Pencurian di Bikun: Apakah Motif Dibaliknya?

(28/12) Saat sedang kehilangan konsentrasi untuk selalu siaga menjaga barang bawaan terutama barang berharga karena banyak hal yang terjadi di kampus, seperti pusing tugas kuliah, pusing organisasi, pusing teman, kesepian, ga punya pacar, keluarga jauh, ga ada tempat buat curhat jadinya linglung bingung sendirian. Waktu itu, menjelang pukul 6 sore masih berada di kampus padat ala F***P ingin segera beranjak pulang ke kosan di Kukel. Karena sudah lelah lebih memilih menggunakan Bikun daripada jalan kaki.

Bertemu teman saat menaiki bikun yang saat itu tidak terlalu padat penumpangnya, obrolan sesi curhatan mengenai beban dikampus dimulai. Hingga asik sendiri tidak memerhatikan orang disekitar.

Sudah puas dengan bahan obrolan yang sangat lega dilontarkan tadi, sampailah ke tujuan halte Stadion. Bus berhenti saya pun dengan teman seorang anak Vokasi tersebut siap berdiri menuruni bus lewat pintu belakang. Saat berjalan, mengantri dan menuruni tangga terasa ada yang membuka resleting tas backpack saya, yang saat itu saya taruh telepon genggam(HP) saya disana dan saya yakin saat berada di bus hp saya masih ada di dalam tas .

Setengah menyadari kejadian pencopetan, ketika menginjakkan kaki ke tanah saat menuruni tangga bus, reflek saya langsung melihat resleting tas yang sudah terbuka. Panik melihat telepon genggam yang baru saja dipakai sudah tidak ada di tempat, langsung saja memberi tahu teman saya kalau HP saya hilang.

Yakin karena dicopet saat antri menuruni bus, otomatis saya teriak copet dan teman saya ikut membantu menghampiri supir bus untuk melaporkan adanya kejadian pencopetan ini. Sang supir tidak memberi respon dan malah mengabaikannya karena mungkin sudah terbiasa dengan kejadian seperti ini di busnya. Saya berinisiatif segera naik ke dalam bikun lagi tambah kebingungan dan panik mau melakukan apa selain memastikan bahwa benar-benar terjadi pencopetan, setengah berharap kalau terjadi kesalahan.

Menyadari kalau memang benar-benar kecopetan dan tidak memungkinkan untuk melakukan penggeledahan setiap orang yang ada di bikun, dan juga adanya dugaan si pelaku juga sudah menuruni bus di halte stadion, maka saya hanya bisa merelakan kepergian barang mewah yang baru saja datang dan pergi begitu cepatnya, sangat cepat karena baru 1,5 hari saya pakai. Itu pun minjem sama papa di rumah, BB Torch tuh..

Akhirnya saya pun mengakhiri perjalanan saya di atas bikun dan segera turun di halte Balairung. Untung saja saya masih bisa merelakan walaupun kaget dan kebingungan, berkat dukungan dari teman saya yang kebetulan bertemu di bus daritadi dan sekaligus menjadi pendengar setia curcolan saya. Belajar mengikhlaskan, percaya bahwa ada rencana besar dari Yang Maha Kuasa akan indah pada akhirnya maka dengan mudah saya merelakannya.

Akan tetapi tiba-tiba teman saya menyeletukkan sebuah pernyataan bahwa menduga pelakunya berjilbab dan mungkin saja berkedok NII(negara Islam Indonesia) saya langsung mempertimbangkan adanya keterkaitan maksud dibalik peristiwa ini. Tapi entahlah akan kebenaran kejadian ini bila dapat diulik lebih dalam lagi.

Setelah cerita sana sini mengenai kejadian pencopetan tersebut dan kerepotan karena tidak memliki HP lagi, terdapat beberapa hal yang menyadarkan saya. Ada banyak dan sering akan kejadian yang sama, pencopetan barang yang sama pula yaitu HP dan bertahun-tahun sering terjadi. Saya sendiri akhirnya berinisiatif untuk menanyakan perisitwa ini ke supir bikun, lalu ia menanggapi bahwa hal tersebut memang sering terjadi juga dan pernah tertangkap pelakunya seorang wanita berjilbab(entah orang yang dimaksud sama atau tidak). Namun karena si korban merasa barangnya sudah dikembalikan oleh pencopet tersebut lalu dilepaskan kembali dan tidak adanya tuntutan untuk diproses lebih lanjut. Pihak yang berwajibpun tidak dapat memproses lebih lanjut kalau tidak ada pihak yang menutut.

