OPERA PRIMADONA : Mereka Butuh Sandiwara, Tetap Sandiwara

Jakarta, 27 Maret 2017 – Teater Paradoks FISIP UI sebagai satu-satunya komunitas teater di FISIP UI selalu menjunjung nilai sosial dan humaniora dalam setiap karya yang diproduksinya. Setiap tahun secara gradual, karya ini selalu diwujudkan dalam penyelenggaraan pementasan tunggal yang selalu bermuatan kritik sosial. Tahun lalu Teater Paradoks FISIP UI berhasil menyelenggarakan “Lysistrata” pada bulan April 2016.

Menyosong tahun 2017 ini, Teater Paradoks FISIP UI kembali menyelenggarakan pementasan tunggal pada Senin, 27 Maret 2017 di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki Jakarta dengan mengusung naskah “Opera Primadona”. Naskah yang ditulis oleh N. Riantiarno ini mengisahkan suatu lakon dalam lakon. Suatu dinamika kehidupan di balik teater era Batavia 1920-an.

Margareta Marisa, sutradara dari pementasan Opera Primadona, menjelaskan bahwa  pementasan ini berkisah tentang Opera Miss Kecubung dan manusia-manusia di dalamnya. Miss Kecubung, si primadona, menjadi semakin besar dan menua. Dia merasa terancam dengan kehadiran Kejora, anak baru yang muda dan cantik. Kecubung lalu menikahkan Kejora secara paksa dengan Baling, badut grup teater yang diam-diam jatuh cinta kepada Kejora. Padahal, Kejora hanya mencintai Rama Umbara. sang aktor utama. Persoalan menjadi haru biru ketika Umbara memiliki niat untuk membentuk grup operanya sendiri, Opera Gardanella. Lakon kehidupan pun dimulai dalam panggung opera yang sarat cinta, mimpi dan intrik.

“Membayangkan pementasan ini bagi saya seperti meletakkan cermin sempurna di hadapan kita. Konflik yang disuguhkan seolah merepresentasikan konflik yang kita alami, tentang kesempatan, tentang ambisi gelap, juga tentang kuasa yang menindas,” ucap Luthfi Amri Nasution, Pimpinan Produksi Opera Primadona.

Mengangkat cerita yang sarat pesan, Opera Primadona menyajikan ratusan emosi serta ribuan pertanyaan tersirat yang siap penonton nikmati. Perpaduan cinta, ambisi, dan realita yang diracik dengan sedemikian rupa, tentu akan melahirkan kesan yang sulit terlupa. Temaram lampu panggung akan menjadi saksi bisu akan adegan demi adegan yang memantik percakapan dengan diri sendiri, nantinya.

Pada akhirnya, pementasan teater “Opera Primadona” adalah upaya Teater Paradoks FISIP UI untuk menyuarakan kritik sembari menyuguhkan hiburan dalam pementasan teater di Indonesia. Pementasan ini diharapkan bisa memberikan penghormatan kepada sejarah perteateran.

 

Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:

Baptista Ezra Dwi Suryananda

Koordinator Relasi Publik

+6281282321358 // ezrasuryananda@gmail.com

Leave a Comment