Salam Sejahtera.
Anggota Independen DPM UI Perwakilan FISIP UI
Muhammad Ibrahim Hamdani
teman-teman, saya berpendapat bahwa adanya pengungkapan perasaan ketidakbanggaan terhadap UI, dari salah seorang alumni UI, merupakan suatu hak asasi manusia yang dilindungi oleh hukum positif di negara Indonesia. Bahkan, hal ini merupakan salah-satu bentuk kebebasan berekspresi dan mengeluarkan pendapat di depan umum, dari setiap individu di UI, yang menandai proses demokratisasi di negeri ini. Jadi, secara yuridis-formal, saya sangat menghargai, menghormati, dan dapat memahami perkataan tersebut.
Namun, saya juga berhak untuk menyatakan pendapat bahwa pernyataan tersebut sangat tidak etis dan dapat dianggap telah mencemarkan semi nama baik UI. Apalagi, pelakunya adalah seorang alumni UI. Bahkan, hal itu diungkapkan di depan umum yang pendengarnya tidak hanya berasal dari UI, tetapi juga dari ITB, Undip, UGM, dan lain-lain. Jadi, secara etis dan moral, saya sangat tidak setuju dan menentang anggapan tersebut. Apalagi, ucapan tersebut telah memalukan nama baik UI sebagai World Class Research University.
Teman-teman, berikut ini saya kutipkan tanggapan terhadap insiden tersebut; dari salah seorang alumni ilmu politik FISIP Ui angkatan 2003 yang bernama: Rizki Affiat, sebagai berikut:
“…..Dalam artian, bukannya saya mengagung-agungkan UI atau gimana, tapi apapun itu saya rasa penting untuk bersikap etis terhadap lembaga yang udah menyumbangkan ilmu ke kita, apapun itu sisi kurangnya. Kalaupun kita punya kritik terhadap UI, memang lebih baik disampaikan di forum internal dan tidak di forum terbuka, terlebih lagi di UI di depan tamu2 dari luar UI.”
Hidup Mahasiswa !!
Hidup Rakyat Indonesia !!
waw, sangat tersanjung postingan saya dilink di sini
pertama, di situ saya bilang malu sebagai alumni UI
klo Mas Baim lebih mencermati kata2 saya,
Semua yang membaca pun saya rasa akan paham, bahwa letak rasa malu saya justru malu terhadap diri sendiri. karena saya merasa tidak berdaya selama 4 tahun saya jadi anak UI.
dan diskusi di postingan saya itu memang didominasi oleh Mahasiswa Baru, atau yang terkena BOP.
merekalah yang merasakan langsug. apa yang kita, angkatan2 atas (sampai 2007) tidak merasakan
dan saya hanya berfikir, andai saja saya lahir lebih lama, dan masuk UI di tahun 2008 apalagi 2009, mungkin saya adalah termasuk dari ratusan calon mahasiswa yang tidak jadi masuk UI karena biaya,,
hanya mencoba empati
soal malu atau tersanjung,
well
saya pikir kita semua punyaindikator dan tolak ukur yang berbeda untuk menentukan suatu kebanggaan, atau suatu kekecewaan.
Dan Tolak Ukur saya, berbeda dengan Anda
itu saja,,
Terima Kasih
Buat Mbak Dnay; yang saya maksud itu adalah kata-kata :Ketidakbanggaaan” mbak. Bukan Kata “malu”. Dan, konteks tulisan saya kan berbeda dengan yang mbak tulis. Kalau dilihat dari Kamus Bahasa Indonesia, antara kata “Malu” dan Kata “Tidak Bangga” itu; sangat berbeda sekali artinya. Bahakn, rasululah pun pernah bersabda bahwa: “Malu itu adalah sebahagian daripada iman”. Tapi, nggak pernah dibilang kan bahwa tidak bangga itu merupaka bagian dari iman?
well, saya setuju dengan dnay…