Cara Baru Pinjam Buku di Perpustakaan Pusat UI yang Baru

saya ingin menceritakan pengalaman tadi siang, mengikuti acara ILUNI UI. sebenarnya bukan undangan resmi, tapi jadi bisa masuk karena ikut teman saya yang wartawan majalah TRUST. Acara ILUNI ini berkaitan dengan penanaman pohon, tapi menurut saya malah lebih dari itu, ada konser iwan fals juga di boulevard UI yang belum kelar itu. kalo saya sangat menikmati perjalanan di perpus pusat UI kita yang baru, dengan pak gumilar menjadi guidenya. saya jadi berasa ILUNI sesepuh.

saya ingin menceritakan tentang sistem peminjama buku di perpus pusat baru kita ini. rencananya akan di buka umum tanggal 18 bulan ini. bukan hanya untuk mahasiswa UI saja, tapi untuk semuanya, maka dari itu banyak mengundang media. saya sempat melihat ada TRANS TV yang meliput, maklum dirutnya juga ILUNI UI.

cara peminjaman buku di perpus UI yang baru ini benar-benar baru. bagi saya ini cara baru yang saya tahu. mungkin baru perpus kita ini yang akan mengaplikasikannya. sangat efisien dan mengurangi korupsi, begitu kata seorang yang mengurusi sistem perpustakaan UI.

ketika hendak meminjam, kita bisa mencari dulu lewat komputer yang telah di sediakan. hampir sama dengan yang ada di perpus yang lalu. setelah itu kita mengetahui ada atau tidak dan di mana tempatnya buku tersebut. setelah itu kita cari hingga dapat, semoga tidak ada lagi kejadian buku tidak ada tapi di LONTAR di katakan ada atau sebaliknya.

ketika meminjam dan mengembalikan buku, kita tidak akan berurusan dengan petugas perpustakaan. petugas perpustakaan hanyak mengurusi rak buku, scan buku, beres-beres, cek buku dan yang berkaitan dengan buku. lalu bagaimana cara meminjam bukunya? ya setelah kita menemukan bukunya, kita tinggal datang ke mesin yang seperti ATM (sayang saya tidak foto, di anakui.com juga tidak ada). di sana kita tinggal memasukan kartu mahasiswa kita, juga menaruh buku ke tempat yang di sediakan (ada tulisannya kok), bahkan sebenarnya tidak di taruh saja sudah terditeksi kode bukunya. saya tidak tau pakai apa, sepertinya tidak barcode lagi, lebih hebat dari itu. setelah itu ada resi/tanda bukti peminjaman, persis seperti yang ada di ATM. sudah kita tinggal pulang.

bagaimana pengembaliannya? sama, tidak perlu ketemu orang. bahkan tidak perlu masuk terlalu jauh. kita tinggal masukan ke drop box. ada di depan kantor BNI. prosedurnya hampir sama. kita masukan KTM dan buku kedalam drop box tersebut. nanti ada resi juga. bagaimana kalo terlambat? ada denda pastinya. bayar dendanya bagaimana? nah, ini yang lebih hebat lagi, ini juga yang memperkecil korupsi terjadi. korupsi apa? korupsi uang denda kita. prosedurnya di perpustakaan ini adalah ‘tanpa uang kertas’. jadi KTM kita akan mempunyai fungsi seperti kartu flash yang sudah di aplikasikan oleh BCA dan bank mandiri untuk belanja dan bayar TOL. jadi kalo kita telat dan kena denda, tinggal di ambil dari KTM kita. tentunya nanti diisi dulu datanya, karena sudah ada chipnya di setiap KTM kita.

