suka memberi informasi lokasi ATM persisnya, bukannya menemani sang pembeli, karena secara hubungan pribadi mereka bukanlah siapa-siapa. Hanya keterkaitan penjual dan pembeli.
Kembali ke toko, KTP Rahma dikembalikan oleh salesman. Keanehan#8 toko X ini seolah mengikat agar Rahma kembali ke toko, karena KTP nya diminta sebentar oleh toko, guna di fotokopi sebagai bukti Rahma sudah mendapatkan bonus. Namun saat Rahma kembali tidak ada tanda-tanda KTP tersebut di fotokopi. Lagipula di mall town daerah Depok tersebut tidak ada fotokopian melainkan agak jauh di luar mall, meskipun sangat dekat dengan universitas negeri.
Barang pun dikemas, diberikan yang kotaknya baru. Keanehan#9 kotak memang terlihat lebih bagus daripada yang sebelumnya, tapi tidak ada segel hologram, atau di kotak tidak ada cap atau merk apapun dari Korea Selatan. Plastik yang diberikan pun bukan benar-benar plastik toko resmi—plastik putih indomaret. Dan lagi, saat diminta amplop bonus tersebut sebagai bukti bahwa Rahma pernah dapat voucher Rp1juta, mereka menolak—seperti yang dibilang, bahasa mereka sudah amat terlatih.
Bahkan, salesman sempat bilang Rahma perlu difoto untuk bukti perusahaan. Katanya dari 20 orang yang beruntung mendapat bonus dan difoto bakal terpilih 1 sebagai bintang iklan, dan katanya perbulan dapat Rp750.000,- (dikontrak selama setahun).
Setelah difoto dan mau pergi dari toko, sang salesman berkata masih ada bonus lagi. Rahma kaget, padahal ia sebenarnya sudah terburu-buru. Tak terasa ia sudah menghabiskan waktu lewat dari 16:00. Bonus kedua, perlu membuka segel lain diamplop bonus tadi. Isinya VIP.
Keanehan#10, segel bonus adalah segel hitam mirip lakban yang lemnya tidak terlalu lengket, dan tidak merusak tulisan. Seharusnya jika benar segel, maka seperti voucher pulsa yang digosok, tetapi segel ini dicopot. Bahkan segel di Ale-Ale seharga seribu rupiah saja saja digosok dengan kuku, kenapa segel yang berhadiah lebih besar semacam ini malah dicopot??
Sebelum membuka segel, disebutkan terdapat bonus 1, bonus 2, bonus 3 (tertulis dalam amplop dan diberi kotak). Jika bonus 1, dapat 1 barang dengan pajak 10%. Jika bonus 2, dapat 2 barang dengan pajak 20%. Jika bonus 3, dapat 3 barang dengan pajak 30%. Lalu VIP?
Salesman kembali mengkonfirmasi ke ibu yang katanya pimpinan, dan ibu tersebut terlihat bersuara formal, dan perlu 15 detik untuk mengklarifikasi benar atau tidak VIP melalui kode amplop. Ternyata benar, dan Rahma diminta memilih 4 barang, yang masing-masing diberi dua opsi. (Keanehan#11: Katalog dilaminating—terlihat kurang resmi)
Mixer atau blender? Kompor listrik dan panci, atau seperangkat soundsystem? Catok atau pemijat wajah? Penyaring air? Dengan demikian saat ditotal pajak adalah 40%. Berikut kisaran harganya:
1. Mixer = sekitar Rp2jutaan.
(Padahal harga asli cosmos = Rp185.000; Miyako = Rp120.000; Philip = 370.000) ~bisa merugi Rp1,8juta.
2. catok = Rp70.000.
(Harga normal catok yang bagus adalah sekitar Rp200an keatas. Sepertinya harga catok ini jujur. Jadi, dari sini bisa diketahui kualitas catok RENDAH. Konsumen pun tau barang bagus dan jelek, hanya dari melihat kotaknya).
3. kompor listrik + panci = Rp2.875.000,-
(Padahal harga asli: Rp490.000) ~bisa merugi Rp2,4juta.
4. Mineral water pot = Rp3koma jutaan
(Padahal harga asli: Rp249,000) ~ bisa rugi Rp2 komaan juta.
TOTAL sekitar 9juta.
