Pada 7—11 September 2020 lalu, Direktorat Kemahasiswaan (Dirmawa) UI mengadakan Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) UI 2020. Acara tersebut bisa dibilang merupakan Kegiatan Mahasiswa Baru (Kamaba) yang dikemas sedemikian rupa untuk menyesuaikan dengan kehidupan yang saat ini serba digital akibat pandemi Covid-19.
Kali ini, aku mau menceritakan sedikit pengalamanku selama berkontribusi di acara tersebut sebagai mentor digital. Karena mentor digital baru pertama kali ada di UI, aku pun kepo dan tertarik untuk mendaftar. Sebelumnya, aku sempat mendaftarkan diri sebagai anggota Sahabat Mahasiswa Baru (Samaba) 2020. Namun, karena satu dan lain hal, Samaba tidak dilanjutkan lagi. Jadi, aku pikir mentor digital ini mungkin akan kurang lebih sama dengan Samaba.
Persyaratan untuk Para Pendaftar Mentor
Pendaftaran tersebut dibuka pada bulan Juli lalu. Terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh para pendaftar, yaitu minimal semester 6, diutamakan aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), dan harus membuat esai 500 kata bertema ‘Ide Kreatif Kampus Merdeka’. Karena saat itu aku baru saja menyelesaikan semester 6 dan pernah aktif di UKM juga, akhirnya aku percaya diri untuk mendaftar. Aku juga menyiapkan esai sebaik mungkin agar aku diterima.
Namun, jarak waktu antara masa pendaftaran dan pengumumannya cukup lama. Aku sempat berpikir mungkin mentor digital tidak jadi diadakan karena peminatnya sedikit. Aku juga berpikir mungkin saja aku tidak diterima karena tidak mendapatkan pemberitahuan apapun.
Hingga pada akhirnya
Hingga akhirnya, pada akhir bulan Agustus lalu, aku diÂundang ke sebuah grup WhatsApp berisi empat orang. Grup tersebut terdiri dari tiga mentor dan satu supervisor. Kami berkoordinasi lewat grup tersebut, baik sebelum maupun saat acara PKKMB berlangsung. Walaupun terkesan mendadak dan jobdesk yang diberikan cukup membuat hectic, untungnya komunikasi antara kami tetap berjalan dengan baik.
Pelaksanaan PKKMB
Pada pelaksanaan PKKMB, aku diberi tanggung jawab untuk memegang tiga kelompok maba yang masing-masing kelompok berjumlah 15 anak. Wow, tidak pernah kubayangkan sebelumnya aku sendiri harus menjadi mentor untuk 45 maba. Sebelumnya, aku pernah menjadi mentor Orientasi Kehidupan Kampus (OKK) UI yang kelompoknya berjumlah 25 maba, itu pun aku berdua dengan temanku.
Awalnya, aku mencoba optimis kalau aku bisa melakukan pekerjaan ini. Toh, semuanya dilakukan secara daring, jadi aku tidak perlu menghabiskan tenagaku untuk bertemu dengan orang banyak. Maklumlah orang introvert, hehe. Selain itu, aku juga tidak perlu mengadakan sesi video conference bersama maba karena semua kegiatan PKKMB dilakukan via WhatsApp. Aku hanya harus membagikan tautan untuk materi, tes, dan memimpin diskusi dalam grup.
Burn out
Namun, ada saja hal-hal yang akhirnya membuat aku burn out. Aku harus sabar membalas pesan pribadi dari maba, padahal semuanya sudah aku jelaskan di grup. Aku juga harus mem-follow up maba yang tidak mengumpulkan tugas dan mengurus perizinan mereka yang absen mengikuti PKKMB. Hal yang paling memusingkan adalah harus memasukkan nilai mereka ke dalam Spreadsheet. Aku yang tidak terbiasa berhadapan dengan data angka hanya bisa menghadapi semua dengan penuh kesabaran, walaupun sebenarnya sedikit stres juga, hehe.
Namun aku tetap senang
Di balik itu semua, aku senang karena mentee-ku bisa mengikuti arahanku selama PKKMB berlangsung. Mereka pun aktif berdiskusi dan menyiapkan tugas kelompok bersama walaupun tidak pernah bertemu secara langsung. Selain itu, supervisorku juga cukup suportif dan selalu terbuka jika mentor mengalami kendala. Jadi, aku tetap mampu menyelesaikan semua jobdesk ini walaupun terasa berat.
Itu tadi sedikit pengalaman kontribusiku dalam PKKMB sebagai mentor digital. Katanya sih, mentor akan mendapatkan fee. Namun, sampai artikel ini ditulis, aku belum mendapatkan fee tersebut. Kalau ada pihak Dirmawa yang membaca ini, mohon maaf, Pak, Bu… jangan lupa kiriman fee-nya ya, hehe…
Sumber gambar header: pexels
Daftar Isi