Ada kabar dari teman saya sejurusan, bahwa di hari yang sama terdapat kejadian yang sama seperti yang saya alami, pencopetan HP di dalam Bikun. Terdapat saran dari teman seperjuangan untuk membuat pergerakan dan mengangkat soal keamanan kampus terutama pencopetan dalam bus, maka inisiatif ini baru timbul untuk pergi melaporkannya ke Pelayanan Lingkungan Kampus(PLK) walupun sudah tau dan yakin datang sendirian tanpa membawa bukti sama dengan nol besar.

Saat tiba di PLK dan melontarkan keseluruhan kronologi pencopetan yang saya alami, ternyata nihil karena ketiadaan bukti. Tidak ada yang dapat menindak lanjuti apapun atas peritiwa ini. Mungkin karena hanya 1 suara. Hanya saya yang melapor dan banyak korban yang pernah mengalami sebelumnya juga kemudian pasrah dan malas untuk melapor. Hal ini semestinya tidak membuat suara minoritas diabaikan, menggerakan pihak birokrat untuk segera membuat suatu kebijakan mengatasi masalah tersebut pasti akan lebih baik daripada cuma pasrah. Kejadian ini saya anggap tidak boleh dianggap remeh, karena sangat sering terjadi.

Kabarnya pelakunya memang seorang wanita dan mengenakan Jilbab. begitu juga menurut pengakuan sang supir bikun yang pernah tahu. dan saya sendiri juga merasa hal yang sama, dikerumuni para wanita berjilabab saat kejadian. Entah hanya sebagai kedok, ataupun apa alasannya kasus ini bisa saja terhubung dengan hal yang mungkin akan menyangkut lebih jauh lagi, seperti jaringan terorisme. “Kejadian pelepasan pelaku yang pernah tertangkap
tersebut belum sempat diinterogasi, sehingga sampai saat ini belum tahu
apa alasan pencuri tersebut melakukan tindak kriminal” ungkap pengakuan
pihak PLK. Berharap kasus ini cepat diusut sehingga tidak menimbulkan
kekhawatiran berlebih pada warga UI. (edit seperti diminta penulis, 4 Januari 2012)

Kemudian berencana untuk membuat sebuah gerakan bersama peningkatan keamanan dalam kampus, saya ingin berbicara dan mengumpulkan para korban agar supaya dapat menuntut bersama pelayanan yang lebih layak dan memuaskan. Selain sudah membayar mahal uang kuliah, tidak lagi pantas rasanya sebuah world class university masih memegang predikat keamanan yang suram. Mudah-mudahan setelah saya dapat memproses kejadian ini didapati sebuah tindakan yang langsung dan dapat membuat nyaman seluruh warga Universitas Indoneisa dan sekitarnya.

Bis Kuning
bis Ac yang dingin mencekam

hati- hati kawan. tulisan ini saya buat merupakan kejadian nyata yang saya alami sendiri. pendugaan masih bersifat opini. maaf bila ada yang tersinggung.

21 thoughts on “Pencurian di Bikun: Apakah Motif Dibaliknya?”

  1. Parah lu mendiskreditkan orng berjilbab
    Kl dlm hukum itu ada yg namanya azas praduga tidak bersalah
    Jd lu gak bs seenaknya menuduh seseorang
    Menentukan seseorng diduga keras melakukan tindak pidana pun tidak mudah
    Ada bnyk syarat2 yg harus dipenuhi
    Kecewa gw ada anak UI yg pikirannya sempit gini