nah, saya masih belum tau bagaimana prosedur mengisi uangnya itu dan mengisi datanya. mungkin akan di adakan pendaftaran lagi. tapi bukannya sebenarnya di KTM kita sudah ada data pinjam buku ya? sudah di aplikasikan sewaktu di perpus pusat lama bukan? jadi tinggal bagaimana mengisi uangnya. oh iya, kenapa memperkecil korupsi? karena uang denda itu sudah masuk (sebelum denda bahkan) ke rekening pusat UI. paling tidak orang yang berpotensi untuk korupsi kuantitansnya lebih kecil.

setelah tata cara peminjaman buku, saya juga mau sedikit membicarakan yang lain. selain untuk pembayaran denda, uang yang ada di KTM kita juga bisa untuk membayar hasil print yang kita lakukan di lab komputer. kita tinggal ‘tap’ saja ke mesin yang ada. entah apakah ada guna lainnya, mungkin saja bisa untuk membayar buku yang kita beli di toko buku, mungkin bisa bayar tiket bioskop, atau pesan makanan.

ada juga ruang yang bisa kita pinjam untuk belajar, saya lupa di lantai berapa. ruangnya seperti kubik-kubik yang ada di kantor-kantor, tapi ini berbentung ruangnya. jadi tidak seperti kubik yang berisik, tapi seperti kamar. jadi kita bisa serius mengerjakan tugas atau skripsi. tapi, kata salah seorang wartawan yang juga alumni FIB UI,  ruang ini bisa berpotensi mesum. hehehehe. semoga tidak, karena sudah ada kaca, jadi kita bisa melihat kedalamnya.

jika mau ngenet, wifi yang ada di perpus baru ini ada di setiap sudut. tadi pas saya coba lumayan cepat, tidak pakai daftar lagi. tapi itu tadi, tidak tau nantinya. semoga sich tetap cepat, lebih cepat dari AHA. (mungkinkah?)

apa lagi yak? oke saya mau ulas sedikit dari foto anak UI dot com.

anakUI.com
nah, ini cukup menarik. bukan hanya bentuknya, tapi juga bunyinya. lho? iya kalo kita lewat akan ada music yang keluar, ada sensornya. kalo tidak salah, suaranya ismail marzuki. (awalnya saya kira suara pak gumilar, sang guide saya :p)

 

anakUI.com

kita akan di manjakan dengan tembok yang tidak biasa. ada huruf yang timbul di tembok. ada dari beberapa bahasa, tidak jauh dari baca, belajar, dan lainnya. ada info HOAX neh, katanya ada simbol-simbol zionis. tapi sepertinya itu simbol bahasa saja, lebih dekat dengan arkeologi.

anakUI.com

nah ini yang membuat saya tersenyum. sepertinya sang arsitek tau persis bagaimana membuat saya tersenyum. ketika nanti kalian liat tembok ini, tembok yang ada tulisan timbul dah, liat secara bias dah. kalian akan melihat  lafadz iqra, bukan dalam huruf latin tapi huruf arab (tidak gundul). berada di tengah dan paling besar. tapi yang agak tersamar. 🙂

ada tempat nongkrong juga di luar perpus yang dekat danau. ada juga dermaga kecilnya. ada aulanya. ada cinema. ada toko buku. ada yang lain lagi dah. juga komputer yang imac semua, entah kenapa memilih ini. mungkin biar awet dan tidak terjangkit virus.

ya, perpus ini memang hebat, keren dan megah. senang, tapi di sisi lain agak miris juga. seperti kita punya rumah besar, mewah nan megah, tapi sekitar kita kekurangan. sedih yak. dan saya sempat berkata dalam hati, bila saya tidak terlalu mempermasalahkan uang, saya akan mewajarkan kalo harus membayar mahal masuk UI. tapi apakah memang begitu? apakah pendidikan ini seperti baju mewah? hanya bisa di jangkau orang yang berduit? semoga tidak. kampus luar negri saja bisa memberi beasiswa, kenapa UI tidak bisa menurunkan harganya? ya semoga juga, perpus ini tidak hanya jadi tempat nongkrong, tapi benar menjadi perpus sejatinya, membuat menjadi rajin. ada celetukan dari salah seorang ILUNI, “kalo enak begini, nanti mahasiswa malah jadi males kuliah lagi. enakan di perpus saja”. wah bisa jadi.

