Pemanasan Global, Dimana Mahasiswa?

Konferensi Perubahan Iklim PBB (United Nations Framework Conference on Climate Change-UNFCCC) yang akan diselenggarakan tanggal 3-14 Desember 2007 di Bali nanti merupakan momentum yang sangat penting bagi Indonesia sebagai tuan rumah dalam upaya mengatasi bersama perubahan iklim (climate change) dunia.

Dalam forum yang terasa sangat khusus itu, Indonesia akan membawa tujuh agenda penting untuk dibahas bersama, yaitu adaptasi, migitasi, mekanisme finansial, pengembangan teknologi dan kapasitas, CDM (Clean Development Mechanism), pengurangan deforestasi (perusakan hutan), serta langkah-langkah bersama ke depan pasca 2012 pada saat mana Protokol Kyoto akan berakhir. Sebagai catatan, Amerika Serikat dan Australia adalah dua negara yang memproduksi emisi dalam jumlah besar, akan tetapi tidak menandatangani Protokol Kyoto.

Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki lebih 17.000 pulau dan terletak di daerah khatulistiwa akan mengalami dampak paling buruk akibat perubahan iklim dunia. Perubahan iklim itu disebabkan karena meningkatnya emisi gas, penggundulan hutan serta efek rumah kaca. Es akan mencair di kutub. Salju-salju abadi akan berkurang. Ini mengakibatkan air laut meningkat dan pulau-pulau Indonesia terancam tenggelam.

Selain itu, pemanasan global mengakibatkan iklim tidak menentu. Badai dan topan mengancam, berbagai penyakit menyebar, ribuan spesies dalam waktu singkat mengalami kepunahan dan berbagai daerah mengalami krisis air. Musim tanam juga terganggu dan pertanian terancam gagal. Kini kita mulai merasakannya secara langsung, kekeringan dan hujan yang menerpa berbagai kawasan di Indonesia, terkadang diluar perkiraan. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya.

Pemanasan global adalah masalah kita semua. Tidak hanya kita di negara kepulauan, juga semua wilayah permukaan bumi. Karena perubahan iklim menjadi masalah kita bersama, semua pihak harus terlibat mengatasinya. Jika kita mau menyelamatkan bumi dan segala kehidupan di atasnya, tidak ada cara lain, sekarang kita harus bertindak menyelamatkan bumi dari pemanasan global. Kita perlu solidaritas global.

Saat ini, tantangan yang berat dihadapi Indonesia adalah meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap bahaya pemanasan global. Pemerintah belum cukup berbuat. Masih banyak bangsa Indonesia yang tidak paham akan akibat pemanasan global. Masyarakat juga belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang cara-cara mengatasinya. Kenapa pemerintah tidak memulai sosialisasi pemanasan global dengan cara melakukan program masuk kampus? Kita mahasiswa siap membantu pemerintah mensosialisasikan pemanasan global kepada masyarakat!

4 thoughts on “Pemanasan Global, Dimana Mahasiswa?”

  1. Global Warming….bukan issue baru di dunia ini, Bangsa kita tahu betul apa penyebabnya dan apa akibatnya. Nah kita lihat orang orang yang serakah, para pengusaha pengantong izin HPH, tak lebih sebagai para penjarah hutan, lebih jahat dari orang Hutan. Kenapa sih pemerintah mengeluarkan HPH ?

    Reply
  2. Untuk mengurangi pemanasan global, mari kita kurangi CO2, baik dari kendaraan bermotor, listrik, ataupun industri. Saya membaca satu poster di salah satu industri elektronik besar di Bekasi, bahwa “setiap penghematan listrik 1 KWh = pengurangan CO2 sebesar 0,712 Kg”, berarti setiap orang bisa ikut aktif dalam mengurangi pemanasan global, paling tidak dengan menghemat pemakaian listrik setiap bulannya.
    Dari manakah penghematan signifikan yang bisa kita dapat? Menurut penelitian yang dilakukan oleh salah satu BUMN di gedung2 komersial, pemakaian mesin pendinginlah (AC, chiller) yang paling besar memakai daya listrik, sekitar 60-70% dari seluruh tagihan listriknya.
    Dan tahukah teman2 Mesin pendingin menggunakan Freon (CFC, HFC, HCFC) sbg bahan pendinginnya, didalam freon mengandung Chlor & Fluor. Chlor adalah gas yang merusak lapisan ozon sedangkan Fluor adalah gas yang menimbulkan efek rumah kaca. Global warming potential (GWP) gas Fluor dari freon adalah 510, artinya freon dapat mengakibatkan pemanasan global 510 kali lebih berbahaya dibanding CO2, sedangkan Atsmosfir Life Time (ALT) dari freon adalah 15, artinya freon akan bertahan di atsmosfir selama 15 tahun sebelum akhirnya terurai.

    Reply

Leave a Comment