Meminjam Bus Kuning Ternyata Ribet Juga Ya?

bus kuning
Bus Kuning UI

Bus Kuning, merupakan sarana transportasi yang disediakan Universitas Indonesia kepada seluruh civitas akademika untuk melakukan aktivitasnya disekitar kampus UI. Sebenarnya ada sarana transportasi lain yang disediakan oleh Kampus Kuning ini, yakni Sepeda UI. Namun, dalam kesempatan kali ini Ardi bahas bus kuning aja ya, karena hari ini (Jumat, 21 November 2008 -red.) Ardi melakukan aktivitas yang dapat dikatakan melelahkan untuk meminjam bus Kuning sebagai alat transportasi peserta IAP Cisco-Senada Universitas Indonesia ke Hotel Sangrila Jakarta sebagai tempat pembukaan BootCamp IAP.

Bus Kuning Universitas Indonesia, menyediakan layanan dalam bentuk 2 hal. Layanan yang pertama ialah layanan reguler, yakni pemberian jasa transportasi gratis keliling kampus UI mulai dari jam 7 pagi sampai 9 malam. Layanan kedua ialah layanan Eksekutif yang merupakan peminjaman bus kuning UI untuk acara ataupun kegiatan-kegiatan khusus. Layanan yang kedua sifatnya tidak gratis, alias berbayar disesuaikan dengan harga yang telah disepakati.

Nah, hari ini. Ardi mencoba meminjam Bus Kuning yang tujuannya udah ditulis diatas. Dalam proses peminjaman Ardi menemukan birokrasi yang sangat berbelit dan tidak ramah. Perasaan tersebut mungkin subjektivitas Ardi, namun mungkin juga pernah dirasakan mahasiswa yang lain. Untuk meminjam bus kuning yang notabene untuk mewakili UI juga, pelayanan yang diberikan sangatlah tidak baik. Mungkin karena yang pinjam mahasiswa kali ya.

Ketidakbaikan yang pertama ialah ketika Ardi datang ke Direktorat Umum dan Fasilitas UI untuk menemui Pak Donanta Dhaneswara (ketua direktorat). Ardi menemui staff yang ada di front office direktorat tersebut, dan disambut dengan tidak hangat oleh 2 orang yang ada disana. Mereka mengatakan “kenapa ga naek taksi aja? pake pinjem2 bis segala”. Spotan Ardi kaget, koq omongannya seperti itu ya. Tambah kaget lagi, Ardi disuruh menunggu diluar sekitar 1 jam, dan ternyata surat yang diajukan tidak jua di proses oleh staff tersebut ke Pak Donanta. Akhirnya Ardi tinggal ke Teknik UI untuk sholat jumat dengan rencana kembali lagi pukul 2 siang.

Jam sudah menunjukkan jam 2 siang, Ardi berjalan kaki menyusuri jembatan Teksas, yang menghubungkan Teknik dan Sastra UI menuju rektorat. Sesampainya di Rektorat UI lantai 3, Ardi lagi2 menemui staf tadi, alhamdulilah sudah diproses. Selanjutnya Ardi harus ke gedung PPMT UI untuk menyelesaikan segala administrasi. Di PPMT, Ardi menemui Pak Lutfi yang bertanggung jawab untuk mengurusi Bus Kuning UI. Seteah bertanya-tanya, akhirnya ketemu juga Ardi dengan Pak Lutfi. Lalu sambutannya ? lagi-lagi, kurang ramah, dan dia bilang ini tidak bisa diproses karena bus kuning sudah ada yang sewa. Deg.. perasaan Ardi sejenak bergejolak “Kalau tidak bisa kenapa ga bilang dari tadi aja pas pertama kali ke rektorat”. Akhirnya setelah menjelaskan ke-urgensi-an acara ini, Pak Lutfi bilang ada Bus Kuning yang dapat dipakai. Lho.. sungguh bingung diriku..

Berlanjut ke pemprosesan data dengan Pak Lutfi. Lagi-Lagi Ardi harus kembali ke fakultas Teknik untuk menyelesaikan pembayaran sewa bus Kuning pada hari itu juga. Kembalilah Ardi ke teknik dengan berlajan kaki menyusuri rute yang sama. Sampai di Teknik, Ardi mencoba menemui Pak Salman dan Pak Dodi (DTE FTUI) yang mempunyai kebijakan untuk administrasi di DTE FTUI. Keduanya tak kunjung Ardi dapat temui, karena sedang mengajar. Mendekati jam 4, akhirnya Pak Salman telpon untuk memastikan pembayaran, dan akhirnya memberikan Ardi sejumlah uang untuk sewa bus Kuning.