Ya, kita sudah dewasa. kita harusnya sudah dewasa. semoga adek kecil yang suka menjajakan koran bisa mengingatkan kita; semoga pengemis yang ada di KRL bisa mengingatkan kita; semoga para karyawan rendahan di UI bisa mengingatkan kita; semoga orang yang tidak lebih beruntung dari kita bisa mengingatkan kita; bahwa kita harus bermanfaat dan membuat indonesia setara dengan bangsa lain. salam indonesia setara. 🙂

http://www.facebook.com/notes/danu-ardi-kuncoro/perpustakaan-pusat-baru-cara-baru-pinjam-buku/10150179437361186

24 thoughts on “Cara Baru Pinjam Buku di Perpustakaan Pusat UI yang Baru”

    • iya. keren deh… di lantai 4 atau tiga gitu.. saya lupa.. luasnya 2x2lah… ada lokernya juga. prosedur peminjamannya saya masih belum tau. maaf… 🙂

      Reply
    • kan tinggal daftar lagi.. 🙂 gampang kok prasaratnya, KTM kita sudah mencangkup semua data kita loh…

      Reply
    • nah itu dia, lupa gw. padahal alumni instrumentasi :p btw, ternyata KTM kita ada chip, rfid, barcode pula… tapi gak sadar yak kita.. 😀

      Reply
  1. btw sepupu gue kuliah di melbourne, cara minjem buku kaya gitu mah satu australia udah pake dr jaman kapan, malah jauh lebih baik mnrt gue (tp ga fair jg buat dibandingin ya, perpusnya aja baru mau buka ini, hehe). tapi ga apa2, ga ada kata telat untuk memulai sesuatu yang baik.

    tp kalo buat studi banding ttg manajemen perpus, australia goks tuh!

    Reply
  2. wah canggih ya sistemnya, enak juga ga usah ketemu petugas perpus untuk meminjam-mengembalikan buku. Mudah-mudahan semua sistem yag sudah direncanakan ini berjalan dengan baik dan tak ada masalah-masalah lagi seperti di perpustakaan-perpustakaan fakultas sebelumnya.

    Reply
  3. huwaaaa,, keren perpusnyaaa,, mau nyoba ah tgl 18 besok 🙂

    tapi emang miris ngeliat UI bisa mengeluarkan uang banyak untuk sebuah perpustakaan *bahkan terlalu banyak menurut saya*, tapi masyarakat sekitar tidak turut diberdayakan,,

    tapi postinganna baguus, hehe,, ngetiknya buru2 yak sampe gada hurup kapital nya di awal kalimat? xDD

    Reply
  4. iya neh. itu aja nulisnya tengah malam. saya juga kurang bagus EYD-nya. 😀

    ada info tambahan ini dari comment di notes facebook saya.

    Suparlan ‘Parlan’ : yap. menyorot korupsi, sebenarnya itu poin sampingan aja. bahwa sebenernya kt mampu mengintegrasikan teknologi dgn kebutuhan. masa’ kartu mahasiswa yg sudah canggih (ada chip, rfid, barcode pulak) minjem sepeda harus dicatat manual, geli aja lihat gitu2 wkwk. akhirnya pasukan bergerak menembus ring 1 UI, melemparkan ide dan…. kt lihat hasilnya nanti. 😛

    di awal operasinya minjem buku nanti msh pake dua sistem(manual & otomatis), krn proses taging rfid dan input datanya lumayan gemporr. 😛

    selamat berkarya!

