Kemanakah Orientasi Perjuangan Mahasiswa

Sekarang ini merupakan era globalisasi dimana tingkat persaingan untuk hidup begitu tinggi dan cenderung tidak memiliki aturan. Posisi negara kita masih sangat tidak menguntungkan bila harus dihadapkan dengan situasi sekarang ini. Nah, sekarang yang menjadi pertanyaan besar adalah di manakah peran kita sebagai mahasiswa Universitas Indonesia yang selama ini dikenal dengan kampus rakyat, yang sejak dahulu dikenal berisikan orang-orang pintar yang akan mengabdikan hidupnya untuk rakyat setelah memiliki modal di dalam kepalanya. Namun, keadaan sudah jauh berubah sekarang, mobil-mobil mewah lebih banyak terlihat masuk-keluar kampus, stigma di masyarakat pun perlahan berlubah, dari kampus rakyat menjadi kampus konglomerat.

Bagaimana tidak, karena status UI yang berubah menjadi BHMN membuat kampus ini perlahan namun pasti mengalami pemotongan subsidi dari pemerintah, yang secara logis bisa kita tarik kesimpulan bahwa biaya kuliah yang perlahan namun pasti juga mulai dibebankan kepada mahasiswa dan pada akhirnya hanya mahsiswa-mahasiswa yang berkecukupan secara finansial saja yang dapat merasakan nikmatnya belajar di UI.

Sebuah konsekuensi yang juga logis ketika kampus ini lebih banyak dipenuhi oleh orang-orang yang berada dalam zona nyaman mereka, yaitu sekaratnya pergerakan mahasiswa yang selama ini memang digerakkan oleh mahasiswa-mahasiswa yang berada di luar zona nyaman mereka ataupun oleh mahasiswa yang dengan berani keluar dari zona nyamannya untuk melihat realitas kehidupan bangsa ini dan ikut berjuang dengan segala idealisme yang dimilikinya. Mungkin banyak orang mengatakan pergerakan mahasiswa bukan lagi turun ke jalan-jalan berteriak-teriak menyuarakan suara rakyat melainkan dengan belajar segiat mungkin karena Indonesia butuh pemuda-pemuda pintar, tapi kenyataan berkata lain, prestasi akademis UI mulai menurun dengan sedikitnya mahasiswa UI yang mengirim karya ilmiahnya dalam lomba-lomba tingkat nasional maupun internasional dan ternyata pergerakan di jalan-jalan pun sudah sukar sekali diidentifikasi.

Seperti apakah bentuk pergerakan mahasiswa khususnya mahasiswa UI sekarang? Masihkah pantas kampus ini menyandang nama bangsa Indonesia akan tetapi sedikit sekali dari kita yang peduli dengan nasib bangsanya? Apakah keadaan ini tidak bisa diperbaiki, dan akan terus seperti ini?

BERSATULAH MAHASISWA…

BERGERAKLAH BERSAMA…

MENUJU BANGSA SEJAHTERA YANG KITA CINTA…

21 thoughts on “Kemanakah Orientasi Perjuangan Mahasiswa”

  1. Sebenarnya gw cuma mo bilang kalau pergerakan mahasiswa ya itu harus bertilik dari kepentingan mahasiswa itu sendiri, yah percuma aja gitu ngikut lomba2 ilmiah kalau hasil penelitiannya cuman jadi onggokan kertas saja, ataupun demo-demo di jalanan cuma buat manas-manasin kondisi politik nasional, lebih baik pergerakan mahasiswa menggunakan metodologi ilmiah untuk memberikan masukan bagi pengambil kebijakan baik itu yang ada di tingkat nasional maupun yang ada di kampus itu sendiri. Contoh dari hal ini pernah gw lakukan sendiri coba check surat pembaca di majalah UI edisi juli-agustus 2007, ada tulisan gw untuk pengambil kebijakan di UI yang itu dapat direspon dengan baik oleh PPSI selaku pengambil kebijakan yang menjadi tujuan masukan tulisan gw itu.
    Tulisan gw waktu itu:

