Inspirasi Indonesia Mengajar: Ketulusan dan Pengabdian yang Ditularkan

Aku Sekarang Jadi Guru
Aku sekarang jadi guru
Aku tak ingin lagi jadi Kahlil Gibran yang punya sayap-sayap patah,

Aku sekarang jadi guru
Maka aku tak mau jadi Soe Hok Gie,
Yang berpikir bahwa nasib baik adalah mati muda,

Aku sekarang jadi guru
AKu tak mau seperti Chairil Anwar
yang berkoar: sekali berarti sesudah itu mati..

Aku sekarang jadi guru
Aku tak ingin mati
Aku ingin tetap bertahan memberi inspirasi…

-Asril Novian Alify, Pengajar Muda YIM di SD Indraloka, Tulang Bawang Barat, Lampung-

atau

“Laporan hari Guru dari Bukit Passau, Majene: Terharu mendengar kesuksesan Tika di Hari Guru, Asril dengan Kosterikanya, Yuni dgn latihan menyanyinya… Sementara di sini, bagi anak-anakku yg “masyaallah” pemalunya (hingga nyaris membuatku gila di minggu pertama!) yg tinggal di atas bukit Passau, berbahasa Indonesia saja sulit. Indonesia Raya di”baca”kan, bukan di”lagu”kan–mereka tak bisa menyanyikannya!.

Di hari Guru yg hujan deras dan hampa–aku hadir sendirian di sekolah hari itu, guru2 tak ada yg datang karena mereka tinggal di bawah dan jalanan tak mungkin bisa ditembus saat hari hujan, kupeluk mereka. Sembari memotong kuku hitam mereka satu persatu (73 org, mereka tdk punya gunting kuku!

Bisa dibayangkan!), kumantapkan diri utk perjuangan di sini yg masih akan sangat panjang: menyadarkan mereka bahwa masih ada sisi dunia lainnya, mematahkan keyakinan tanpa syarat mereka bahwa Passau adalah awal dan akhir penciptaan. Gusti Allah,…aku mencintai anak-anak alien yg pemalu ini!”

Erwin P. I, Pengajar Muda SD Appoang, Majene, Sulawesi Barat-

Saat Ilman meminta saya menulis tentang Indonesia Mengajar, terutama Pengajar Muda angkatan pertama ini, saya kebingungan. Saya kurang tau harus memulai dari mana untuk menceritakan tentang mereka semua, tentang apa dan bagaimana mereka, siapa dan kenapa mereka ada di bawah naungan Yayasan Indonesia Mengajar untuk jadi seorang Pengajar Muda.

Maka dengan sedikit putus asa, saya membuka grup Pengajar Muda di faceebook, dan ketika mata saya menangkap baris-baris puisi Asril, juga postingan 50 lainnya, saya mulai tau apa yang mau saya tulis :D.

——————————————————————-

Indonesia Mengajar- tempat saya sekarang bekerja dan belajar sebagai Tim Training- adalah sebuah Yayasan yang digagas oleh Anies Baswedan, kalau menurut penjelasan di web resmi IM, Indonesia Mengajar adalah sebuah inisiatif bersama untuk menggalang putra-putra terbaik bangsa untuk ikut membantu mengisi kekurangan guru berkualitas khususnya di daerah di Indonesia sekaligus menjadi wahana untuk mengembangkan jiwa kepemimpinan dan pengabdian.

naah…IM memiliki satu gerakan yang disebut dengan Gerakan Indonesia Mengajar, GIM ini program yang memberi kesempatan kepada lulusan terbaik perguruan tinggi di Indonesia untuk bergabung bersama dan bekerja sebagai Pengajar Muda di SD yang kekurangan guru di berbagai daerah di Indonesia selama 1 tahun.

for real, para pengajar muda (PM) yang berasal dari univ dan institut terbaik di negeri ini akan jadi guru!! guru SD. pernah kebayang bahwa anak FE UI yang bernama Bagus Arya Wirapati dan sudah bergabung dengan Bank Indonesia akan bergabung dan jadi guru SD di Bengkalis dan berjalan berjam-jam untuk mengunjungi kawannya di kecamatan lain karena tidak ada transportasi tersedia?

atau Adhi Nugroho, mantan kabem FISIP UI sekarang jadi guru di Halmahera Selatan dan harus ‘turun gunung’ untuk sekedar bisa mendapat sinyal dan memberi kabar?.Banyak cerita yang saya dengar dan bahkan saya alami sendiri terkait Pengajar Muda. Andai saya ditanya, pengalaman apa yang paling berkesan selama saya ada di Indonesia Mengajar dan bersama? saya pasti akan menjawab: SEMUANYA!!

