Saya harap para pembaca dapat membaca isi keseluruhan dari isi artikel saya ini.
Sebelumnya saya mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang terkait dalam tulisan saya di posting artikel yang pernah saya muat sebelumnya >>
https://www.anakui.com/2011/01/29/prodi-sastra-jerman-ui-menakutkan-bener-ga-sih/
Sebelum saya menulis artikel tersebut saya sudah konsultasi kepada seseorang yang sering menulis artikel di blog ini dan setidaknya mempunyai pengalaman bagaimana sistem dan kategori artikel di blog anakui.com ini dimuat.
Seperti biasa jika ada artikel tulisan anak UI masuk, biasanya semua tulisan tersebut disaring (diseleksi) terlebih dahulu oleh para editor dan jika tulisan tersebut layak maka tulisan tersebut akan di publish.
Jika para pembaca membaca keseluruhan artikel yang saya muat sebelumnya dari awal sampai habis hingga balasan comment yang saya tulis di setiap comment yang masuk, mungkin disana Anda sekalian dapat memahami sesungguhnya apa maksud dari artikel yang saya tulis dan apa yang saya harapkan setelah artikel saya di publish. Namun saya akan menuliskan ulang kembali
Disini saya hanya mau mengklarifikasi bahwa tulisan saya yang sebelumnya hanya ingin sharing dan ingin tahu apa penjelasan dari 3 poin yang saya tanyakan disana. Saya hanya memaparkan pengalaman teman jurusan seangkatan saya di lingkungan sekitar saya dan cerita beberapa senior yang saya ketahui.
Saya mohon maaf apabila di tulisan saya yang sebelumnya mempunyai kekurangan dan ada salah kata dalam menyampaikan isi dari maksud yang ingin saya sampaikan dalam artikel sebelumnya tersebut.
Maaf disini sebenarnya saya sama sekali tidak ada maksud untuk menjelek-jelekan dosen atau jurusan saya sendiri, menyebarkan gosip, ingin sotoy, dan tanggapan kontra lainnya. Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang mungkin merasa dirugikan oleh tulisan saya yang sebelumnya.
Jujur saya dari awal sebelum masuk di program studi sastra jerman tidak tahu apa-apa tentang hal-hal yang tidak saya duga begitu pula dengan beberapa teman saya yang lainnya di jurusan ini. Saya melihat mereka yang harus mengulang, jujur saya disitu jadi teringat orang tua saya dan kisah perjalanan hidup saya yang tidak mudah sebelum saya masuk UI ini, saat itu saya penasaran sekali dengan kegagalan senior yang pernah tidak lulus dengan mata kuliah tertentu.
Saya ingin belajar dari pengalaman kegagalan mereka dengan tujuan saya pribadi khususnya beserta teman jurusan saya dapat sukses lulus semua mata kuliah dari awal semester hingga akhir semester,lulus tepat waktu tanpa mengulang dengan cara meraih kesuksesan itu dengan cara yang benar tentunya (menggunakan hasil jerih payah sendiri). 🙂
Bila memikirkan masa depan, kita semua pasti ingin menjadi orang sukses ,bukan? Siapa sih yang ga mau lulus sarjana dan orangtua masih bisa melihat kita menjadi sarjana suatu saat nanti. Karena hidup manusia tidak ada yang tahu seberapa lama akan bertahan. Oleh sebab itu di artikel sebelumnya saya memaparkan mengenai jurusan saya ini sulit lulus sebenarnya opini banyak orang itu dengan alasan yang subjektif atau objektif? Jika secara objektif, berarti sesungguhnya semua itu tergantung pada individu masing-masing. 🙂
Sekali lagi saya mohon maaf atas tulisan saya yang sebelumnya mengundang rumor karena kesalahan saya yang baru menyadari efek setelah tulisan saya sebelumnya dipublish bahwa dunia jurnalistik memiliki ciri “tidak semua pembaca memiliki kesadaran dan kepekaan maksud dari si penulis secara objektif karena saya yakin semua orang mempunyai berbagai variasi persepsi dalam menanggapi sebuah tulisan”.