    Mantan PJs BPM FISIP UI 2007
    Rumbagyo Nangalit; Ilmu Politik; 090302035y

    Sekelumit Cerita Pahit Dari Penerapan SIAK-NG

    Hari-hari terakhir di BPM FISIP UI kepengurusan 2006-2007, penulis sebagai wakil mahasiswa sempat menerima keluhan dari teman-teman mahasiswa yang lain perihal kesulitan mereka untuk bisa ikut kegiatan akademik semester pendek karena terhambat masalah registrasi akademik di SIAK NG, penulis secara pribadi pun sempat mengalami permasalahan seperti ini mengingat penulis juga mengikuti kegiatan SP –baca: semester pendek-, namun karena registrasi yang penulis lakukan di SIAK-NG dianggap masih mengikuti jadwal registrasi maka penulis tetap diperbolehkan untuk mengikuti kegiatan SP. Untuk itu, penulis pun menyempatkan diri untuk mencoba menelisik perihal sebab-musabab terjadinya permasalahan tersebut. Hasil penelisikan itulah yang akan dikemukakan lebih-lanjut dalam tulisan ini.
    Penelisikan yang penulis lakukan terutama itu terhadap birokrasi kampus dari pusat-bawah yang bertanggungjawab terhadap proses registrasi akademik kegiatan SP; dari pusat dapat disebut PPSI UI sebagai bagian birokrasi kampus di Rektorat yang bertanggungjawab untuk itu; sementara di bawah bagian birokrasi kampus yang bertanggungjawab untuk itu –seperti yang terdapat di FISIP UI- adalah bagian IT Fakultas, Manajer Pendidikan Dekanat, MKND, dan Departemen penyelenggara mata kuliah SP. Dari penelisikan itu dapat diperoleh sejumlah hasil seperti diketahuinya antara bagian pusat dan bawah yang bertanggungjawab untuk menyelenggarakan SP itu menunjukkan minimnya koordinasi yang baik sehingga muncul jadwal riil proses registrasi akademik mahasiswa di SIAK NG yang terlihat kurang akomodatif bagi mahasiswa untuk bisa melaksanakan proses registrasi akademik SP (21 Mei – 1 Juni 2007). Jadi wajar mahasiswa seperti di FISIP UI yang sedang menjalankan UAS semester genap bertepatan dengan waktu tanggal untuk proses registrasi akademik tersebut –minggu pertama UAS semester genap- menjadi tidak bisa dengan baik melakukan registrasi akademik di SIAK NG. Sebagai contoh, di MKND FISIP UI ada 182 pendaftar mata kuliah asas-asas manajemen secara manual, namun yang bisa mengikuti perkuliahannya secara riil hanya sekitar 100-an orang.
    Selain itu, terutama dari pihak birokrat kampus yang ada di bawah, yang merupakan penyelenggara kegiatan akademik secara langsung, juga menyampaikan keluhan seperti SIAK-NG ini sebenarnya adalah tool kegiatan akademik namun penerapannya seperti dilakukan secara serta-merta saja oleh pusat, sehingga penerapan secara serta-merta itu menjadi tidak terimbangi dengan sosialisasi yang paripurna –yang terlihat pada kasus penyelenggaraan SP ini; kalau seperti pada semester reguler pimpinan universitas turun ke fakultas-fakultas untuk mensosialisasikan penerapan SIAK NG namun hal seperti itu tidak terjadi ketika proses registrasi akademik SP akan dilakukan-. Jadi, mahasiswa sebagai instrumen akademik terpenting yang mempunyai haknya untuk mengikuti kegiatan akademik yang ada di kampus menjadi terhambat.
    Penulis hanya bisa melihat bahwa permasalahan seperti ini dapat menjadi suatu contoh ‘lesson learned’ kepentingan mahasiswa yang dimarjinalkan secara struktural. Sehingga, penulis hanya bisa berharap bahwa semoga penerapan SIAK NG di kemudian hari bisa lebih dilakukan secara komprehensif dengan adanya koordinasi yang baik antara bagian birokrasi kampus yang terkait –seperti untuk adanya jadwal registrasi akademik yang cukup akomodatif dengan rentang waktu yang cukup layak, dan untuk adanya sosialisasi penerapan sistem yang benar-benar paripurna; sosialisasi yang paripurna tersebut baik di lingkup birokrasi kampus maupun untuk user system seperti mahasiswa_ dosen_bagian akademik fakultas-. Demikian dari penulis, semoga dapat diperhatikan dengan baik oleh pihak-pihak yang terkait.

