Pelecehan Seksual di Ruang Publik Hanya Dianggap Sekedar Angin Lalu. Kenapa?

Siang tadi, selepas kuliah filsafat komunikasi Prof. Alois, saya dan dua orang teman, Noe dan Michelle, berjalan di pelataran parkir kampus sekitar Mesjid ARH, UI Salemba. Sambil melanjutkan obrolan tentang kuliah tadi, kami pun berjalan kea rah gerbang keluar kampus, menuju halte busway. Dari arah depan kami, tampak seorang bapak yang berusia sekitar 45-an tahun, berkulit coklat, perawakan kecil, dan kurus yang berjalan ke arah kami.

Saat berpapasan, tampak ada gelagat aneh dari dirinya. Dan benar saja, serta merta dan dengan sengaja ia mencolek paha teman saya, Noe, namun beruntung yang terkena adalah bagian tangan teman saya. Saat mencolek teman saya itu, ia berkata “mau makan ya?”. Kontan saja teman saya kaget dan berbalik memandang bapak itu dengan tatapan aneh bercampur kesal. Saya saat itu belum menyadari apa yang telah terjadi, karena saya pikir teman saya dan bapak tadi saling kenal. Maklumlah, Noe memang memiliki banyak teman dari berbagai kalangan, baik kalangan atas maupun kalangan bawah alias rakyat kecil.

Namun, ternyata perkiraan saya salah. Sungguh salah. Yang baru saja terjadi adalah sebuah tindakan pelecehan yang terjadi di muka umum dan pada waktu pagi menjelang siang sekitar pukul 11. Noe yang merasa sangat terlecehkan dengan tindakan itu pun serta merta melabrak bapak itu.

Noe: “Heh!! Apa2an lo megang2 gw???”

Michelle yang juga merasa kesal pun ikut melabrak sambil memandang dengan sangat tajam ke mata bapak itu.

Michelle: “Heeh!! Maksud lo apa colek2 begitu?? Jangan coba macam2!! Noe!! Lo bisa karate kan?? Hajar aja dia!!” ujar Michelle sambil menunjuk ke arah bapak tadi.

Mendengar kata2 Michelle bapak itu tampak ciut dan berniat untuk melarikan diri. Sungguh pengecut! Ribut2 besar pun terjadi. Bapak yang tidak tahu sopan santun dan etika itu pun pura2 berkelit. Hampir saja bogem mentah Noe mendarat di wajahnya, satpam2 dan orang2 di sekitar pun mulai memperhatikan. Dengan lantang Noe berteriak memanggil satpam yang dengan secepat kilat datang mengerubungi kami. Lagi2, bapak itu berniat kabur sambil memelas dan berkata “saya gak sengaja… saya mau ke rumah sakit”. Mendengar perkataannya, kami pun semakin kesal. Lempar batu sembunyi tangan. Sudah berbuat namun tetap saja berkelit.

Melihat tindakan bapak itu yang mau mengambil langkah seribu, para satpam pun tak tinggal diam. Mereka segera membekuk bapak tadi. Memegangi kedua tangannya, memitingnya ke belakang, dan meniarapkannya di kap mobil sedan di depan kami, persis seperti adegan CSI yang sedang membekuk penjahat.

Semakin tersudut bapak itu, semakin ia memelas dengan wajah tak berdosa dan bilang tak sengaja. Saya pun kesal dan berkata “yee… sengaja aja tuh!! Saya liat kok!! Huuu”. Situasi pun semakin panas sehingga membuat satpam2 itu meminta kami untuk pergi saja dan membiarkan mereka yang mengurus semuanya. Noe yang emosinya sudah sampai ke ubun2 pun berkata dengan lantang kepada bapak itu “Jangan pikir bisa megang2 perempuan dengan sengaj!!!!” dilanjutkan dengan menampar wajah bapak itu. Plak!!