Dan ini adalah pengalaman untuk saya yang pertama kalinya. Melalui kesalahan ini pun saya jadi belajar sebuah pengalaman jurnalistik. Semua orang pasti pernah melakukan kesalahan atas pilihannya, bukan? Saya harap kalian bisa memakluminya. Saya sungguh mohon maaf. 🙂
Saya berterima kasih kepada kak Lariza Oky Adisty dan kak Teguh Riyanto atas commentnya yang mendukung dan sesuai seperti apa yang saya harapkan. Dengan hasil komentar kakak berdua saya dan teman-teman lainnya saya jadi lebih memahami dan mengerti bagaimana cara untuk menyikapi segala sesuatu di program studi yang kita pilih ini agar bisa survive dari awal semester hingga akhir semester.
Satu hal yang penting yang dapat saya simpulkan “Tidak ada sebutan kuliah itu gampang,mau di jurusan apapun dan di universitas mana pun,semua memiliki kesulitan yang sama namun dengan tingkat kesulitan yang bervariasi tergantung dari kebijakan jurusan masing-masing.”
Sekadar hanya ingin memberi tahu kepada beberapa orang yang mungkin beranggapan bahwa kuliah di jurusan bahasa dan sastra itu gampang, disini saya mau menyamapaikan bahwa apapun itu jurusan sastra yang diambil di FIB, apabila kita tidak mempunyai dasar terutama dalam dasar bahasa asing dalam jurusan yang kita ambil tentu itu semua tidak semudah bagaikan membalikkan telapak tangan begitu pula dalam mempelajari sastra dan budayanya.
Mungkin ada beberapa orang yang bilang cara yang tepat untuk menjadikan semua itu gampang ya tinggal les aja,ya kan? Tapi apakah semua anak yang kuliah di jurusan sastra di FIB itu orang mampu? Tentu jawabannya tidak. Karena ada sebagian dari mereka yang berjuang sendiri untuk mempelajari bahasa dan sastra itu sendiri melalui usahanya sendiri lewat otodidak.
Sesungguhnya terkadang saya dan mungkin teman FIB lainnya pun suka kesal bila sering mendengar ucapan orang-orang yang meremehkan jurusan bahasa dan sastra. Cobalah hai orang-orang yang meremehkan jurusan bahasa dan sastra, kalian hargailah kami selayaknya mahasiswa dari fakultas lain yang mungkin berada di atas kami. 🙂
Saya tahu kalau ilmu saya belum ada apa-apanya jika dibandingkan orang lain dengan berkata seperti itu. Tetapi saya berjanji untuk berjuang sampai akhir menuju puncaknya suatu saat nanti.
Menjadi pribadi yang jujur dan berbudi pekerti luhur untuk bangsa dan negara secara bertahap dalam proses menuju pribadi yang semakin dewasa dalam bersikap. Saya sadar bahwa apa kata hati dan tindakan saya masih belum sejalan. Tetapi di tulisan saya yang sebelumnya dan yang sekarang saya hanya ingin berbagi.
Ditambah lagi saya masih tahun pertama menuju genap dua tahun menghadapi dunia perkuliahan. Jadi saya belum terlalu mengenal rona hidup anak kuliah. Tetapi pada akhirnya saya menemukan beberapa pengalaman yang saya sudah hadapi dari pengalaman perkuliahan dalam diri saya sendiri maupun orang lain yang menambah pengalaman untuk saya mengembangkan diri menjadi lebih baik untuk masa yang akan datang.
Untuk anak SMA yang mungkin pernah membaca artikel saya yang sebelumnya karena anakui.com bisa diakses melalui twitter dan semua orang tidak terkecuali bukan anak UI; Jangan takut untuk masuk program studi Sastra Jerman karena sesungguhnya berita-berita miring tentang program studi ini sesungguhnya kita tidak mengetahui secara gamblang cerita yang pasti. Mungkin masalah dari berita miring yang sering di dapatkan oleh banyak orang tersebut ada alasan tersendiri yang menyebabkan semua itu terjadi.