Berdasarkan kata salesman, jika memakai bank tertentu, maka pajak 40% (Rp2komaan juta~dibulatkan 3 juta) bisa berkurang Rp30%. Jadi intinya pajak adalah Rp1,9juta. (berdasarkan harga asli ia bisa merugi sekitar 1juta, karena total harga asli 900ribuan).
Entah bagaimana caranya, kembali Rahma “digiring” ke ATM Center oleh saleswoman yang sedang hamil tersebut.
Keanehan#12 Rahma masih dalam keadaan sadar saat itu, mencoba berdiskusi dengan saleswoman. Ada beberapa hal yang memberatkan Rahma, bahwa sebenarnya ia sedang menabung untuk sesuatu yang penting di perkuliahannya. Ia mencoba memberi informasi pada saleswoman bahwa ia bingung. Sebenarnya secara halus inilah cara menolak pajak 1,9 juta (yang kata salesman harus diberikan hari itu juga). Apalagi Rahma dalam keadaan terburu sebenarnya, dan jam sudah menunjukkan pukul 5 sore—ia terlambat. Namun sang saleswoman terlihat santai saat berdiskusi dan tidak merasa ada beban. Justru ini membuktikan bahwa ia tidak memiliki empati, dan berarti saleswoman pun memiliki niat yang tidak baik karena tidak memikirkan orang lain yang sebenarnya dalam masa sulit. Ternyata orang dalam keadaan hamil pun bisa melakukan hal aksi penipuan pada orang lain.
Di ATM Center, untunglah saleswoman tidak berani ke tempat ramai, dan menunggu di kursi agak jauh. Rahma pun mengantri di ATM, tetapi masih bisa berpikir secara logika, karena ia tidak pernah mengambil uang sebanyak itu~1,9 sama saja dibulatkan menjadi 2 juta. Apa kata orangtuanya nanti? (Meskipun tadi sang salesman berkilah kan untuk menyenangkan orang tua. Tapi jika tidak benar-benar butuh?)
Rahma dua kali mengantri ke ATM Center karena kebingungan, dan berkali-kali mencoba menghubungi orangtuanya. Entah apa yang dipikirkan orang lain, melihat kebingungan Rahma. Dalam antrian ketiga, ditengah kalang-kabut, ia dipanggil seseorang. Suaranya terdengar sangat kecil—dipanggilan ketiga ia menoleh. Untunglah ada seorang teman menghampirinya ke dalam ATM Center, meskipun tidak ada keperluan menarik ATM.
Berkat temannya inilah ia jadi bisa berpikir lebih jernih, meskipun masih kalang kabut—dan agak sayang melihat peluang bonus di depannya sebenarnya (karena belum tau harga sebenarnya. Rahma sendiri ingin mengecek harga asli barang itu di Hypermarket bawah, atau setidaknya internet, tetapi tidak memungkinkan). Orangtua pun kembali menghubungi untuk tidak mengambil bonus tersebut.
Akhirnya, terpaksa kembali ke toko itu karena ada barang yang ditaruh disana. Justru begitu sampai disana ditemani temannya (Rahma bilang temannya tidak usah dekat dengan toko X itu—karena tidak mau temannya terlibat). Rahma, mencoba agak tenang, mengambil barang terlebih dahulu dan menjelaskan duduk perkaranya. Keanehan#13 salesman membuat surat yang diberi materai. Rahma tidak sempat tau surat apa itu. Yang jelas ia tidak menandatanganinya.
Saat Rahma membatalkan tidak akan mengambil bonus, mereka berusaha membujuk Rahma—lagi-lagi dengan alasan membuat orangtua senang, dan sayang sekali jika bonus dilepas. Rahma bilang ATMnya limited, dan ia sedang mengumpulkan uang untuk kebutuhan lain, tetapi mereka seolah tidak peduli dan terus membujuk. (disini kita bisa melihat penipuan tidaklah manusiawi—egois). Malah mereka bilang minta saja ke orangtua—semakin menunjukkan mereka menelan lidah mereka sendiri: katanya tadi menyenangkan orangtua, tapi sekarang bilang minta saja ke orangtua. Orangtua mana yang senang tiba-tiba tanpa diminta ada anak yang beli kebutuhan rumah tangga, padahal tidak diminta dan jelas kebutuhan tersebut semestinya dipikirkan orangtua sendiri karena anak tidak berkepentingan mengatur?