    Reply
  2. hmm.. semua orang punya peran masing2.. belum tentu yang tidak turun ke jalan tidak mempunyai kontribusi yang siginifikan koq.. who knows?

    Reply
  3. Wah nte bener2 kurang lengkap bahasnya om. Kebetulan saya pernah mengalami masa romantika kemahasiswaan dan masa kupu-kupu selama di kampus ini.
    =====
    Walaupun memang mahasiswa harus selalu membuktikan manfaat dari keberadaannya. Dan manfaat tersebut berada di dimensi yang beranekaragam. Layaknya kehidupan itu sendiri, yang terdiri dari spektrum rasa.
    =====
    Kayaknya pendapat nt yang bilang pergerakan mahasiswa dimotorkan mahasiswa2 yg nggak berani keluar dari zona nyaman itu nggak jelas. Karena nt gk deskripsiin zona nyaman itu sejauh apa.
    Tapi bener juga bahwa mahasiswa aktivis adalah orang2 yang mau ngeliat realitas kehidupan.

    Kalo saya saat ini belum terlalu khawatir dengan stok aktivis yang sedikit, bukankah golongan kreatif minoritas itu memang selalu sedikit. Satu lagi, walaupun sedikit saya yakin stok tersebut nggak akan habis. Saya masih percaya dengan sistem kemahasiswaan yang sudah dibangun.

    Wallahu a’alam.

    Reply
  4. Wah nte bener2 kurang lengkap bahasnya om. Kebetulan saya pernah mengalami masa romantika kemahasiswaan dan masa kupu-kupu selama di kampus ini. jadi seharusnya punya horison lebih luas dari nte.
    =====
    Walaupun memang mahasiswa harus selalu membuktikan manfaat dari keberadaannya. Dan manfaat tersebut berada di dimensi yang beranekaragam. Layaknya kehidupan itu sendiri, yang terdiri dari spektrum rasa.
    =====
    Kayaknya pendapat nt yang bilang pergerakan mahasiswa dimotorkan mahasiswa2 yg nggak berani keluar dari zona nyaman itu nggak jelas. Karena nt gk deskripsiin zona nyaman itu sejauh apa.
    Tapi bener juga bahwa mahasiswa aktivis adalah orang2 yang mau ngeliat realitas kehidupan.

    Kalo saya saat ini belum terlalu khawatir dengan stok aktivis yang sedikit, bukankah golongan kreatif minoritas itu memang selalu sedikit. Satu lagi, walaupun sedikit saya yakin stok tersebut nggak akan habis. Saya masih percaya dengan sistem kemahasiswaan yang sudah dibangun.

    Wallahu a’alam.

    Reply
  5. SEEEPPPHHH Let’s Build This NatioN!!!! Gw Sutuju.. kita bisa mulai Kontribusi dari hal yang paling kecil sekalipun..

    Orang bermobil mewah belom tentu apatis n hedonis.! Banyak yang gw liat mereka proaktif ngeresspon isue-isue up 2 date u/ didiskusikan bareng kita-kita yang kastanya kasta bikun..

    Banyak juga org2 susah yang hidupnya males2an n ga efektif n trus nyalahain nasibnya kok.. maki2 dosen dsb those retards..

    Bottomline : Jangan tentuin apatisme dari mewah ato nggak stylenya
    Buat nak2 BEM ato yang punya kegiatan tolongg bsosialisasinya diperbanyak… kita nak2 2007 banyak yang ga ‘in’ ma rencana kegiatan n jadwal aksi padahal maba kan masih fresh semangatnya masih tinggi euforianya… what a waste kalo ga disalurin….

    Thanks

    Reply
  6. memang menurut pendapat gw ui, semakin hedon dan semakin jauh dari rakyat. semua sibuk ngurusin diri sendiri, kalo gak percaya liat aj fisip. oya itu d kober banyak pedagang jual majalah ma dvd bokep. siapa yang mau tertibin tuh y. koq kynya gk pantes gt y… disamping ui ada begituan

    Reply
  7. yap bener banget, mahasiswa sekarang emg uda semakin hedon, padahal idealnya mahasiswa harusnya bisa berkontribusi secara nyata dalam memecahkan permasalahan2 sosial yang ada di masyarakat daripada sibuk ‘berhedon-hedon ria’ karena sedikit banyak, kita bisa kuliah disini dengan biaya relatif murah (dibanding universitas2 swasta yang berkualitas) adalah karena adanya subsidi dari rakyat. jadi kalo kita gak bisa berkontribusi secara nyata dalam membantu memperjuangkan nasib rakyat, kita gak ada bedanya dengan para koruptor yang makanin uang rakyat bwt kepentingan dan kesenangan pribadi.