    Heni Nie Handayani : wah. megahnya perpus kita yang baru semoga tidak merubah idealis mahasiswa yang kmarin pada aksi..hehehehe.. becanda… setau saya (karena anak ilmu perpustakaan) sistem peminjaman buku seperti itu telah terlebih dahulu diterapkan di perpustakaan mahkamah konstitusi… Semoga perpus pusat qta yang baru tidak merubah fungsi dari perpustakaan itu sendiri… Notenya bagus… jadi tau banyak… 🙂

    Reply
  5. Senang sih sebenarnya dengan adanya perpus yang baru ini. Namun sayang banget, mungkin juga gak pada tempat dan waktunya perpus ini dibangun.
    Karena: 1) kalau rektorat bisa membangun perpus yang semewah ini, kenapa buku2 yang ada di FE lama tidak diupdate. menurut penjaga perpustakaan FE, semenjak semua dana terpusat ke rektorat, bukan dekanat lagi, buku2 di perpus sudah lama tidak ada pembaruan. Di smt ini saja, kmrn anak akun sampai kebingungan bgt karena begitu buku terbitan baru berbeda dari yang sebelumnya, dimana dosen FE memakai buku terbaru, yg di perpus FE belum ada. Smtr harga bukunya juga tidak murah.
    2) Jika rektorat mampu membangun perpus yang baru dengan sebegitu mewahnya, mengapa biaya kuliah di UI semakin lama semakin mahal…?????????? Menurut info karena biaya pendidikan yang terus membengkak hingga defisit. Begitu ambisius-kah rencana pembangunan itu (dipandang dari kacamata awam, saya yang hanya sebagai mahasiswa, dan tidak mengerti asal muasal pembuatan kebijakan) hingga tidak pedulinya terhadap nasib mahasiswa-nya. Semester berikutnya yang SPP naik-lah, atau biaya SP naik-lah dengan alasan yang ada-ada saja. Plus, perpus ini terbuka untuk umum. Saya sebenarnya tidak keberatan sama sekali, tapi seolah memandang bahwa yang membiayai operasional hingga orang luar bisa menikmati adalah kami, para mahasiswa, yang masih sangat membutuhkan kiriman uang dari orang tua (yang belum tentu dari keluarga yang sangat berada).
    Kalau rektorat juga ingin memberikan kebaikan bagi masyarakat yang lebih luas (dalam hal ini tidak sekedar soal perpus pusat), saya dan teman2 mahasiswa sangat berharap, bahwa rektorat memperhatikan para mahasiswanya terlebih dahulu.
    Semoga hal ini bisa sampai kepada pihak rektorat, atau pihak BEM dapat membatu menyampaikan aspirasi ini.
    Terima kasih.

    Reply
  6. Saya dengar katanya perpus ini akan buka 24 jam setiap hari. Benarkah? Bisa nginep di perpus donk ^_^

    Reply
  7. Pengalaman buruk di Perpus Baru UI.
    Jum’at 27 Mei 2011 pukul 10:30 wib.
    Setelah Kuliah, saya dan 2 orang teman mengunjungi The Crystal Knowledge, karena pelayanan belum penuh, kami cuma memphoto objek yang unik termasuk karya seni (salah satunya benda pada photo No 1 diatas). Saking asyiknya mengambil gambar, teman saya tanpa sengaja menginjak “fondasi” karya tersebut, dan tiba-tiba seorang petugas perempuan langsung berteriak marah-marah kepada kami, padahal disekitar benda unik tersebut tidak ada “sign” peringatan larangan seperti “dilarang menginjak rumput” di taman yang biasa kita temui.
    Jika memang dilarang sebaiknya; berilah “sign” tersebut, atau diberi pagar berupa rantai setinggi 50-70cm mengelili benda unik tersebut, atau benda tersebut di gantung saja seperti lampu hias yang digantung di rumah/mesjid/gedung dll.
    Hari itu kami tidak mau cari ribut dengan petugas. Kami hanya berpikir logis:mungkin para petugas belum siap bertemu dengan (nantinya) ribuan pengunjung perpus dengan berbagai perilaku.

    Reply

Leave a Comment