Secara logika, seperti kata pepatah tak mungkin ada bencana datang tanpa sebab yang pasti toh? Jadi yang paling penting niat yang tulus untuk kuliah sajalah masalah hasil kita hanya bisa berdoa untuk mendapatkan yang terbaik dari yang baik, ya ga? hehe.
Meski sesungguhnya tanpa dipungkiri kita sebagai manusia pasti ingin mendapatkan hasil sesuai apa yang kita harapkan. Tetap SEMANGAT yah teman! hehe. Tuhan selalu bersama orang-orang yang tak pernah putus asa dan mau berusaha demi kehidupannya yang lebih baik. 😀
Berikut hasil tanggapan kak Teguh Riyanto dan kak Lariza Oky Adisty di list comment yang paling mendukung di artikel saya yang sebelumnya:
Kak Lariza Oky Adisty >>>
huahahaha postingannya seru nih, bahas jurusan saya
kalau boleh saya mau kasih tau beberapa hal soal jurusan saya yaa
1. kalo masalah banyak yang nakutin atau nggak mungkin relatif yah. memang bener sih dari awal saya masuk kuliah saya beberapa kali denger mahasiswa Sastra Jerman yang di-DO. tapii setahu saya seorang mahasiswa akan di-DO kalau dia tidak lulus di mata kuliah bahasa Jerman dua kali berturut-turut di tingkatan yang sama (misalnya ga lulus bahasa Jerman 1, trus ngulang eh nggak lulus lagi)
2, tugas-tugas yang diberikan juga nggak tanggung-tanggung alias banyak, tapi sejauh ini, berpatokan dari apa yang saya alami, saya nggak pernah mengalami nilai “abstrak” alias nilai saya (dan beberapa teman sejurusan) sesuai dgn performance di kelas. dan kalau soal banyak yang susah lulus, hmm… memang sih saya pernah melihat ada beberapa senior yg kelulusannya tertunda krn harus ngulang matkul tertentu, atau karena cuti akademik, atau krn harus merevisi skripsi. tapi banyak juga kok yang bisa lulus empat tahun, bahkan 3,5 tahun dgn IPK lumayan
mungkin saya hanya bisa menjelaskan dua poin saja. soal senior yg di-DO hanya krn titip absen saya tidak bisa menjawab krn saya belum pernah dengar ceritanya. dan soal PKJ, biarlah itu jd tugas dosennya yang menjawab krn saya ga punya wewenang untuk menjelaskan sistem penilaian (I’m still a student, right?)
sekedar nambahin sedikit, saya percaya kuliah jurusan apapun nggak ada yang gampang, termasuk prodi Jerman. kompetensi dan ketekunan serta (mungkin) kecintaan thd jurusan itu punya peran dlm menentukan kita survive atau nggak
Ka Teguh >>
Wah…wah…, Jurusan saya juga nih. ohya, kenalin dulu, saya Teguh Riyanto, Mahasiswa Sastra Jerman angkatan 2007.
yang ditulis oleh penulis sebenarnya masih kurang bukti yang mendukung nih. saya pun setuju dengan pendapat dari saudara/i A. oke saya coba memperjelas dengan mengambil kutipan dari pernyataan saudara/i A.
1. kalo masalah banyak yang nakutin atau nggak mungkin relatif yah. memang bener sih dari awal saya masuk kuliah saya beberapa kali denger mahasiswa Sastra Jerman yang di-DO. tapii setahu saya seorang mahasiswa akan di-DO kalau dia tidak lulus di mata kuliah bahasa Jerman dua kali berturut-turut di tingkatan yang sama (misalnya ga lulus bahasa Jerman 1, trus ngulang eh nggak lulus lagi)
perlu ditambahkan dari pernyataan ini dengan itung-itungan masa hidup kuliah di UI. setahu saya, sekarang UI hanya membatasi masa kuliah untuk mahasiswanya kalo gak salah hanya 6 tahun. dan mata kuliah Bahasa Jerman (Sprache) adalah mata kuliah wajib jurusan yang diambil secara bertingkat dan tidak bisa “dilompat”. dan mata kuliah ini, mulai dari tingkat 1-6, cuma ada setahun sekali (Bahasa Jerman 1,3 dan 5 cuma ada di semester ganjil, dan Bahasa Jerman 2, 4 dan 6 cuma ada di semester genap). jadi seandainya ada mahasiswa yang gak lulus mata kuliah Bahasa Jerman ini, maka dia harus mengulang. dan seandainya tidak lulus sampai 2 atao 3 kali, berarti dia harus menunggu tahun depan untuk mengambilnya lagi. dan itu menambah masa kuliahnya menjadi sekitar 7-8 tahun.