Kembali lagi ke Rektorat, ternyata sudah hampir tutup, dan Pak Lufti sudah mau pulang. Kali ini cukup baik, beliau mau menyediakan waktunya. Diskusi sebentar, lalu Ardi dioper ke Lantai 3 Rektorat, untuk bertemu bu Waktiyah. Setelah bertemu beliau dan membayar sejumlah uang, Ardi menemui lagi Pak Lutfi di PPMT, dan akhirnya selesai juga segala urusan peminjaman bus kuning dengan Pak Lutfi melemparkan segala urusan teknis ke Pak Sofyan dan Ardi.

Tulisan ini merupakan tuangan hati Ardi. Maapkan kalau ada salah-salah kata. Semoga dapat dijadikan bahan refleksi bersama sehingga segala urusan berjalan lancar dan baik.

Ardiansyah

ilmu itu ada, ya untuk berbagi

Tulisan yang sama di http://ardisragen.web.id dengan judul yang diubah…

12 thoughts on “Meminjam Bus Kuning Ternyata Ribet Juga Ya?”

  1. Wah… ribet juga nih urusan pinjam-meminjam bis kuning di rektorat…

    Saya hanya ingin tanya, apakah ada prosedur baku yang ditetapkan rektorat dan disosialisasikan kepada seluruh warga kampus tentang cara menyewa bis kuning ini…?? Sehingga kesan “dioper-oper” tak lagi terjadi, karena orang yang mau pinjem sudah tahu harus “berurusan” dengan pihak mana saja. Selain itu, kayaknya kok panjang banget ya “birokrasi”nya… Ga bisa di-cut apa… supaya hemat waktu, energi dan biaya…

    Salman Salsabila

    Reply
  2. iyah..memang ribet kalau mau pinjam bus kuning..
    padahal yamg memakai mahasiswa ui juga…
    kita juga bayar kok…
    rezeki kok ditolak…

    yang membuat tambah kesal adalah birokrasi yang berbelit2.birokrasi yang berbelit ga hanya dalam kasus ini…coba aja liat birokrasi di negeri ini..memang berbelit..
    jadi teringat slogan..
    kalo bisa dipermudah ngapain dipersulit…
    betul?

    Reply
  3. hmm… mungkin BEM UI 2009 sebagai agen eksekutif mahasiswa dapat membantu dari prosedur… dan teman2 yang ahli di bidangnya dapat membantu di bidangnya masing2.. untuk menciptakan birokrasi UI yang lebih baik…

    Reply
  4. Payah nih orang – orang rektorat kita! Padahalkan kita membawa nama UI juga, demi nama baik UI tapi malah tidak didukung.

    Dasar kapitalis tuh manusia – manusia..

    Reply
  5. wah-wah koq sama yah di salemba juga gitu waktu itu ada acara gitu di stasiun tv gw gak tau lupa udah lama… rencananya mau pinjam bikun tapi katanya bayar gitu dan gak bisa dijangkau temen-temen soalnya nyewanya juga cuma buat ke stasiun tv akhirnya pada nyewa metromini….. sedih ya,,,

    Reply
  6. kayaknya bikun itu jadi beban UI. dana yg dibayar setiap mahasiswa UI kayaknya banyak teralokasikan untuk operasional sehari-hari saja. di luar itu perawatan sepertinya terabaikan.

    karena mindsetnya bikun adalah beban, kalo ada yg pinjem2 jadi males. apalagi kalo harus tanggung jawab busnya kenapa2 pas lagi di jalan.

    Reply
  7. waaaah, sayang banget url yang tentang prosedur penyewaannya masih dalam revisi hmm~ padahal lagi butuh nih 🙁

    Reply
  8. Jangan teriak reformasi birokrasi ke pemerintah kalo birokrasi di UI masih kaya gitu. Benerin dulu diri sendiri baru mengubah orang lain. Hidup mahasiswa!

    Reply

Leave a Comment