Tanpa saya sadari, salah satu teman kuliah, Deny, pun muncul dan mencoba melerai Noe. “Udah… udah…” ujarnya. Satpam pun menenangkan kami dan sekali lagi meminta kami untuk pergi. Saya heran, mengapa kami yang disuruh pergi. Kami adalah mahasiswa kampus itu. Mengapa kami yang disuruh pergi?? Dengan kesal, kami pun berjalan meninggalkan lokasi itu sambil menenangkan Noe.

Saya yang berjalan di belakang teman2, menoleh sejenak ke belakang ke arah satpam dan lelaki tadi. Ia terlihat masih dikerubungi satpam dan orang-orang yang menyaksikan kejadian tadi. Namun, tak berapa lama kemudian, lelaki itu dilepas begitu saja! Ia melenggang dengan santai di pelataran parkir kampus dan bukannya diusir keluar dari lingkungan kampus. Saya merasa sangat kecewa. Apakah begitu aja?? Hanya itu?? Orang yang telah melakukan tindakan pelecehan dilepas begitu saja tanpa mendapat hukuman, pencatatan identitas diri, atau dilaporkan ke kantor polisi??

Saya bertanya2 dalam hati. Apakah masalah ini sesepele itu?? Apakah masalah ini tidak dianggap penting dalam masyarakat?? Apakah tindakan pelecehan yang sudah termasuk dalam kasus pelecehan seksual itu hanya dianggap angin lalu begitu saja oleh orang-orang?? Bahkan permintaan maaf pun tak keluar dari mulut orang itu. Yang ada hanyalah terus berkelit dan mengingkari apa yang telah ia perbuat. Saya semakin bertanya2, apakah lebih efektif bagi kami untuk berteriak copet atau jamret agar orang-orang mau menanggapi kasus ini sebagai sesuatu yang penting dan mendasar, bukan sebagai angin lalu?? Apakah kasus seperti ini dianggap tidak penting dan hanya merupakan kasus sepele yang bisa diselesaikan secara “kekeluargaan”??

Secara kekeluargaan, itulah yang selalu didengung2kan orang dalam hal kasus pelecehan seksual yang dialami perempuan. Menurut saya, diselesaikan dengan cara kekeluargaan adalah salah satu wujud pengungkapan halus dari mengabaikan dan menggampangkan suatu tindakan kejahatan apapun. Tidak heran banyak pelaku kasus pelecehan seksual di angkutan umum seperti di angkot, taksi, bis, atau bahkan kereta yang melenggang dengan bebas tanpa ada sanksi hukum yang jelas bagi mereka.

Saya pun lagi2 bertanya, bagaimana jika pelecehan tersebut terjadi pada istri, anak, saudara, pacar, teman, atau bahkan ibu Anda?? Apakah Anda rela orang yang Anda cintai diperlakukan seperti itu?? Terlebih kejadian ini terjadi di ruang publik, tempat umum, namun hanya jadi tontonan dan dianggap hal sepele. Marilah kita renungkan bersama dan bertindak!

Jakarta, 10 Desember 2009 (Pk. 20.30-21.15)

Ranny Rastati Chibi

24 thoughts on “Pelecehan Seksual di Ruang Publik Hanya Dianggap Sekedar Angin Lalu. Kenapa?”

  1. pengen ketawa deh.. gini aja yah.. negara kita masih negara timur. Jadi masih aneh ngelihat orang pamer paha. makanya, kalo mau ga dilecehkan, sebagai wanita pun jaga diri dengan pakaian yang sopan kalo lagi jalan di jalanan “rakyat jelata”.

    Reply
  2. yupz…pelecehan memang semakin merajalela… untuk itu kita sbg wanita,harus pintar2 menjaga diri dan berusahalah berpakaian menutup aurat agar tidak terjadi hal2 yg tidak diinginkan.. Alhamdulillah setelah saya berhijrah (menutup aurat),hal2 sprti itu belum pernah saya alami (jangan sampe deh..naudzubillah)..

