Buat beberapa orang mungkin tahu kalau perpustakaan UI, yang katanya perpustakaan terbesar se-…Asia? Entahlah. Intinya, perpustakaan itu sudah selesai dibangun dan telah dibuka beberapa waktu yang lalu. Perpustakaan itu sempat (dan masih) menimbulkan berbagai kontorversi, misalnya soal Starbucks yang dibuka beberapa waktu yang lalu. Saya belum sempat masuk dan mengeksplor seluruh ruangan perpustakaan itu, baru di lantai bawah saja, tapi dari cerita teman-teman, personally tempat itu seharusnya tidak disebut perpustakaan. Tempat itu suatu gedung YANG ada perpustakaannya.
Tapi bukan itu yang ingin saya bahas kali ini.
Gedung fakultas saya, Fakultas Ilmu Komputer terletak tepat di sebelah (atau depan?) gedung perpustakaan baru itu. Kalau teman-teman mau masuk ke perpustakaan baru dari arah Fakultas Hukum, sempatkan tengok kanan sedikit ke arah gedung yang bundar-bundar mencurigakan…. nah itu gedung fakultas saya :p Fasilkom yang tadinya tidak terlihat sama orang sekarang jadi fakultas yang paling sering dilewati orang berkat perpustakaan pusat hehehe.
Hampir setiap hari, saya melewati jalan dari FH ke Fasilkom untuk berangkat menuntut ilmu (dan pulang ke kosan), dan yang enak dari jalan itu adalah…….adem. Maklum, di situ memang banyak sekali pohon yang ditanam. Kiri kanan pohon. Makanya, kalau malam memang barisan pohon-pohon itu (terutama yang di seberang parkir motor Fasilkom, dekat tempat parkir yang gosipnya dulu mau jadi tempat sampah) terlihat amat sangat creepy. Makanya kalau jalan sendiri malam-malam lewat situ, saya selalu setengah berlari xD
Tapi tampaknya, saya gak perlu lari lagi.
Pasalnya, pepohonan di sebelah Fasilkom itu sekarang telah ditebangi. Hal ini saya ketahui pada suatu hari ketika saya ke kampus bulan lalu. Waktu itu, saya pikir itu cuma pembersihan cabang-cabang yang sudah kepanjangan atau apa. Tapi setelah saya perhatikan kok……..pohonnya jadi jarang-jarang? Selanjutnya saya bertanya-tanya, kenapa pohon-pohon ini ditebang? Untuk buat jalan? Buat parkiran?
Ketika saya melanjutkan perjalanan untuk ke kampus, mata saya bertumbukan dengan suatu benda semacam prasasti (yang rupanya memang prasasti) di antara pohon-pohonan yang ditebang itu. Tulisan di prasasti itu kemudian membuat saya merasa miris.
Berikut prasastinya, bisa baca apa yang tertulis di sana?
Kalau masih belum jelas, ini versi lebih dekatnya lagi.
Sekarang, mari kita lihat kenyataan yang ada di lapangan.
Sejak dulu, saya suka pohon. Di tengah panasnya terik matahari Indonesia, pepohonan itu benar-benar berguna untuk membuat kondisi jadi lebih bearable. Makanya, saya selalu sedih kalau ada proyek-proyek pembangunan yang harus mengorbankan pohon terutama kalau lokasi tempat proyek itu adalah lokasi yang familiar buat saya.
Misalnya, pembangunan jalan layang dari Blok M – Antasari. Selama 3 tahun saya rutin melewati tempat itu (bahkan masih sering sampai sekarang) dan daerah itu sempat menjadi bagian Jakarta favorit saya karena pepohonannya yang rindang. Tapi sekarang… entahlah, cuma bisa berharap pepohonan itu benar-benar ditanami lagi.
Batu prasasti itu kini terlihat bagai batu nisan untuk saya. Batu nisan untuk alam…
ditulis juga di blog pribadi
aihh, miris bgt kedua hal yg kontradiktif itu diprakarsai oleh orang sama.. dasar hipokrit.
kalo ga salah, di bagian itu juga ada penanaman pohon2 jati deh.. sebelum jadi pohon jati, itu adalah lapangan bolanya anak2 Fasilkom (zaman 199x). eh begitu pohon jatinya udah bagus2 tumbuh gitu, ditebangin lagi buat perpus..
Baru tau saya kalo di situ pernah ada lapangan bola fasilkom,,,
prasastinya sepintas kayak nisan kuburan #eh 😛
zzz, kemarin jalan dari fasilkom ke balerung panas sekali, berkebalikan ini