2, tugas-tugas yang diberikan juga nggak tanggung-tanggung alias banyak, tapi sejauh ini, berpatokan dari apa yang saya alami, saya nggak pernah mengalami nilai “abstrak” alias nilai saya (dan beberapa teman sejurusan) sesuai dgn performance di kelas. dan kalau soal banyak yang susah lulus, hmm… memang sih saya pernah melihat ada beberapa senior yg kelulusannya tertunda krn harus ngulang matkul tertentu, atau karena cuti akademik, atau krn harus merevisi skripsi. tapi banyak juga kok yang bisa lulus empat tahun, bahkan 3,5 tahun dgn IPK lumayan
Tugas-tugas memang banyak, tapi itu lah perkuliahan. masa kuliah gak ada tugas, emangnya anak TK, hihihihi…, dan tugas-tugas yang diberikan kalo menurut saya masih pada takaran yang wajar. karena memang berhubungan dengan jurusan kita. ada memang tugas yang rumit ada juga tugas yang gampang. nah ini harusnya menjadi komitmen dan pelatihan kita, apakah kita bisa membagi waktu dengan tugas2 yang diberikan.
untuk masalah nilai, memang itu tugas dari dosen. kita memang sebenarnya tidak bisa mengutak-utik nilai. tapi dosen2 prodi Jerman demokratis kok. kalo ada yang merasa kurang puas atau merasa aneh dengan nilai, kita bisa meminta penjelasan dosen. kalo emang mau ada perbaikan nilai, kita bisa datang ke dosen yang bersangkutan dan kita juga perlu membawa bukti kuat, contohnya hasil UTS atau Quiz. beberapa teman saya pun pernah seperti itu. dan nilainya pun menjadi lebih baik dan naik.
3. untuk masalah senior yang di-DO karena titip absen sepertinya saya kenal dengan orangnya. tapi menurut saya, tindakan titip absen adalah perbuatan yang salah. dan mungkin oknum mahasiswa ini sudah melakukannya berulang kali, sehingga dia mendapat sanksi tegas dari dosen. kita udah dewasa kawan. kita kuliah sekarang bukan cuma masalah nilai. tetapi juga masa depan. kalo situ tidak bisa disiplin dengan diri sendiri mulai dari sekarang, bagaimana kehidupan situ bisa menjadi lebih baik di dunia kerja maupun di masyarakat. dan ingat, beberapa kita juga masih kuliah dengan menggunakan uang dari orang tua. saya yakin orang tua kita juga pasti sedih, kalo kita di-DO cuma karena masalah sepele seperti titip absen. ingat biaya yang mereka keluarkan untuk kita masuk UI. gak gampang cari uang segitu banyaknya.
Sekian klarifikasi yang saya sampaikan.
Mungkin ini semua dapat diambil hikmahnya untuk saya sendiri dan teman se- UI lainnya. Jangan pernah takut salah dalam menentukan pilihan dan bertindak atas dasar diri sendiri walaupun tidak tahu pilihan yang kita pilih tersebut tepat atau tidak, itu adalah jalan awal perjalanan kita dalam proses menuju kehidupan yang lebih baik di masa depan. 🙂
Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih 🙂
Notes untuk comment dari pihak anakui.com:
- Kami menghargai sikap mahasiswa yang dewasa dan bertanggung jawab, dengan mencantumkan identitas asli (nama, email, dan asal fakultas) kamu.
- Komentar yang tidak mencantumkan identitas aslinya akan diabaikan.