    Reply
  2. Hebat ya anak UI skrng, hanya berbekal “kata orang” bisa menuduh seseorang seenaknya
    Mentang2 bayar mahal trus mau minta pelayanan nomor 1?
    Lu sendiri kl naik bikun udah ngucapin “terima kasih” blm kepada bapak sopir bikun?
    Yg bikin gw bangga masuk UI itu krn anak2 itu pintar2 dan pnya attitude
    Tp kyknya attitude itu skrng mulai tergerus krn merasa sdh bayar mahal di UI
    Gw tahu lu kesel krn hp lu ilang
    Tp itu krn kecerobohan lu sendiri
    Jangan menyalahkan orng lain atas keteledoran lu sendiri
    Orang yg pintar itu sebelum menuduh seseorang berbuat sesuatu, dia sdh pnya dugaan yg kuat dan tdk hnya berdasarkan “kata orang”
    Menuduh seseorang melakukan tindak pidana tanpa bukti bs kena pasal pencemaran nama baik lho
    Ingat kasus prita kan?

    Reply
  3. De, besok2 banyak2 baca lagi ya soal terorisme.. Juga soal stereotyping dan bahayanya..

    Tulisan yg kamu buat mungkin memang dibangun dari kepedulian. Tapi kepedulian yg dibangun juga harus CERDAS. Bukan semata2 emosi dan tendensi 🙂

    Tapi aku sepakat, kepedulian kita jg hrs dibangun ktika melihat hal serupa di bikun.. Diperlukan kerja sama dr semua penumpang, termasuk u/ meminta sopir bekerja sama. Lain kali, kamu mungkin bs melakukan tindakan simple, seperti menelfon HP kamu atau korban lainnya. Walau ada kemungkinan pelakunya sudah turun, ya apa salahnya mencoba.

    Dan yg terpenting harus paham risiko menggunakan public services seperti bikun. Kita jg bertanggung jawab atas barang milik kita..

    Reply
    • iy mba..
      saya akan memeprbaiki tulisannya. sedang saya urus dengan editor. padahal saya sudah berusaha untuk membuat tulisan agar pesan tersampaikan dengan baik dan tidak menyinggung pihak manapun. kalau2 ada pendapat yang menyinggung hanya sebagai opini yang terbentuk karena kondisi yang saya alami.
      sering terjadi kasus pencurian di bikun tetapi juga di dalam kampus. bahkan di dalam kosan..
      mahasiswa menjadi target sasaran yang empuk buat maling. mak dirasa perlu untuk pelayanan lebih untuk masalah keamanan. kan kasihan juga mahasiswa UI yang pintar dan sudah pusing akan tugas2 yang menumpuk harus mengalami berbagai tindak kriminal.

      terima kasih unutk sarannya

      Reply
    • saat itu saya sudah mencoba telpon hp ku tapi tidak ada yang menjawab. sedangkan hp saya silent.
      dan penumpang hanya dapat bersikap diam dan tertuju pada destinasi masing-masing. sudah mencoba melapor ke supir bikun tapi tiada tanggapan atau respon. setelah kejadian yang berlangsung tidak samapi 1 menit tersebut bus pun melaju seperti biasa tanpa menghiraukan saya.

      Reply
    • terima kasih buat dukungannya.
      saya hanya bermaksud menyampaikan pesan agar para mahasiswa UI atau siapapun yang menggunakan fasiliitas di UI tahu akan tindak kriminal yang sering terjadi.
      sekali lagi saya ucapkan terima kasih.

      Reply
  4. Dear author, kecewa, sakit hati, sedih, sangat baik ditumpahkan ke dalam tulisan. Namun masih ada dalam koridor kesopanan dan peraturan dasar setiap penulis adalah tidak berbau SARA. Tulisan yang anda publish di mass media seperti anakui.com akan dibaca ratusan orang, dan bukan tidak mungkin tulisan RASIS dan mengandung SARA ini akan memancing kemarahan bagi sebagian orang.

    Reply
  5. Sudah beberapa kali kecopetan (di kereta, bukan bikun). Saya benci pencopetnya, tapi lebih benci sama diri saya yang waktu itu ga waspada. Be careful next time! 🙂

    Reply
  6. hati2 mas klo nulis. ga usah bawa2 simbol keagamaan, suku, ras, dll.

