Pendidikan Calon Anggota Mapala UI 2012: Ed. Menelusuri Lubang Surga Dunia

“Menelusuri goa itu bisa ngelatih kita untuk jadi orang yang low profile. Wong tangan kita aja ditaro depan muka kita aja ga keliatan kalo dalem goa.”

Begitulah kata-kata yang diucapkan seorang pentolan penjelajah goa di Indonesia, Cahyo Alkantana. Ketika kami ngobrol2 pagi setelah seminggu habis bergila-gilaan menelusur goa di kawasan Gunung Kidul dalam rangka pendidikan calon anggota Mapala UI 2012.

Aktifitas telusur goa membutuhkan pemahaman prosedur teknik, etika, dan filosofi yang baik. Ketika saya mencoba pertama kali untuk turun di Goa Jomblang dengan vertical line sedalam 60 meter, saya amat paham esensi dari kata-kata “mandiri” gimana mau ngak mandiri? seluruh badan kita bertumpu dalam satu tali, bergoyang-goyang diketinggian dengan pikiran alamiah yang loncat sana-sini berimajinasi. Kuncinya cuma ketenangan pikiran yang bisa bikin kita berpikir jernih untuk mengoperasikan alat-alat yang membantu kita dalam menuruni tali tersebut.

Sewaktu menelusur dalam kegelapan goa, saya coba kata2 si mas cahyo. Saya matikan headlamp dan taro tangan didepan muka saya. Wow! mana tangan saya! ga keliatan!  Mungkin dari sana timbulah pemahaman tentang low profile.

Bertelusur Goa bukan tanpa resiko, ini adalah panggung dengan kostum penuh lumpur dan alat-alat, sepatunya ga penting dibuat di Paris ato Italia, yang penting fungsinya biar ga licin. Kepeleset dalam goa bisa jadi sesuatu momok tersendiri. Terlebih lagi, kita ga pernah tau batu-batuan atau sungai-sungai itu kapan bisa nyengol2 kita pas dalem goa yang tentunya hasilnya akan sangat syubidu bidu bin fatal atau istilah resminya, beresiko.

Selain itu, panggung penuh lumpur ini tanpa penonton. Mungkin disanalah letak si pemahaman melatih diri supaya tetap “Low Profile”.

Perjalan ini merupakan serangkaian dari kegiatan Badan Khusus Pelantikan Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Indonesia (BKP Mapala UI) kembali membuka perekrutan anggota baru. Proses pendidikan tersebut biasanya dilakukan dua tahun sekali dalam kurun waktu 12 bulan.

Setyo Ramadi (M-299-UI), Ketua BKP 2012 mengatakan, tahun ini pelaksanaan BKP Mapala UI sangat berbeda dengan BKP periode sebelumnya. BKP tahun ini memakan waktu jauh lebih padat dan singkat, hanya dalam tiga bulan, mulai 16 Juni hingga 16 Juli 2012.

Setyo menambahkan, serangkaian latihan tersebut bukan hanya memberi bekal teknis dasar bergiat di alam bebas kepada para calon anggota. Pelaksanaan BKP diharapkan mampu menumbuhkan sikap mandiri, berani mengambil keputusan, tekun, dan pantang menyerah dalam menghadapi segala tantangan.

“Harapan kami, khususnya pada BKP, diakhir kegiatan nanti para calon anggota bisa memahami dan merasakan hakikat dasar bergiat di alam bebas, yakni fun, safety and progress,” kata Setyo.

Adapun kegiatan Telusur Goa Badan Khusus Pelantikan (BKP) Mapala UI ini dimulai pada 18-22 Juni 2012 diikuti oleh calon anggota sejumlah 30 orang dan 20 orang mentor dari Mapala UI. Kegiatan ini merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan BKP 2012, meliputi beberapa materi kelas dan praktik lapangan. Mereka akan dilatih kemampuan bergiat di alam bebas oleh pelatih-pelatih yang sudah berpengalaman dibidangnya, salah satunya oleh Cahyo Alkantana. Kegiatan ini juga bekerjasama dengan Hikespi (Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia). Selain itu, datang pula teman-teman media dalam maupun luar negri yang ikut berpartisipasi untuk mempublikasi kegiatan ini. Untuk kegiatan lapangan, pembekalan teknik telusur goa kali ini berlangsung di kawasan karst Gunung Kidul, tepatnya daerah sekitar Jomblang, yaitu di Semanu, Desa Jetis Wetan, Jawa Tengah.

Di kawasan tersebut, goa yang dijadikan lokasi pelatihan adalah Goa Kali Suci. Goa ini mempunyai struktur goa horizontal dengan sungai hijau yang membelah goa tersebut, sehinga proses penelusuran dilakukan dengan cara mengarungi aliran sungai dalam kondisi gelap gulita tersebut.

Sungai bawah tanah yang mengalir Goa Kali Suci itu saling berhubungan dengan hulu lorong dari 3 sungai besar, yang juga berhubungan dengan Goa Buri Omah, Goa Gelantikan, Goa Gelong, Goa Grubug, serta Goa Jomblang sehingga menambah keunikan proses penelusuran yang dilakukan.

Adapun materi praktik telusur goa ini adalah latihan SRT (Single Rope Technique) atau teknik penurunan gua vertikal. Materi ini dilakoni para calon anggota selama seharian penuh pada tanggal 18 Juni 2012 dengan memanfaatkan pohon jati di sekitar resort jomblang. Pelatihan SRT tersebut meliputi latihan dasar menaiki tali, pemasangan rigging (tambatan tali) dan simulasi Self Rescue yang diperlukan untuk menyiapkan kemampuan teknis para calon anggota sebelum penelusuran sebenarnya dilakukan.

Sementara itu, materi praktik langsung pemantapan teknis di goa vertikal akan dilakukan di Luweng (goa) Jomblang yang terbentuk akibat reruntuhan (colaps) berdiameter lubang ± 50 m dan dengan kedalaman 60 meter.

Lubang tersebut terbentuk akibat reruntuhan permukaan dengan membawa vegetasi kawasan karst di masa purba. Proses tersebut kemudian menjadikan vegetasi kawasan hutan purba tersebut masih hidup sampai sekarang di dasarnya.

Selain SRT, kegiatan telusur goa ini juga meliputi latihan pemetaan di Goa Kali Suci dan Goa Buri Omah, Materi Hidrologi, Biokarstologi dan Morfologi karst. Dengan pelatihan ini, para calon anggota tidak hanya bisa “bermain” di dalam goa, melainkan juga memahami proses pembentukannya secara ilmiah dan juga cara menjaga kelestarian ekosistem goa tersebut.

 

Tulisan : Tim Humas BKP Mapala UI

Foto : Tim Dokumentasi Mapala UI, Media Nasional dan Internasional

Leave a Comment