- Perhatikan dasar-dasar netiket: KATA-KATA DALAM HURUF BESAR artinya berteriak, jangan menulis tulisan s3PeRt1 tULi5aN 4BG atau dsngkt-sngkt sprt SMS, bersikaplah sopan seperti di dunia nyata, dan jangan OOT (out of topic)
- anakUI.com tidak akan mengedit, mensensor atau menghapus diskusi yang ada, kecuali informasi tersebut bersifat: fitnah terhadap personal, menyinggung SARA, atau mengandung kata-kata kasar (tidak senonoh)
- Komentar yang masuk adalah tanggung jawab penulis komentar. anakUI.com dan penulis tulisan tidak bertanggung jawab atas komentar-komentar tersebut dan tidak dapat dituntut atas terjadinya tindakan hukum atas komentar yang terjadi
memang di jaman sekarang ini diperlukan keberanian yg lebih untuk mengungkapkan FAKTA yang (menurut persepsi seseorang) buruk, karena ada saja pihak yang tidak ingin hal yg buruk itu diketahui banyak orang..
Saya mendukung postingan anda, bahkan kalau hal-hal yang anda tulis memang benar adanya dan bisa dibaca oleh pihak yg bersangkutan (seperti dosen), semoga pihak yg bersangkutan bisa introspeksi diri..
Diperlukan langkah yg berani untuk menghapus kekurangan..
betuL bgt.setujuuu
Tidak masalah jika kamu diremehkan sebagai mahasiswa FIB. Memang diremehkan itu resiko karena mindset orang-orang Indonesia kebanyakan masih salah terkait persoalan jurusan dan kualitas masing-masing bidang studi. Saya sendiri sebagai mantan siswa jurusan Bahasa di SMA sudah mengalami hal-hal semacam ini 2 tahun sebelumnya. Yang terpenting dari kita adalah tetaplah menjadi bangga dengan jurusan dan fakultas yang kita ambil. Saya yakin dengan masuk FIB bukan berarti masa depan kita tidak secerah lulusan fakultas lain. Setiap orang sudah mempunyai tugas masing-masing. (Kalau ingin tahu lebih lanjut mengapa harus bangga sila baca di blog saya : http://mysecretcornflowerfield.blogspot.com/2011/02/saya-bangga-jadi-anak-fib.html )
Semoga membantu 🙂
Bener, gak perlu denger kata orang, karena takdirmu ada di tangamu sendiri, bukan di tangan mereka.
Childish banget lah orang yang menilai jurusan dari ranking, passing grade, dan semacamnya…besar kemungkinan mereka pun sebenernya gak tahu tujuan mereka dalam hidup ini mau ke mana -taruhan yuk, hehe…
Calm. Just Follow your passion. Follow your heart..
😀
gue heran deh, utk Admin anakui.com, mau tanya dong. Kenapa sih ga boleh pake tUl1$aN 8e9iN1??? emang kalo pake tulisan ngalay kenapa? itu tindakan kriminal? merugikan org lain?? itu hak org kali woy
Tulisan2 di AnakUI dibuat mahasiswa atau mantan mahasiswa dan dibaca oleh umum. Bukan untuk alay eksklusif yang ingin menang sendiri.
Jelas, Anakui.com punya hak untuk melarang karena berkaitan dengan citra mereka.
terimakasih untuk bantuan jawabnya 🙂
@Cunny
ya, demikian, karena orang lain pun punya hak untuk bisa membaca komentar dengan jelas dan tidak pusing karena disingkat2 atau 8e9iN1 🙂
meskipun bukan tindakan kriminal, tapi itu demi kenyamanan bersama 🙂
Yah, begitulah…hak seseorang nggak mutlak tanpa batas kok. Ia dibatasi dengan hak orang lain pula, jangan sampai hak orang lain terganggu..
dunia ini nggak hitam-putih, bung..bukan cuma urusan kriminal-nggak kriminal..ada hal lain di samping itu yang perlu diperhatikan…
🙂
gw bingung sama tulisan lo sob.diartikel sebelumnya,lo berseberangan dg jurusan lo.tp diartikel ini lo malah berada dipihak jurusan lo.
