Perasaan Anak Non Reguler

Surat Pengantar Magang Sarjana Paralel
Surat Pengantar Magang Sarjana Paralel (flickr/sayasukamenjurnal)

Non Reguler. Pertama kali mendengar kata itu, sewaktu saya SMA saat mengikuti SNMPTN. Waktu itu sama sekali tidak terpikir mengenai perbedaan atau “tidak dianggap”, waktu itu yang saya pikirkan bagaimana Saya bisa masuk Universitas Negeri, apalagi UI. Padahal waktu itu, teman saya sempat berkata klo menjadi anak di kelas Paralel (bahasa halus untuk anak Non Reg) itu “ga dianggep”.

Singkat cerita, Saya mengikuti Ujian Non Reg dan Alhamdulillah diterima sebagai Mahasiswa Angkatan Pertama Kelas Paralel dan hingga saya menjadi seorang maba, saat itu Saya mendengar cerita klo nanti Saya lulus menjadi seorang sarjana, maka ijazah Saya sama halnya dengan anak reguler yang lain. Tidak ada perbedaan, lebih jelasnya tidak akan ditulis di ijazah klo saya adalah seorang Sarjana dari Kelas Paralel.

Ini bukanlah masalah bagaimana nanti dan lapangan pekerjaan yang akan dihadapi, tapi, mengenai masalah perasaan kami seorang anak Non Reg. Memang di FISIP dalam kehidupan umum (sehari-hari) tidak ada diskriminasi. Tapi, dalam artian sebenarnya seperti yang tertera hitam di atas putih (tulisan) selalu terdapat tulisan resmi “Kelas Paralel”, “Kelas Non Reg”, “dan yang terbaru “Sarjana Paralel”.

Yang baru-baru ini terjadi terdapat pada Surat Pengantar Magang. Disitu jelas tertera bahwa, kami adalah Sarjana Paralel alias berasal dari Kelas Non Reg. Non Reguler, berarti bukan yang reguler, bukan yang biasa. Bagaimankah perasaan kita menjadi berbeda dalam artian bukan berbeda sebagai orang yang unggul atau berbeda dalam kesuksesan?

Tulisan ini terinspirasi dari teman-teman Saya yang sedang berjuang dalam mencari perusahaan untuk magang. Kami, anak Non Reg merasa bahwa selama ini banyak mendapat perlakuan yang kurang dan agak berbeda karena status kami. Ini nyata. Walaupun terdengar berlebihan, tapi jika, dirasakan dan dilihat memang itulah yang terjadi.

Kelas Paralel di FISIP, khususnya Ilmu Administrasi mendapat fasilitas atau pelayanan yang kurang memadai. Saya akan menceritakannya pada tulisan selanjuntnya. Seharusnya, FISIP harus lebih adil dan tertib dalam pelaksanaan adminstrasinya. Selama ini kekurangan yang terjadi disebabkan masalah adminstrasi yang ribet dan kurang tertib dalam pelaksanaannya.

24 thoughts on “Perasaan Anak Non Reguler”

    • maaf klo lebay, tapi ini cuma uneg-uneg aja. Soalnya klo mau daftar kerja ntra kan pasti, ditanya soal statu “Non Reg” atau Paralel nya itu.

      Reply
  1. Saya setuju dgn artikel yg ditulis oleh penulis..krn saya jg senasib dgn penulis..diawalnya emg dblg gk ada perbedaan,cm jam bljrny aj yg beda..tp stlh 2 tahun berlalu baru berasa klo non reg emg dibedakan..terlihat dr surat pengantar utk magang yg akan disampaikan kpd perusahaan2 atau KKP atau KAP…
    Thx

    Reply
  2. maaf ya kalo yg akan saya tulis terdengar pahit buat kamu.
    bagaimanapun paralel-reguler harus tetap dibedakan. karena dari ‘corong’ untuk masuk ke ui saja sudah berbeda. penyamaan seperti penyamaan ijazah justru akan tidak adil buat anak reguler. karena -jujur saja-kondisi persaingan masuk antara reguler dan paralel juga berbeda. jadi,face it! jgn banyak mengeluh! you better get to livin

    Reply
  3. maaf ya kalo yg akan saya tulis terdengar pahit buat kamu.
    bagaimanapun paralel-reguler harus tetap dibedakan. karena dari ‘corong’ untuk masuk ke ui saja sudah berbeda. penyamaan seperti penyamaan ijazah justru akan tidak adil buat anak reguler. karena -jujur saja-kondisi persaingan masuk antara reguler dan paralel juga berbeda. kamu pun dengan sudah memilih paralel pas ujian masuk harusnya juga udah siap menanggung segala konsekuensinya. ngapain dibedain reguler-paralel klo semua muanya sama. jadi,face it! jgn banyak mengeluh! you better get to livin..

    Reply
    • kamu benar. Tapi, coba kamu rasakan berada di pihak saya. Ini menyangkut pelayanan yang kami dapat sebagai mahasiswa.