Lantas, saat Rahma iseng bilang, “Kalau dicicil gimana? 3 tahun gimana?” Hanya untuk membuktikan apakah mereka mudah disetir tentang “uang”. Kenyataannya mudah sekali, dan salesman langsung bilang, “Hah, gila! Lama banget itu! Cicil bisa, tapi 12 x perbulan hingga setahun, tapi mbak kasih 200ribu dulu buat awalnya.” (kembali diperas).
“Kan uang saya di ATM, dan saya sedang terburu-buru.” Rahma berkilah. Ia berpikir, mudah juga memutar-mutar logika mereka ternyata—tadi saja Rahma bilang limited, tapi sekarang ia bilang uangnya di ATM, dan mereka percaya—justru semakin terlihat mereka memang penipu yang haus uang.
Salesman menawarkan dengan cara memaksa ia mengantar ke ATM Center. Namun Rahma ingin berdiskusi dulu dengan temannya tadi. Temannya malah diajak masuk ke Toko X. Rahma tegas, ia tidak memperbolehkan temannya masuk karena tidak ada urusannya dengan ini. Rahma kembali berkilah, dan justru salesman bilang pinjam saja temannya untuk menalangi. Rahma marah, dan ia menolak sangat tegas. Lagipula ia tidak suka tiba-tiba disetir begitu saja—apalagi melihat materai yang ditempel—apa-apaan itu? Tanpa bicara sedikitpun tentang materai seenaknya sudah ditempel.
Salesman terlihat agak emosi begitu Rahma keluar dengan tegas dan agak marah. “Saya tidak jadi ambil bonus, lagipula saya tidak betul-betul perlu barang tersebut!” keanehan#14 buat apa salesman emosi dan memaksa, toh ia hanya sebagai perantara bonus perusahaan dengan konsumen? Penjaga toko X sendiri tidak memakai seragam toko. Jika perusahaan resmi, seharusnya ada seragamnya bukan?
Keanehan#15 Buku panduan pada barang yang terlanjur dibeli semestinya ada bahasa Indonesia—karena sekarang menurut hukum, barang impor harus memiliki buku panduan berbahasa Indonesia. Namun buku panduan tidak bermerk, dan hanya bahasa Inggris.
Keanehan#16 setelah Rahma membayar pajak bonus (—yang sebenarnya dibohongi: membeli barang tanpa sadar, karena kenyataannya pajak bonus Rp250ribu lebih mahal dari barang itu sendiri yang normalnya Rp135ribu), Rahma diminta mentraktir saleswoman dan salesman jus. Apa-apaan itu?—pemerasan lagi. Setelah beradu argumen, salesman justru minta Rp10ribu buat jus mereka berdua (tapi ia menolak dan menunda waktu). Lagipula dimana-mana sekalipun, selalu ada perusahaan resmi yang bilang bahwa diharapkan tidak memberi imbalan apapun pada (yang mengaku) perantara perusahaan, sekalipun itu salesman atau saleswoman.
Catatan:
*Hati-hati dengan rasa penasaran. Penasaran membawa bumerang.
*Tidak ada sesuatu yang gratis. Seorang kandidat mapres geo pernah bilang, “Di dunia ini tidak ada yang gratis. Kalau mau sesuatu lo harus mengorbankan sesuatu yang lain.”
*Penipuan manapun tidak peduli dilakonkan oleh orang dalam keadaan apa saja, baik ibu hamil atau tidak, tetaplah harus waspada pada orang asing. Ramah bagaimanapun statusnya tetaplah orang asing baru kenal.
waahh.. aku juga pernah nih mampir ke “toko” seperti ini. Untungnya aku ini tipe orang pemikir banget jadinya ga aku beli barang-barang “bonus” itu. Tapi mereka minta uang setidaknya untuk ongkos mereka bicara panjang lebar tadi. karena kasihan aku kasih aja 5000 :p
setidaknya ini bisa jadi pengalaman ya buat kita. boleh welcome, tapi harus lebih hati-hati lagi dan dipikir matang-matang lagi serta tindakan menelepon orangtua dulu untuk diskusi adalah tindakan yang tepat loh 🙂
SAYA kepingin mrngrjsr psrs penipu ini. tolong kontak saya di 081318505161. Kak Damai