beberapa kegiatan yang dilalui adalah bertemu dan mempersiapkan training (karena kebanyakan anak-anak ini bukan dari Fakultas Keguruan, maka ada training penyiapan untuk mereka semua siap dengan tugas mereka kelak, lewat training intensif serupa karantina), melihat mereka berinteraksi dengan sesama Pengajar Muda, mendengar cerita masa lalu mereka;

Ada yang memilih untuk keluar dari P&G Singapura, ada yang memilih menjadi PM ketimbang beasiswanya di Jepang, ada yang sangat sulit meyakinkan keluarga dan pacar mereka, dll; mengamati dinamika dan naik turun semangat, huuft..saya bisa bikin berseri-seri tulisan tentang ini. 😀

Sekarang, saat mereka semua ada di tempat bertugas masing-masing dan mengupdate cerita mereka setiap minggu melalui blog Indonesia Mengajar, mereka tidak habis menginspirasi saya dan membuat saya jungkir balik iri. Faktanya, saya (juga kamu yang membaca) ada di kota besar, mudah mengakses sinyal, dan menikmati hidup tanpa perlu khawatir harus bertahan dengan deprivasi sinyal, deprivasi listrik. Dan mereka? ha! bahkan harus berlari ke tepi dermaga dan mengangkat HP tinggi-tinggi agar pesan terkirim, lucu kan?.

Tapi keirian saya tidak juga berkurang. Kalau saja kamu membaca blog mereka yang bercerita bahwa mereka ikut melaut, berhasil memperbaiki rantai sepeda tetangga karena disangka bahwa jebolan teknik akan bisa memperbaiki apapun, atau berhasil membuat klub drama di SD, atau yang paling baru: membuat anak-anak didik mereka menyanyikan Indonesia Raya, dan mereka semua menceritakannya dengan rasa bahagia, bahkan kadang haru!

Melihat mereka, anak-anak muda seumuran saya, seumuran kita yang kini memiliki pengalaman hidup jauh dari kemudahan, saya percaya bahwa setahun ini akan menempa mereka untuk lebih resilien, lebih tangguh. Dan 51 orang ini mengambil jalan yang tidak mudah untuk mengembangkan diri mereka sendiri, namun diatas semuanya..memberikan sesuatu untuk tanah air yang setiap saat kita hirup udaranya.

Saya mengagumi keberanian mereka mengambil jalan yang tak semua orang mau meliriknya sebagai pilihan, saya mengagumi semangat juang mereka, saya mengagumi ketulusan hati mereka karena mau dipapar dengan anak-anak SD yang (kemungkinan besar) cerewet dan banyak tanya, saya mengagumi mereka yang meski tau bahwa mereka tidak sempurna namun punya keinginan untuk belajar, tidak henti.

Suatu kali, Pak Anies Baswedan pernah berkata di depan PM dan tim IM, ” ketulusan itu menular”, dan selama berada di IM juga membersamai para PM ini,saya bisa merasakan ketulusan dan semangat positif yang mereka punyai juga merambati saya.

Dan lewat tulisan ini, saya tergagap-gagap memilih cerita mana yang mau saya bagi karena cerita-cerita tentang IM dan PM overwhelmed buat saya dan semuanya inspiratif untuk dibagi dan dibaca banyak orang, berharap bahwa kisah mereka yang ada di pelosok daerah itu bisa menjadi pelajaran untuk kita bahwa menjadi guru itu menantang, bermanfaat, dan menyenangkan. Semoga tulisan ini bisa sedikit menularkan semangat positif untuk kawan-kawan yang membaca!. Jangan lupa juga untuk melihat profil kawan-kawan PM di

http://www.indonesiamengajar.org/index.php?m=page.berita&id=34&page=1, dan menyelami lebih dalam program Indonesia Mengajar di www.indonesiamengajar.org, plus membaca langsung cerita mereka di blog.indonesiamengajar.org. Dan lihat perubahan apa yang bisa terjadi pada diri kita masing-masing :D.

saya menutup tulisan saya ini dengan mengenang perjalanan saya mengantar PM ke Bengkalis, dan saat itu saya hanya bisa membatin “Indonesia, tanah air ini luas luar biasa, dan di setiap jengkal tanahnya selalu ada variabel kebaikan yang bisa kita tuai dan kita semai. Beruntungnya yang bisa menjadi bagian dari proses kebaikan”

Kamu, berani menjejak Indonesia dan mengisi setiap jengkal tanahnya dengan inspirasi? 51 orang sudah memulai, ayo jangan ketinggalan!!

Leave a Comment