      Reply
  4. ga mau komentar tulisannya, cuma pengen bilang hati2 aja sama provokasi orang2 ga bertanggung jawab, yg bisanya ngelempar komentar2 ngasal dan bikin panas suasana 🙂

    pernah terjadi dua tahun lalu soalnya..

    Reply
  5. saya paham perasaan kamu. tapi gak selalu perasaan itu harus dituruti. ada akal sehat. jadi gunakan akal sehat, coba pikir, sejak mendaftar ke ui, dengan memilih paralel, sebagai pendagtar yg baik harusnya kamu sudah mengetahui konsekuensi jdi anak paralel dan telah mempertimbangkan pilihan itu. klo sekarang kamu tdk puas dgn status paralelmu dan meminta disamakan dgn anak reguler di surat pengantar magang itu, kenapa kamu masuk paralel? dan kenapa kami hrus takut dengan dicantumkannya identitas ke-paralel-an mu di surat magang itu? bagaimanapun ada 2 hak yg dilindungi dalam pencantuman status non-reg dalam surat magang itu. hak anak reguler untuk tidak dipersamakan, dan hak si pemberi kerja untuk mengetahui status orang yg diberi kerja. karena pemberi kerja berhak mengetahui status pendidikan orang yg diberi kerja. subsidi silang bukanlah alasan untuk menyamaratakan reg dan non reg

    Reply
  6. di Fakultas Hukum pun begitu, tetapi perbedaan tersebut tidak memisahkan angkatan kami. yaa mungkin hanya saja paralel tidak bisa mengikuti beberapa Badan Otonom di fakultas kami sendiri, berbeda dengan reguler dan KKI yang bisa mengikuti semuanya.
    memang betul adanya subsidi karena biaya di paralel agak sedikit mahal dan tidak adanya dana bantuan dari UI sendiri.
    buat djenar: tolong lebih menghargai orang, jangan egois. kita kuliah disini untuk masa depan, alangkah baiknya jika kita saling membantu dalam perkuliahan.
    hati hati provokasi kawan! 😀

    Reply
  7. Jujur, waktu saya daftar simak ui, saya gak tau perbedaan reguler dan paralel, udah gitu di situs penerimaan mahasiswa-nya sendiri gak dijelasin apa2. Jadi emang informasinya yang gak disebar secara merata. Udah gitu gak semua anak non reg berduit. Temen sekelas saya pontang panting ngajar hampir setiap hari buat bantu org tuanya bayar kuliah. Buat temen2 non reg, jangan minder, jangan rendah diri. Gak usah peduliin apa kata orang. Yang menentukan masa depan kita, ya kita sendiri. Kalopun emg temen2 administrasi fisip yang mau magang aja sampe dibeda2ain, tunjukin sama orang perusahaan tempat kalian magang bahwa kalian gak jauh beda dgn anak reg, bahkan lebih hebat. Semangat yaaaaa \(´▽`)/

    Reply
  8. Sebenarnya hal ini ga perlu dipermasalahkan, emg knp klw di surat magangnya ditulis sarjana paralel?? Emg kalian anak paralel kn?? Apakah anda malu disebut sarjana paralel.. Yang penting kn outputnya, belum tentu anak paralel kalah dari anak reguler

    Reply
  9. Rendy: pertama, baca lagi deh artikel-nya. Mungkin kamu salah tangkap. Disitu ditulis: “Tulisan ini terinspirasi dari teman-teman Saya yang sedang berjuang dalam mencari perusahaan untuk magang. Kami, anak Non Reg merasa bahwa selama ini banyak mendapat perlakuan yang kurang dan agak berbeda karena status kami. Ini nyata. Walaupun terdengar berlebihan, tapi jika, dirasakan dan dilihat memang itulah yang terjadi.”
    Ini bukan masalah malu atau gak-nya. Siti hanifa gak menyebutkan satu katapun yg menyatakan ia malu jd anak non reg. Yg jd masalah disini adalah bagaimana anak2 non reg diperlakukan secara beda dgn anak reguler. Padahal kita semua kan sama2 anak ui, gak semestinya kita dibeda2kan, kan? Yang saya tangkap dari artikel siti hanifa ini sih seperti itu. Bukan masalah malu atau tidaknya.
    Kedua, saya mau nanggepin pertanyaan kamu, “emg knp klw di surat magangnya ditulis sarjana paralel?? Emg kalian anak paralel kn??” Skrg kamu bayangin. Di surat magang aja udah ditulis “sarjana paralel”, gimana di ijazah nanti? Ya saya jg gak tau ya krn saya sendiri belum lulus. Tapi kalo emg sampe kyk gitu, saya sih jelas gak setuju kalo sampe di ijazah aja sampe ditulis keterangan bahwa mahasiswa tsb dr program reguler atau paralel. Lagian, sekali lagi, buat apa sih dibeda2in? Kita semua sama2 menuntut ilmu di ui kok. Dgn menambah embel2 “paralel” atau “reguler” ke dalam ijazah menurut saya itu gak appropriate.
    Dan ketiga, itu dia yg saya bilang di comment sebelumnya. Buat anak2 non reg ayo kita tunjukin kalo kita gak kalah sama anak reg :).