    Reply
  3. klo ada thread/posting/berita yang beginian pasti yang lebih disalahkan si cewe, pakaiannya ketatlah, inilah itulah….dodol banget dach….klo pikirannya ginian, ga bakalan selesei….

    yang salah tuch, pikiran yang cowo…ama penegakan hukumnya,,,,

    bagi perempuan, klo lewat ‘jalan jelata’ dan ‘jalan bajingan’ semisal stasiun dan terminal emang lebih baik pake pakaian yang agak tomboy ato tertutup…ini solusi sampingan, solusi utama masih penegakan hukum yang kuat ….

    Reply
  4. yah.. taulah di indo masii gini.. solusi sementara emang kudu pake yang ga mancing.. nah kalo emang di tempat orang-orang yang sadar hukum dan tau diri, itu baru bisa bebas milih.. mungkin bapak itu nyolek anak gadisnya juga? sapa tau. wew.

    Reply
  5. Nah itu.. yang di Jepang aja.. walo hukum kuat, namanya hidung belang tetep aja ada kan? sepertinya solusi sementara bakal jadi solusi utama neh.. weww

    Reply
  6. Kayanya tanggepannya ga sesuai harapan yak.. Gw c stuju ama luw, salute untuk cewe berani ky tmen luw itu.. That really helps to make a better world. Daripada ngambil mindset cewe yg “nantangin”.. Beda pendapat nih kita, nona kelinci.. ;p

    Reply
  7. namanya juga lelaki,pasti hasrat itu ada,masalahnya bisa nahan apa gak?
    kadang iman uda kuat,tapi imron ga kuat,
    ya jadi masalah deh..

    Reply
  8. for ur information, gw bertiga pake jilbab. Jilbabny pun nutupin dada dgn baju longgar dan GAK ketat. Kejadiannya pun ketika kami sedang jalan bertiga pada wkt siang bolong *walo jm 11 tp panasnya udh bikin melolong*. Kejadiannya pun di tmpt super rame yaitu d parkiran yang bhadapan langsung dg jalan Salemba Raya yg ada halte buswaynya. Buanyaaaak mhs yg seliweran jg. Bkn tmpt yg sepi apalagi mlm hari.

    Mnrt gw, pelecehan seksual itu ga tjd hy krn pakaian minim or tmpt sepi. Byk jg ce jilbaban yg mlh mjd korban pelecehan kyk gt. Trus yg salah siapa?? apakah ce yg terus2n disalahkan dg alasan pakaian minim?? pdhl kami ga bpakaian minim. ato co2nya yg ga mjg pandangan?? Jd mnrt gw c lelaki jg hrs mjaga pandangan, jaga hati, dan BELAJAR ETIKA ato SOPAN SANTUN.

    Reply
  9. ahh ya yaa mr. udaya sipil 06.. XDD cuma gini aja.. ati2 lah kalo nantangin orang gitu.. brani boleh.. tapi siapa tau orang tersebut punya bala tentara ato apa.. nah.. skarang, yang udah rapi aja kena colek kan? yah kesadaran masyarakat atas ini emang masih kurang.. bahkan di jepang aja masih banyak, ga peduli siang malem, sepi dan rame, udah tugas masing-masing untuk menjaga diri..

    mau gamau, posisi kita sebagai wanita harus diperkuat, ngga cuma bisa ngandelin hukum polisi ato apa..

    Reply
  10. huek..jadi mau muntah.. inget diri sendiri..
    sempet kepikiran ga bakalan diijinin kuliah di jakarta karen amasalah ini..

    Reply
  11. Nona Kelinci dapat sumber dari mana sech?….tau dari mana?…klo di Jepang banyak pelecehan….

    ato cuma cerita dari orang2 aja yang kebetulan tau ato cerita negatif Jepang cuma seputar J** dan H***** aja…..hanya asumsi aja, bukan menuduh…

    Reply
  12. well, buat gw pikiran yang menyalahkan perempuan ketika mereka dilecehkan atau bahkan korban pemerkosaan tuh pikiran yang kuno banget,,

    Kita ga bisa menutup mata bahwa masalah diskriminasi, maslah ketimpangan perempuan dan laki-laki, masalah relasi kuasa yang timpang itu emang bener2 ada dan nyata.dan itu ga cuma dialami di Indonesia, tapi juga di seluruh belahan dunia manapun..

