Perpustakaan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya “MATI” Di Rumah Sendiri

Sentralisasi perpustakaan fakultas ke “CRYSTAL of KNOWLDGE” menjadi beban tersendiri bagi mahasiswa untuk menjalani perkuliahan sehari-hari. Apalagi mahasiswa tingkat akhir yang harus “mondar-mandir” Perpustakaan Baru ke Fakultas masing-masing.

Kebijakanpun dilakukan oleh para Dekan serta staff Perpustakaan yang “PEDULI” terhadap nasib mahasiswa tingkat akhir. Contoh saja, Perpustkaan FE yang mengubah namanya menjadi Resource and Learning Center FE UI. Ini mencerminkan kepedulian Dekan FE agar para mahasiswa tidak kelimpungan dalam mengerjakan sebuah tugas. Contoh lain saja, Perpustakaan F.Psi yang hanya memindahkan sebagian koleksinya untuk koleksi Perpustakaan baru.

Tetapi FIB? Semua koleksinya dipindahkan begitu saja. Tidak memikirkan mahasiswa yang sedang sibuk mengerjakan terutama mahasiswa tingkat akhir. Tidak ada tempat untuk berdiskusi, tempat untuk mengerjakan tugas kelompok. Inilah menjadikan Perpustakaan FIB “MATI” di kandang sendiri. Apakah Dekan FIB tidak “PEDULI” terhadap mahasiswa yang sedang menjalani penulisan karya ilmiah, yang harus mondar-mandir mencari bahan referensi sebagai sumber bagi tugas akhirnya??

Semoga saja ada perubahan untuk menghidupkan kembali lagi Perpustakaan yang “mungkin” mati suri ini. SEMOGA dan MUNGKIN.

10 thoughts on “Perpustakaan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya “MATI” Di Rumah Sendiri”

  1. spertinya perpus FIB bukan mati suri deh. tapi mati beneran.. jgn asal ngebalik persepsi dong. FE dan F.Psi itu justru yg ga normal. karena mereka “menentang” kebijakan rektor. sisa fakultas yg laen juga senasib, perpusnya bubar. jadi bahasanya bukan dekanat anda ‘tidak peduli’, tapi ‘tidak mau memperjuangkan’ anak didik fakultasnya. kalau yg tidak peduli mah ya rektor-nya. 😛

    Reply
  2. yang lebih miris lagi adalah, perpus FIB yang kosong itu sekarang dijadiin tempat main ping pong sama entah karyawan atau orang dari mana itu. kenapa gak dijadiin ruang buat belajar aja? padahal walau kosong ruangannya yang luas itu masih bisa berguna buat belajar para mahasiswa.

    Reply
  3. Kalau dii FT, eks perpustakaan di Engineering Center dipakai buat Studio Arsitektur (1 lantai poll + mezanine horee…..:) ; Ruang Kerja Mahasiswa S3 FT 60 desks dan Lab. Ke Perpust Epigraph of Knowledge tinggal myebrang jembatan Teksas.

    Reply
  4. Setuju dengan TS. Kalau berdasarkan prinsip kepustakawanan, sentralisasi seperti itu justru menjauhkan buku dari pembaca (saya kutip dari kata-kata salah satu dosen Ilmu Perpustakaan). Memang bagus sih ada perpustakaan pusat yang megah, tapi sebaiknya perpustakaan fakultas memang tetap ada karena fakultas sendiri yang lebih tahu materi perpustakaan apa yang dibutuhkan oleh penggunanya. Artinya, perpustakaan FIB lebih tahu apa yg dibutuhkan anak FIB. Memang kalau perpustakaan pusat memungkinkan kita menelusuri khazanah ilmu yang lebih luas, tapi sekaligus mengakibatkan pencarian buku menjadi sulit untuk lebih spesifik.

    Reply
  5. seharusnya memang sama seperti konsep perpustakaan nasional dan perpustakaan daerah. koleksi-koleksi yang bersifat umum (berskala UI) diletakkan di perpus pusat UI. sedangkan koleksi-koleksi yang bersifat lebih spesifik tetap dipertahankan di fakultas.

    Reply
  6. Saya baru tahu kalo Perpustakaan Fakultas udah gak ada, dan harus di sentralisasi semua di Crystal of Knowledge (dulu Perpus Pusat UI)…pingin masuk dan liat2 Crystal of Knowledge kayak apa. Udah lama bgt gak ke kampus. Mba Ika Prasidiaty JIP UI angkatan 2002 juga kah? kok saya gak pernah kenal sama mba ya?

    Reply
  7. Mungkin bisa diajukan usul ke dekanat anda
    Kalau di FISIP setau saya hampir sama kaya di FIB.

    Namun sudah sekita 2 tahun fisip mulai men-stock buku2 baru yang didapatkan dari mahasiswa yang mau lulus.

    Setiap mahasiswa wajib memberi 2 buku sebagai syarat penyelesaian berkas-berkas. Rata2 mahasiswa FISIP yang lulus 300 orang. Jasi setiap semester minimal ada 600 buku baru di perpus FISIP. Mungkin hal ini bisa dilakukan dari sekarang.

    Kalau di perpus jurusan, sama juga kaya di FISIP, wajib menyerahkan 2 buku. Tp syaratnya lebih ketat. Buku yang diberikan harus buku yang ada di Daftar Pustaka. hal ini untuk benar-benar buku yang diberikan adalah buku yang dibutuhkan.

    Thanks

    Reply

Leave a Comment