    Reply
  10. Hmmm…tulisan yang bagus, menarik untuk disimak.
    Saran dari saya; keep your positive thinking.

    Saya tahu apa yang kamu rasakan, karena sy salah satu alumni non reguler. Sy ekstensi 2006 fisika, geofisika. Dulu namanya ekstensi.

    Sekedar sharing untuk jurusan saya, Geofisika, kalau ngajuin KP atau magang gak pengaruh tuh reguler atau non reguler. Apalagi target jurusan sy kebanyakan ke perusahaan2 oil & gas asing.

    Waktu sy ngajuin KP & Tugas Akhir di suratnya ditulis tuh ekstensi, tapi itu gak ngaruh. Sy ngambil KP dan TA di salah satu perusahaan minyak/gas asing tetap diterima walaupun dari ekstensi. Karena pada dasarnya perusahaan gak melihat kita reguler atau non reguler, tapi lebih ke arah waiting list. Perusahaan pasti akan selalu menerima mahasiswa yang mau KP, TA ataupun magang kalau kebetulan saat ngelamar magang ada yang kosong atau gak penuh2 banget.
    Pertimbangan perusahaan kalau ada mahasiswa yang magang atau TA :
    1. jurusannya apa? Nyambung gak dengan keperluan mereka.
    2. universitas mana? Ini untuk masalah akomodasi. Mahasiswa yang kuliah di jabodetabek tentu akomodasinya beda dengan yang diluar jabodetabek.
    3. waiting list, kalau kebetulan lagi vacant ya kita diterima, kalau lagi penuh ya harus bersabar, kecuali kalo ada orang dalam 🙂

    Jadi saran sy untuk masalah yang satu ini:
    – tetap positif.
    – reguler atau non reguler gak pengaruh, belajar aja yang rajin 🙂
    – tetap semangat cari perusahaan.

    Trus tentang masalah fasilitas (sesuai dengan tulisan kamu yang satunya), buat saya gak usah dipikirin deh. Tentang administrasi yang penting mereka melayani kita dengan semestinya. Sy di fisika pelayanannya ok2 aja tuh.

    Tentang masalah diskriminasi, di fisika kayaknya gak ada tuh…lagian gak ada waktu buat mikirin ginian, sy sibuk ngerjain tugas hehe. Kalaupun ada yaaa so what gitu loh…

    Trus seandainya ada yang ngomong mahasiswa non reguler umumnya kurang pandai, emang masalahnya apa? siapa yang peduli? lagian kalau udah pandai ngapain kuliah? sy kuliah justru supaya pandai. Sy kuliah uang2 sendiri ini kok, fotokopi buku pake uang sendiri, ke kampus pake ongkos sendiri hehe.

    Note; ssssttt… teman2 saya yang non reguler bagus2 tuh karirnya, udah pada keluar negeri…soalnya mereka pandai2 🙂

    Reply
    • kk, saya ketrima di paralel fisika 2013, tolong motivasi saya k, klo ank paralel g menutup kemungkinan lbh hebat dari pada ank reguler.. saya setuju m pernyataan kk, di fisika mh udh pd sibuk belajarr, g mikirin itu diskriminasii..

      Reply
  11. gua anak t.elektro paralel, ga usah takut neng/mba, disini saya mau cerita klo pralel tuh jga bsa bersaing. byk tmn ane yg paralel lebih pintar dripada anak reguler. itu tergantung kita jga. di parale jga kbnyakan yg masuk krn emang ga tau bedanya paralel ama reg krn tmn2 ane prioritas ITB sama kya ane, jdi pas SIMAK pil 1 paralel hhe, tp krn udh llus di jalanin dgn ikhlas, saya kasih contoh tmn sya d t.mesin paralel ipk nya 3.61 pdahal tmn2 regulernya rata2 3.2an lah.. saya sendri ipk 3,43 dan tmn2 reg saya byk di bawah sya bhkan tiap smster ada aj tuh yg ngulang maktkul.. jadi biar lu g dipandang remeh blajar yg rajin tinggikan ipk mu , gitu tips biar dianggap. aplg bisa ikut lomba nasional/intrnasional dan mmenangkannya

    Reply
  12. apa yang kamu ambil dari perkuliahan di UI, ilmu pengetahuan yang kamu pelajari atau hanya secerca tulisan (regular dan non-regular).
    menurut saya, kalau kamu bagus secara akademis dan prilaku, tidak menutup kemungkinan kamu bisa sukses, tanpa memandang regular non regular.jadi kamu janganlah berpikiran seperti itu, trus saja belajar sesuai dengan bidang ilmu yg kamu kuasai,
    kalau kamu berpikir seperti itu, maka kamu akan kalah karna diri kamu sendiri,
    saya alumni ui (ekstensi) tp saya bersyukur dengan hasil yg saya capai sekarang.
    wasalamm..

    Reply

Leave a Comment