Nilai Orisinalitas Cara Berkomunikasi

Sebuah catatan “Jalan Cinta Para Kandidat” pemira ui 2009 mengingatkan saya pada artikel lama Romi sastro. Sekitar  periode tahun delapan puluhan, mahasiswa baru di Universitas Indonesia, kami wajib menyiapkan sebuah acara di malam perkenalan kampus. Salah seorang senior kita yang cukup berpengaruh pernah mengutarakan mereka sepakat membuat operet tari tarian ala Michael Jackson. Video Klip “ Beat it “ menjadi referensi. Contoh gerakan tari, kostum dan gaya menyanyi sound alike, di contek habis……kemudian Jadilah sebuah operet yang sebenarnya memalukan, sekaligus mengundang tepuk tangan.

Apa yang bisa ditarik dari seorang Michael Jackson pada masa itu? Sebuah budaya barat egaliter yang bisa menginspirasikan sebuah operet picisan mahasiswa mahasiswa baru di negeri berjarak ribuan mil jauhnya.

Komunikasi Mahasiswa Atau Grass root

seni – musik, film, tari, bahkan komunikasi – selain bersifat menghibur atau alat propaganda. Ia harus dalam paparan universal dan logis bagi siapapun yang menerimanya. [ Apalagi bagi mahasiswa saat ini ] yang teorinya lebih logis dan menginginkan harga keseriusan, nilai sebuah karya orisinil.

Kita bicara teknik komunikasi , penyampaian ide harus memahami pikiran target audiensnya. Jika dahulu team pencitraan JK Wiranto -saat pemilu- memiliki blunder bahwa iklan iklan ( terdahulu ) terlalu cantik, indah dan membingungkan bagi target audiens.

Mereka mestinya bicara kepada grass root, sesuai kapasitasnya.

Ketika Iklan SBY yang ‘norak ‘ dan kampungan justru lebih mudah dipahami. Karena ia bicara tentang sesuatu yang dekat dengan kehidupan rakyat grass root sehari hari. Terbukti sukses, lalu bagaimana bisa brand ‘F’ dari Facebook dan ‘T’ untuk twitter dipakai untuk ‘meremehkan’ nilai orisinalitas.

haruskah para kandidat mendompleng cara komunikasi ituh? ingat target anda mahasiswa bukannya grass root

2 thoughts on “Nilai Orisinalitas Cara Berkomunikasi”

  1. @penulis : btw, kalau F (Facebook) & T (Twitter) dipakai untuk grass root bukannya justru ga nyambung yah? karena sebagian grass root di negara kita kan masih “buta” internet. Boro2 kenal facebook dan twitter, komputer dan warnet saja masih menjadi “barang mahal” untuk mereka… 🙂

    ~OOT : semoga program 100 desa komputer Menkominfo yang baru bisa terealisasi dan terus ditingkatkan, sehingga kalangan grass root di Indonesia jadi semakin “melek” IT… Amiiin

    Reply

Leave a Comment