Kalo bingung pegangan bro! hehe. yo mbo dibaca ulang aja biar ga bingung. hehe 🙂
Mindset orang2 Indonesia emang sempit dan musti diubah. Di Eropa justru orang2 ningrat (keluarga bangsawan kerajaan) yang belajar sejarah, bahasa, filsafat.
merasa terintimidasi kah sampai membuat klarifikasi yang seharusnya (menurut gue) ga perlu dibuat ini?
santai aja. 😀
sekedar hanya meluruskan pandangan orang yang salah mengartikan tulisan saya yang sebelumnya aja kok (ka). 🙂
hmmm baru baca nih tulisan…
mungkin gue cuma mau tambahin, sekedar pelajaran di masa mendatang aja sih,
lo pasti udah diajarin soal berpikir kritis yang lo harus berani mempertanyakan apa yg lo denger dan jangan terima mentah-mentah aja, tapi lo harus cross-check ke kedua belah pihak dulu sebelum bikin tulisan macem yang lo bikin kemarin krn nggak tepat kalo lo menulis hanya sebatas asumsi “katanya-katanya” yg ga bisa dipertanggungjawabkan krn ini udah menyangkut instansi tertentu, dan yg paling penting sih lo harus liat kredibilitas org yg ngasih info lo seperti apa, dan apakah omongan dia bisa dibuktiin atau nggak. sukses kuliahnya ya 🙂
Wah saya baru baca tulisan kamu yang menjadi kontroversi, kebetulan yang kamu bahas itu juga jurusan saya. Jadi saya ingin sedikit komen 🙂
Sebenernya kalau saya lihat tulisan kamu sebelumnya merupakan sebuah pertanyaan, bukannya sharing, dan pertanyaan2 itu memang sudah biasa menjadi rumor dari tahun ke tahun.
Saran saya sebaiknya sebelum kamu posting, kamu cari tahu dulu kebenaran dari rumor2 tsb, kan bisa ngobrol2 dulu dengan senior2 yg lain atau mungkin tanya ke dosennya langsung. Karena postingan kamu yg kemarin memang secara tidak langsung memberi cap kurang baik pada jurusan, tidak semua orang bisa memilah2 dan menyaring berita yang dibaca dengan benar lho. Ini ranah publik dan kamu bawa-bawa instansi, apalagi jurusan kamu sendiri.
Saya juga dulu punya pertanyaan2 yg sama dengan kamu, apalagi saya memang ngasal ilih jurusan Jerman waktu spmb, jadi ya ga tau apa2 tentang rumor jurusan ini sebelumnya, hehe.
Saya sangat menghargai keberanian kamu untuk berpendapat, namun sayangnya sifat kritis kamu belum diikuti dengan pencarian solusi yang baik. Saya rasa kalo kamu bisa mengikuti perkuliahan dengan baik, insyaallah tidak akan adpa hal2 yg aneh2. Orang-orang yang di DO atau tidak lulus pasti ada alesannya. ga mungkin kan dosen tiba2 ngasih nilai jelek ke mahasiswa yang memang mengikuti perkuliahan dengan baik. Nah alasannya itu yang perlu kamu cari tau lebih lanjut, bukannya dengan gegabah membawa persoalan tanggung ke ranah publik.
Karena saya sendiri yang sudah hampir 4 tahun kuliah di jurusan ini tanpa basic bahasa Jerman sebelumnya dan tanpa les, alhamdulillah masih bisa mengikuti perkuliahan dengan baik dan banyak juga teman2 saya yang dapat nilai bagus ditambah lulus 3,5 tahun.
Maslah postingan ini pasti jadi pembelajaran banget buat kamu ya? hehe
Tetap semangat aja, karena memang dimana-mana ga ada kuliah yang gampang. Yang penting serap ilmu sebanyak-banyaknya. Ga perlu dengerin apa kata orang di luar tentang jurusan sastra, tinggal buktiin aja ke mereka. Dan seharusnya rumor-rumor ini menjadi tantangan buat kamu untuk dapetin nilai yang bagus dan membuktikan sendiri kebenaran rumornya.
Salam.
Yasinta Dewi
Program Studi Jerman FIB 2007
sorry gw mw nanya donk, ank FIB jerman suka bikin acara festival budaya ga?