Bagi mahasiswa Universitas indonesia, tentunya fasilitas-fasilitas UI yang berbau-bau ‘kuning’ sudah sangat familiar dengan mereka. Ehm. Mulai dari jaket kuning~jakun~, bis kuning~ bikun~, sepeda kuning~sekun~, dan lain lain. Warna kuning sepertinya sudah menjadi simbol untuk Universitas Indonesia.
Fasilitas-fasilitas yang disediakan UI ini~ex. bikun dan sekun~ bisa digunakan oleh para mahasiswa UI~bahkan nonmahasiswa~ tanpa mengeluarkan biaya tambahan. Tentu saja, itu sangat menguntungkan dan memudhakan mahasiswa Universitas Indonesia.
Tapi, ada satu permasalahan yang dialami para mahasiswa UI yang setiap hari harus menggunakan jasa Kereta Api Listrik. Sudah menjadi rahasia umum bahwa keadaan kereta api~ekonomi khususnya~ pada jam-jam sibuk~biasanya jam masuk sekolah dan masuk kerja serta jam pulang sekolah dan pulang kerja~ sungguh memprihatinkan dan mencemaskan. Begitu banyak kejadian-kejadian menyeramkan yang terjadi di wilayah perkeretaan~baik di dalam kereta itu sendiri maupun distasiun dan wilayah-wilayah sekitarnya~.
Memang, hal tersebut merupakan resiko yang harus ditanggung setiap individu yang memilih untuk menggunakan jasa transportasi KRL, namun, bukankah kewajiban Universitas Indonesia untuk melindungi setiap mahasiswanya. Ya, meskipun memang sudah bukan di wilayah perkampusan, tapi jelas bahwa pengorbanan mereka menaiki kereta api demi menuntut ilmu di kampus tercinta perlu dihargai. Dan sudah saatnya ada penyelesaian untuk memudahkan para mahasiswa mencapai kampus UI dengan selamat.
Maka, muncullah sebuah ide di benak saya. ‘Bagaimana jika diciptakan kereta kuning?’. Hmmm. Ide bagus bukan? Mungkin, untuk awal, bisa dioperasikan 5 sampai 6 kereta yang hanya dioperasikan dan hanya dioperasikan pada jam-jam sibuk di mana kereta ekonomi biasanya sangat penuh. Yang ada di pikiran saya, agar penggunaannya efektif, yang bisa menggunakan kereta tersebut hanyalah mahasiswa UI. Namun, saya belum menemukan bagaimana sistem yang tepat agar masyarakat umum tidak bisa menggunakan jasa kereta kuning tersebut.
Hmmm. Tapi, seandainya kereta itu ad a, singkatannya jadi apa ya? Kereta Kuning. Kekun? Aneh. Kening? Lucu sih. Tapi tidak sinkron sama bikun, jakun, dll. Rakun? Hmmm.. Mungkin ini yang paling tepat. Hehe
Yahh. Bagaimana pun juga, ini hanyalah khayalan seorang anak ingusan seperti Saya yang belum mengerti apa-apa. Jadi, maklum saja ya jika ada sesuatu yang kiranya di luar logika. ^^
~Sekian~
Masalahnya, rel kereta itu kan infrastruktur umum, apa boleh kita pake infrastruktur umum buat kepentingan UI aja?
hehehe.. rakun aj neng.. lumayan tuh nambahin satwa yg ada di UI.. lho??
mungkin kereta kuning bisa di adakan, permasalahannya adalah jalurnya?? karena krl kita sendiri sudah susah payah ngantri beroperasi..
kalo di bikin jalur sendiri kayak jalur sepeda, masalah lainnya adalah lahannya..
hmm, gmn klo kereta bawah tanah.. jadi rakunnya g kliatan ama orang luar.. yg bisa liat cuma yg pake kaca mata kuning..
~nice idea~ di tunggu kntribusinya d teknik ^ ^
ntar ada ko dik..
trem way UI…santai santai aja, gw juga udah liat kreta tremnya pas di PRJ…
ni mou antara UI ama PT INka
http://www.ui.ac.id/id/news/archive/3589
yang akan dioperasikan namanya kira Light Rail Train (LRT), ini udah di pamerin klo ga salah di PRJ kemaren, udah ada logonya “Go Green” gtu….ama tulisan UInya..masih prototype, kira-kira bentuknya kaya bus transjakarta yang gandeng, dengan lintasannya rel….
@bocil : wah keren sekali, kira kira kapan ya akan selesai?
Tapi saya lebih setuju diadakan transportasi air di UI. karena saya lihat sungai UI saagat panjang sekali sehingga dibuat jemabatan teksas. cukup membantu jika perkun (perahu kuning) ada di sungai tersebut.
gimana? kerena kan jika di UI ada transportasi kereta api, bis, ojek kuning, sepeda kuning ditambah dengan perahu kuning 😀
kampus saya (www.unsri.ac.id) fasilitas kereta api mahasiswa malah jarang dinaiki mahasiswa, lebih memilih naik bus mahasiswa ketrimbang KA karena faktor biaya yg murah dan efektif dengan bus. padahal KA nya masih sangat baru