Menguasai Ilmu Deduksi Untuk Menjadi Detektif (Bagian 2)

Kali ini kita akan masuk ke part kedua perkuliahan ilmu deduksi untuk menjadi detektif, di part pertama telah saya berikan pengantar serta contoh bagaimana saya menerapkan ilmu deduksi terhadap seorang bapak-bapak. Di contoh pertama saya dapat menebak pekerjaan bapa tersebut dan hubungan percintaannya, dimana saya menebak bahwa dia duda melalui bajunya yang lecek. Mungkin istilah menebak adalah istilah yang kurang tepat karena istilah menebak terkesan tidak logis maka saya akan menggunakan istilah menyimpulkan. Di perkuliahan kedua kali ini saya akan memberikan tips kepada anda bahwa untuk menguasai ilmu deduksi, hal yang sangat penting untuk anda lakukan adalah cobalah anda sering memperhatikan kebiasaan seseorang secara agregat.

BACA JUGA: Belajar Ilmu Deduksi Untuk Menjadi Detektif (Bagian 1)

Detektif (sumber: idntimes.com)

Misalnya saya pernah suatu waktu di sekolah saya ketika SMA, tepatnya di gedung belakang sekolah menemukan sebuah grafiti bertuliskan “Serdadu” (tulisan grafiti ini sebelumnya tidak ada), tetapi hanya dengan melihat grafiti tersebut saya dapat menyimpulkan siapa pelakunya? Hah bagaimana caranya?

Sangat gampang, pertama saya melakukan pengukuran ketinggian tempat tulisan grafiti di tembok itu dengan tanah dan saya dapatkan ketinggiannya dari tanah adalah 170 cm, dari data ini saya menyimpulkan bahwa pelakunya bertinggi badan 170 cm, mengapa? Karena saya tau kebiasaan orang secara agregat ketika menulis di tembok adalah diatas ketinggian matanya, jadi kurang lebih orang yang menuliskan grafiti tersebut bertinggi badan 170cm.

Kedua, saya menyimpulkan pelakunya adalah seorang lelaki, mengapa? Karena secara agregat kebiasaan, jarang sekali wanita menuliskan grafiti “Serdadu” dan secara statistik anak-anak nakal yang biasa melakukan coretan grafiti adalah lelaki terutama yang suka tawuran sehingga secara probabilitas pelakunya bukan wanita.

Ketiga, di tanah saya menemukan puntung rokok filter dan kotak bungkus rokok  gudang garam yang masih baru, maka saya menyimpulkan pelakunya merokok filter merek gudang garam,

Keempat, dari fakta merokok tersebut saya menyimpulkan kesimpulan lanjutan yaitu pelakunya pasti bukan kelas satu SMA karena jarang sekali anak kelas satu yang baru masuk berani melakukan kegiatan seperti merokok yang dilarang oleh sekolah (biasanya siswa baru kelas satu tidak berani macam-macam ketika pertama kali masuk), sehingga saya menyimpulkan kemungkinan pelakunya siswa kelas 2 ataupun kelas 3.

Kelima saya menyimpulkan bahwa supaya seseorang bisa menulis grafiti di gedung belakang tanpa ketahuan maka dia harus menuliskannya pada saat pulang sekolah dimana siswa-siswa lainnya telah pulang supaya tidak ketahuan, nah diantara kelas 2 dan kelas 3 hanya siswa kelas 3 lah yang pulang paling lama karena siswa kelas 3 ada pelajaran tambahan untuk menghadapi UN, sangat tidak masuk akal menulis grafiti pada saat siswa-siswa lainnya belum pulang sekolah terutama di pagi hari atau siang hari pas jam pelajaran, apa lagi gedung belakang lumayan dekat dengan kantin sehingga langsung bisa ketahuan, kantin tutup jam 5 sore, siswa kelas 2 pulang jam 3 sore dan hanya kelas 3 yang berada di sekolah sampai jam 6 sore, jadi tidak mungkin siswa kelas 2 pelakunya, kemungkinan besar kelas 3 pelakunya. Dari sini saya mendapatkan gambaran pelakunya yaitu:

  1. Memiliki tinggi badan 170 cm
  2. Laki-laki
  3. Merokok Filter Gudang Garam
  4. Siswa Kelas 3

Dari empat kesimpulan diatas saya tinggal menyelidiki kelas tiga saja, kebetulan saya saat itu juga kelas tiga dan di sekolah saya ada dua kelas tiga yaitu tiga A dan tiga B maka saya hanya perlu mengusut dua kelas tersebut.

Dari dua kelas tersebut saya dapatkan hanya 4 orang lelaki yang bertinggi badan 170 cm yaitu Adam, Eka, Simon, Deni. Dari empat orang ini saya dengan mudahnya tau siapa pelakunya? Bagaimana caranya? Caranya adalah saya dekati orang itu satu-satu dan berpura-pura nakal dengan mengajak merokok di luar sekolah, satu-persatu orang tersebut saya tes dengan mengajak mereka merokok filter gudang garam dengan alasan saya yang mentraktir, kenapa trik ini saya pakai? Karena saya tau pelakunya merokok gudang garam. Dari keempat orang itu hanya ada satu orang yang mengiyakan ajakan saya yaitu Simon. Akhirnya Simon saya ajak ke ruangan kosong dan saya ungkapkan semua hasil penyelidikan saya dan saya ungkapkan ke Simon bahwa dia pelakunya, awalnya dia tidak mengaku tetapi karena saya terus mendesak dan membujuknya bahwa kalo dia mengaku maka saya tidak akan mengajukan masalah ini ke guru, akhirnya dia mengaku bahwa dia pelakunya. Dari pengalaman yang saya ceritakan diatas, terlihat bagaimana saya mengungkapkan pelakunya melalui deduksi yang berbasis premis kebiasaan agregat. Jadi diperkulihan kedua kali ini saya menyarankan anda untuk terbiasa memperhatikan kebiasaan orang secara agregat karena hal tersebut akan bermanfaat untuk premis-premis yang dalam ilmu deduksi terutama dalam upaya anda untuk memperkecil kemungkinan atau mengeleminasi fakta-fakta.

Di perkuliahan ketiga nanti saya akan berikan bagaimana cara melakukan social engineering dan teknik berbohong sehingga tampak meyakinkan, tapi saya tidak bermaksud mengajarkan berbohong atau semacamnya ya, melainkan bagi seorang detektif kemampuan itu sangat penting untuk melakukan penyamaran. Di akhir perkuliahan mungkin saya akan berusaha mengungkap kasus pembunuhan Akseyna di danau UI berdasarkan opini dan hasil penyelidikan saya. Tapi jika kalian ada permintaan tentang kasus yang harus saya selidiki maka silakan taruh di komentar ya.

BACA JUGA: Breaking News, Jenazah Ditemukan di Danau UI adalah Mahasiswa UI

Sumber gambar header detektif: id.pinterest.com

1 thought on “Menguasai Ilmu Deduksi Untuk Menjadi Detektif (Bagian 2)”

Leave a Comment