    Sekarang pun sudah banyak gerakan2 yang menumbuhkan kesetaraan gender. Jadi pikiran kuno yang masih nyalahin perempuan itu nggak banget,,

    Karena yang terjadi sekarang, perempuan sebagai objek seksual, perempuan dimarginalkan secara politik, ekonomi, sosial, bahkan budaya, perempuan yang tidak bisa atau terhalangi access to justice nya, itu karena budaya patriarkhi yang sudah melembaga dan mengakar kuat sera sitemis, bukan karena perempuan itu sendiri.

    #buat penulisnya, banyak banget kasus ketimpangan perempuan dan laki2, Sepakat banget hal kayak gini emang harus dilawan. kita lawan dari mulai diri sendiri. karena percayalah, ini berakar pada budaya. Dan budaya, sesuai dengan masyarakat yang berubah maka budaya bisa diubah, Jadi percayalah, bahwa budaya ini bisa diubah.

    Reply
  13. setelah dibaca-baca kata-kata gw di awal agak kasar juga.. (aga sensitif sama bahasa di artikel yang “maupun kalangan bawah alias rakyat kecil”)

    sebenernya gini, sebagai sesama wanita, gue lebih mendukung kita memperkuat diri dan belajar untuk tidak menyalahkan orang lain dan sekitarnya. belajar kita mempersiapkan diri dan mengantisipasi ketimbang hanya mencerca pihak lain.

    karna pada kenyataannya, kesetaraan gender justru menuntut wanita untuk jauh, jauh, jauh lebih tangguh karna ia akan disejajarkan dengan kaum pria. oleh karena itu, wanita justru harus mempersiapkan diri untuk tidak lagi manja dan cengeng. dan belajar mengantisipasi segala kondisi yang akan merugikannya dengan sebaik-baiknya..

    untuk penulis, sori banget yak kata-kata gw kasar, tapi sebaiknya, kata-kata “rakyat kecil” itu menuduh seakan yang berbuat asusila hanya lah golongan tersebut aja. padahal pada kenyataannya, justru gembong bosnya mungkin malah nangkring di hotel-hotel bintang 5. haha

    Reply
  14. @ nona kelinci:
    “untuk penulis, sori banget yak kata-kata gw kasar, tapi sebaiknya, kata-kata “rakyat kecil” itu menuduh seakan yang berbuat asusila hanya lah golongan tersebut aja. padahal pada kenyataannya, justru gembong bosnya mungkin malah nangkring di hotel-hotel bintang 5. haha”

    hmm… nona kelinci, seingat saya sepertinya saya tidak pernah mengeluarkan statement seperti itu atau yang berkonteks seperti itu.

    Yang saya tulis adalah
    “Saya saat itu belum menyadari apa yang telah terjadi, karena saya pikir teman saya dan bapak tadi saling kenal. Maklumlah, Noe memang memiliki banyak teman dari berbagai kalangan, baik kalangan atas maupun kalangan bawah alias rakyat kecil”

    Apakah dari kalimat saya di atas itu ada indikasi menuduh seakan yang berbuat asusila hanya lah golongan tersebut aja, seperti yang Anda tuduhkan ke saya?

    Sebab, konteks kalimat saya adalah teman dari berbagai kalangan, baik kalangan atas maupun kalangan bawah atau rakyat kecil.

    Hmm… sebenarnya dr awal smpe skrg saya pun bingung dengan pernyataan Anda yg mengatakan bahwa kata2 Anda kasar. Nona kelinci, kata2 Anda bagian mana yg bernada kasar ya? Karena saya merasa tidak ada kata2 yg kasar. hehehe… ;p

    Reply
  15. >_< karna yang ngena ke saia kesannya seperti itu. anda melakukan pembedaan bahwa ada rakyat besar dan rakyat kecil haha..

    dan karna saia sebenernya gabiasa kasar makanya ngomong kaya gitu aja udah berasa kasar. hahahaha..

    Reply

Leave a Comment