    Reply
  8. betul2 !! kyanya ui harus ngadain psikotest juga supaya yang masuk ui bukan cuma anak2 yang punya motto “yang penting ui”

    Reply
  9. waduw walopun saya nggak hedon, tapi kayaknya terlalu dini Anda-anda mengatakan anak ui semakin hedon.
    MEnurut saya yang sudah 2 tahun lebih kuliah di sini.. yang hedon segitu-gitu aja kok,, paling error marginnya +- 5%,, cuma emang si kalo diliat dari kegiatan kemahasiswaan hal tersebut terasa banget.

    1. Iklim ilmiah, diskusi ngampus yang idealis2an gitu kayaknya udah jadi barang mewah. Pernah sih dulu bem bikin acara buat ngerangsang keilmiahan mahasiswa ui tapi kayaknya gagal tuh (uppsss). Malah saya lebih punya harapan sama KSM UI,,

    2. Makin ke sini kalo ada demo paling yg ikut yang itu-itu aja. MIPA lagi, MIPA lagi,, minggu lalu demo ke DPR/MPR juga kering kerontang,, (woy yang ngisi ni forum,, anda ikutan nggak???)

    Reply
  10. setuju sama denny.. kalau memang ga bisa keluar dari zona nyaman untuk ikut aksi atau semacamnya.. bisa berkontribusi sesuai core competence masing2, bukankah UI adalah mozaik indonesia?

    btw.. kebetulan yang MPR saya ga ikut.. tapi aksi2 sebelumnya saya ikut koq 🙂 FKG, walaupun sedikit InsyaAllah selalu berkontribusi 🙂

    Reply
  11. Klo masalah iklim keilmiahan di antara mahasiswa UI, seperti yg disinggung Kang Denny jg gw rasain di fakultas gw. Ambil aja contoh PKM (yg bs gw bilang sbg salah satu ajang kompetisi ilmiah bergengsi utk mahasiswa). tahun lalu Hanya segelintir orang (kurang dari n-orang) yg ikut. Trus, klo gw liat scr global di UI, yg sering ikut tu dari Fisip, Mipa (intinya ga merata lah animo mhs UI utk ikut PKM).
    Klo gw bandingin sama IPB (jgn tanya deh), minimal proposal yg dikirim tu bisa menembus angka ratusan. Di IPB, anak2 yg bs gw bilang ‘ancur’ aja semangat utk ikut PKM.
    Ya, itu satu contoh kasus aja. OK lah klo ad yg bilang klo 1contoh belum kuat utk bikin kesimpulan, namun jgn lupa, di PKM itu sendiri punya 5kategori yg bisa diikuti salah1-nya. Lalu, lomba ini terus berjenjang sampai nasional (Pimnas), kemudian lomba ini rutin (sudah berhasil terselenggara 20 kali). Klo ‘sesuatu’ yg besar aj ud ga peka, gimana utk sesuatu yg kecil??? (tambah ga peka dehh…).

    Klo kegiatan BEM UI gagal utk merangsang, sepertinya harus dimulai dari lingkup yg kecil. Gmn klo himpunan jurusan (HMD) yg gencar merangsangnya. Keliatan lebih ter-cover kan… (Based on our experience c begitu….).

