Paragita dan Pesona Schumann

Dua ratus tahun sejak kelahiran komposer Robert Schumann dan dunia masih merayakannya. Untuk dunia musik klasik sendiri, perayaan 200 tahun Schumann merupakan suatu event tersendiri, event yang tentunya digandrungi dunia tarik suara.

Schumann adalah komposer yang aktif menulis karya-karya vokal. Selain karya-karya vokalnya yang ternama, ia juga aktif menulis untuk piano dan juga orkes dan musik kamar. Namun pengaruhnya memang sangat besar di musik vokal, karyanya banyak untuk jenis musik ini dan berkarakter kuat. Inilah yang kemudian diangkat oleh PSM UI Paragita pada konser mereka Selasa ini di Goethe Haus Jakarta.

Memoir of Schumann adalah tema konser tahunan PSM UI Paragita, mengangkat karya vokal solo maupun paduan suara dari Schumann yang asal Jerman ini. Konser ini pun secara keseluruhan terbagi menjadi dua bagian, bagian pertama yang diisi dengan karya vokal solo dan duet, serta bagian kedua yang berisi karya-karya untuk paduan suara. Karya paduan suara yang dibawakan pun cukup beragam, dari yang khusus paduan suara wanita, pria dan juga campuran. Dua puluh tiga lagu total lagu yang dibawakan oleh paduan suara yang digawangi Aning Katamsi sebagai direktur musik.

Tiga belas penyanyi yang menjadi sorotan di babak pertama dengan tema-tema artsong atau tembang puitik dan umumnya baru belajar vokal lebih kurang 3 tahun. Keseluruhan babak pertama digarap dengan baik, mengingat teknik vokal bukanlah suatu keahlian yang bisa dibangun dalam 1-2 tahun.

Namun penampilan malam itu menjadi milik Elita Loina dan Pharel Silaban. Berdua, tampak bahwa terdapat ciri-ciri bintang di sana, kontrol emosi yang tepat namun tetap terproyeksi sembari dibarengi teknik yang memadai untuk membawakan Waldegespräch, Im Wonderschönen Monat Mai dan duet Untern Fenster. Secara musikal pun, tampak mereka berdua reseptif dan tanggap dalam menggarap karya. Pianis Bali Susilo dan terutama Aditya Setiadi tampil dengan memukau malam itu.

Di babak kedua sepuluh lagu dibawakan dengan oleh paduan suara Paragita. Di babak ini Paragita menunjukkan betapa tebalnya formasi mereka dengan kemampuan yang cukup merata. Paduan suara pria, paduan suara wanita dan beberapa batch paduan suara kamar campuran silih berganti memasuki ruangan. Dipimpin konduktor Adji Kasyono, masing-masing berusaha menampilkan yang terbaik.

Dari segi barisan, paduan suara wanita Paragita kali ini tampil dengan solid. Proyeksi terarah dan keutuhan pun terus terjaga. Blocking menjadi salah satu kunci di seksi sopran sedang di alto seluruh penyanyi tampak cukup matang.

Ketika turun full-team, tampak bahwa Paragita adalah paduan suara yang berkualitas. Tonalitas cukup terjaga di sepanjang karya, paduan suara pun cukup rileks dalam menyanyi sehingga interpretasi mengalir secara natural. Memang perlu dicatat di beberapa tempat sempat tercetus kemonotonan dalam menyanyi yang sebenarnya dapat dihindarkan. Namun secara umum Paragita tampil dengan baik malam itu.

Nyatanya memang dunia tarik suara berhutang pada Robert Schumann komposer Jerman abad 19 ini. Dalam hidupnya yang pendek, Schumann telah meninggalkan warisan musik yang berharga, tercermin dari pagelaran PSM UI Paragita malam ini.

~juga dapat dilihat di blog A Musical Promenade

1 thought on “Paragita dan Pesona Schumann”

  1. haha,,makasi lho pujiannya 🙂
    *walopun di konser ini saya gak ikut nyanyi*

    semoga paragita semakin berkualitas dan tetap bisa mengharumkan nama universitas dan negata 😉

    Reply

Leave a Comment