    ADMIN itu diedit tp masih keliatan tulisannya. tolong diperbaiki.

    Reply
    • emang sengaja bal.. coba bayangin kalo bagian yang dicoret itu dihapus, orang yang baru baca artikel dan komentar2 ini pasti bingung, “ini orang ngomongin SARA apa sih? ga ada SARA-SARA-nya di atas”.

      jadi dibuat begitu sekalian buat pembelajaran juga 😉

      Reply
  7. Saya juga pernah menyaksikan kejadian pencopetan di Bikun dulu. Pelakunya memang saat itu adalah seorang perempuan mengenakan jilbab. Saat itu, pelaku tertangkap di PLK depan stasiun UI. Menurut penuturan petugas PLK, pelaku mengenakan jilbab agar dapat lebih berbaur dengan mahasiswi2x, dan digunakan sebagai alat untuk menyembunyikan hasil operasi. Saya masih inget, dari balik jilbab itu disita 2 hape dan 2 dompet.

    oh iya, jilbab itu bukan simbol keagamaan.

    Reply
  8. Tahun lalu saya juga mengalami kejadian yang sama. Padahal, waktu itu saya sedang menjadi tour guide buat teman-teman saya yang dari UGM. Karena kejadian itu, mereka mengatakan miris dengan UI. tapi saya coba jelaskan kenapa hal tersebut bisa terjadi. Salah satu penjelasan saya karena bikun kan untuk umum, yang naik bikun bukan hanya mahasiswa UI. Jadi bikun rentan menjadi tempat bagi pelaku kriminal..

    tapi saat itu saya tidak memperhatikan orang dibelakang saya. dan tas sayapun rapi (tidak terbuka). Saya tidak tahu siapa orang yang teganya mengambil HP saya. Sebelum ini, saya belum pernah mendengar issue tentang motif dibalik pencurian di bikun, saya hanya berpikir pencurian di bikun sama motifnya seperti pencurian2 di tempat lainnya.hehe (pencurinya itu orang males yang butuh duit buat makan) 😀

    Reply
  9. Saya dukung kegiatan kamu, dan saya sangat membenci orang-orang yg mencuri menggunakan jilbab (supaya terlihat alim dan tak dicurigai)dan hanya supaya identitas mereka tertutupi dengan baik, (karena kita terlihat beda dengan atau tanpa jilbab sehingga mengecoh pandangan orang)sehingga menganggap islam agama teroris.

    Saya minta maaf kalau ada yang salah paham menganggap ini berbau SARA. Saya tahu kamu nggak berusaha mendiskreditkan siapapun, cuma minta pengertian dan kesabaran kamu dan mencoba berpikir dari sisi mereka.

    Mengenai hp yang hilang, saya harap kamu mendapatkan ganti yang jauh lebih baik. Tapi, apa kamu punya usul tentang masalah ini?

    Reply
  10. Saya dukung kegiatan kamu, dan saya sangat membenci orang-orang yg mencuri menggunakan jilbab (supaya terlihat alim dan tak dicurigai)dan hanya supaya identitas mereka tertutupi dengan baik, (karena kita terlihat beda dengan atau tanpa jilbab sehingga mengecoh pandangan orang)sehingga menganggap islam agama teroris.

    Saya minta maaf kalau ada yang salah paham menganggap ini berbau SARA. Saya tahu kamu nggak berusaha mendiskreditkan siapapun, cuma minta pengertian dan kesabaran kamu dan mencoba berpikir dari sisi mereka.

    Mengenai hp yang hilang, saya harap kamu mendapatkan ganti yang jauh lebih baik. Tapi, apa kamu punya usul tentang masalah ini?..

    Reply
    • terima kasih buat dukungannya Ayu..
      saya baru kepikiran untuk membuat akun twittwr atau FB unutk mengumpulkan aspirasi korban ataupun simpatisan untuk mengangkat masalah ini ke muka.
      agar dapat dilirik dan dianggap serius oleh aparat keamanan. seenggaknya ada tindakan dan solusi dari mereka. kalau terus dibiarkan seperti ini, sungguh sangat…UI akan menjadi sarang tindak kriminal.

      Reply

Leave a Comment