    CMIIW, maaf klo ada salah kata & menyinggung perasaan. Bukan maksud menyinggung hati, tapi mungkin aja karena penyampaiannya menggunakan kata2 yg salah…
    Terima kasih…

    Reply
  12. di pib,, pkm dan lktm bener2 didorong kampus nya,, dosen langsung turun gunung buat ngebimbing,, terus mahasiswanya emang nggak ada kerjaan selain bikin gituan (bisa dibandingin sama UI yang anak2nya pada kreatif cari ekgiatan laen),, nggak bisa disamaratakan juga sih. Tapi yakin deh mahasiswa UI masih terdepan di dunianya

    Reply
  13. indikasinya..
    tujuan orgaisasi mahasiswa yang licik adalah..mengharapkan dirinya direkrut oleh partai, dengan itu dia bisa hidup lebih baik !! masuk partai dan duduk di parlemen adalah impian mahasiswa yang sok2an membela atas nama rakyat !!
    kenapa demikian ??
    gw ambil cerita dari salah seorang munafik, dia adalah mantan ketua BEM ynag habis2san mengkritik golkar !! setelah lulus dengan tiada malunuya seorang ketua langsuang menerima ajakan untuk masuk partai tersebut, tanpa rasa malu,tawaran2 dari partai langsung di caplok…
    disuni bukannya gw ga setuju dengan persatuan dan pergerakan mahasiswa, malahan sebaliknya gw sangat mendukung itu.. tp disisni sekedar warning bagi ‘mereka’ yang membela rakyat .. klw ada kejadian hampir2 mirip atau semacamnya gebukin aj !!! terutama mereka yang paling menonjol harus di awasi kedepannya !!!
    PEace! ga ada maksud untuk menyakiti !!

    Reply
  14. @yang ngaku-ngaku FHUI2006: Ya pikiRkanlah. Mahasiswa katanya agents of change serta berjuang secara independen. Lantas malah “berjuang” bersama parpol yang lebih memiliki orientasi tujuan jangka pendek yakni memenangkan pemilu belaka. Pun ketika pemilu menang, kecipratan hadiah, trus mahasiswa yang bukan fungsionaris maupun pejabat struktural parpol mo ngapain? makan tuh idealisme.

    Dan inilah orientasi perjuangan mahasiswa. Nyari muka di panggung politik bangsa untuk membela kepentingan rakyat, yang ada malah jadi pion-pion parpol setelah dihembuskan ide-ide utopis mengenai bangsa yang mencintai rakyatnya. Perjuangan tidak lagi mahasiswaisme tetapi kembali ke parpol yang biang-biangnya korupsi bangsa.

    Memang bener pepatah, “yang puasanya paling gak beres biasanya paling rusuh pas konvoi malam takbiRan” dan “padi kian berisi kian menunduk”. Yang termakan euforia dan gak ngerti apa-apa biasanya paling getol.

    Dasar pion.

    +iR+
    http://www.jadul.org/forum/
    http://fkui02.net/biawak/

    Reply
  15. trus maksudnya ir kita harusnya hanya berdiam diri di menara gading ? anak kedokteran ngerti juga ya tentang politik..
    gw tanya deh, dijawab ya..
    apa artinya kelompok anomi ? hayo apa ?

    Reply
  16. hehehehe…. iR..iR.. (ckckckck)(sambil geleng2)
    sodara iR, sepertinya sudut pandang anda sangat realis… bagus banget tuh… tapi sayang masih agak sempit…
    anda belum melihat atau mungkin belum ketemu kali ye sama orang-orang (mahasiswa) yang memang sangat ingin membebaskan rakyat Indonesia yang tertindas lewat jalur2 perjuangan, entah dimana anda biasa bergaul namun sepertinya anda masih terlalu picik melihat orang lain…
    ketahuilah karena orang-orang yang LURUS belum punah dari muka bumi INdonesia ini, hanya saja memerlukan mata dan hati yang sangat “bening” untuk melihatnya, dan ironinya sangat sedikit orang yang bisa menggunakan mata dan hati se”bening” itu untuk melihat kebaikan orang lain karena terlalu silau dengan hal selain kebaikan, lalu akhirnya tenggelam dalam rasa kesendirian sebagai orang yang paling benar sedunia…
    DARI DONI YANG FAKIR…

    Reply
  17. jangan berbicra dalam satu kacamata saja akan tetapi yang perlu kita fikirkan bagaimana pasca 98 bisa terjadisemua mahasiswa bisa bersatu…sekarang ini pr buat para mahasiswa hanya mengembar gemborkan tubuhnya ssendiri tanpa meli hat sisi lain bagaimana bisa bersatu..jangan berbicara wadah interren akan tetapi kita berbicar ke lingkup yang lebih luas yaitu mahasiswa…

    Reply

Leave a Comment