Press Release Seminar & Gala Dinner MnM’s Week 2013

SEMINAR NASIONAL & GALA DINNER METALLURGY AND MATERIAL’s WEEK 2013

 

Pada 20-21 November lalu telah berlangsung Seminar Nasional dan Gala Dinner Metallurgy and Material’s Week (MnM’s Week). MnM’s Week merupakan program kerja tahunan dari Ikatan Mahasiswa Metalurgi dan Material Fakultas Teknik Universitas Indonesia (IMMt FTUI). MnM’s Week 2013 bertempat di Puri Ratna Grand Sahid Jaya Hotel, Jakarta Pusat.

Seminar Nasional MnM’s Week 2013 (20/11) mengangkat tema “Peranan Teknologi Material untuk Mendukung Ketahanan Energi Nasional”. Peserta seminar nasional sangat antusias mengikuti 3 sesi seminar nasional ini. Seminar ini dibagi atas 3 sesi dan diawali oleh inaugural adress dan keynote speech. Inaugural adress sampaikan oleh Bapak Raldi Hendro Koestoer dari staff ahli Mentri Koordinator Bidang Ekonomi, Beliau menyampaikan mengenai Peran rekayasa energi dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan, Pembangunan Ekonomi Indonesia diantaranya Skema Peningkatan Kemampuan Peneliti dan  Perekayasa (PKPP)  dan Mengedepankan Penggunaan Inovasi Teknologi Hijau (Green Technology) yaitu  Penggunan Energi Baru dan Terbarukan (EBT)

Keynote speech pertama disampaikan oleh Hadi Purnomo yang merupakan Sekjen Dewan Energi Nasional. Beliau menyampaikan Tujuan Kebijakan Energi Nasional yaitu Kebijakan energi nasional disusun sebagai pedoman untuk  mewujudkan ketahanan dan kemandirian energi guna mendukung pembangunan nasional berkelanjutan.

Keynote speech kedua disampaikan oleh Bapak Edi Purnomo pewakilan dari Direktorat Jendral Minyak dan Gas yang menyampaikan Peningkatan produksi minyak dan gas bumi untuk mendukung ketersediaan energi nasiona. Selain itu catur dharma energi kementerian ESDM harus dilaksanakan. Keempat poin tersebut adalah: peningkatan produksi migas, pengurangan impor BBM, pengembangan energy baru terbarukan, dan penghematan energi.

Pada sesi teknikal pertama dengan tema Teknologi Material untuk Energi Baru dan Terbarukan, Pembicara pertama Bapak Nofrizon Sofyan (Universitas Indonesia) mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi sumber energy alternative yang sangat besar di berbagai jenis. Sebagai cara jangka pendek untuk mengatasi permasalahan energy, kita harus memaksimalkan potensi energy yang sudah ada. Cara jangka menengah adalah mulai meninjau teknologi lanjutan dengan membuat study center. Sedangkan cara jangka panjang adalah dengan terobosan teknologi baru. Selanjutnya pembicara kedua Bpk Tarmizi (PT LEN Industri) menjelaskan mengenai perkembangan industry sel surya yang cukup menjanjikan sebagai solusi energy alternative, dan terakhir Mr. Mark Weatherseed (PT. Outotec Technology Solutions) menyebutkan peningkatan populasi akan berdampak pada meningkatnya buangan biomassa, sehingga untuk mengubah hal tersebut menjadi hal yang menguntungkan, buangan tsb dapat dikonversi menjadi energy biomass dg metode fluidized bed boilers.

Pada sesi kedua dengan tema Teknologi Material Untuk Energi Berbasis Gas, Pembicara pertama Hazman (VICO Indonesia) menyebutkan Coal Bed Metane merupakan salah satu bisnis energy baru di Indonesia mengingat cadangan gas CBM kita mencapai 450 TCF. hal ini menjadi tantangan bagi Metallurgy & Material Engineers untuk dapat menentukan potensi, menggunakan peralatan yang tepat, mendesign dan mengesktrak CBM dari seam yang ada. Pembicara kedua Bpk Sofyan Purba (PT. Badak NGL) menyampaikan further development dari Material Engineers untuk mengembangkan teknologi, menyesuaikan pilihan dan mendukung produksi serta distribusi LNG. Pembicara ketiga Mr. Hi Jin Bae (PT. ENK CIndonesia) meyampaikan teknologi penyimpanan gas yaitu advance material untuk lingkungan High pressure & temperature dan terakhir pada sesi ini Bpk Harun Harun Al-Rosyid (PT. Indopower International) menjelaskan mengenai penggunaan material pada aplikasi turbin gas dan geothermal.

Sesi ketiga dengan tema Peranan Teknologi Material untuk Eksplorasi dan Produksi Minyak dan Gas di Laut Dalam. Pembicara pertama Kukuh R. Soerowidjojo (PT. Sandvik Indonesia) menjelaskan beberapa peralatan industri gas dan minyak laut yang dibuat dengan metode HIP. Bahan HIP memiliki banyak keunggulan salah satunya adalah lebih tahan terhadap hydrogen-induced cracking yang disebabkan oleh proteksi katodik dibandingkan dengan bahan cor dan tempa. Pembicara kedua Bpk Mawan Darmawan (Chevron Indonesia) menjelaskan penggunaan material pada aplikasi flow assurance dan perlindungan terhadap korosi. Pembicara terakhir Mr. Guilaume Micas (PT. Technip Indonesia) menyampaikan pemakaian teknologi flexible pipe pada proses produksi dan eksplorasi minyak dan gas laut dalam.

Rangkaian acara MnM’s Week 2013 berlanjut pada tanggal 21 November, yaitu Gala Dinner yang bertema “Ketersediaan Energi untuk Mendukung Industri Pengolahan Mineral dalam Negeri”. Dalam talkshow ini dibahas bagaimana kesiapan berbagai pihak untuk mendukung Pasal 33 UUD 1945 dan UU No. 4/2009 tentang pengolahan mineral dan pemurniannya. Narasumber dalam talkshow ini adalah industri-industri pertambangan, pemerintah, dan para praktisi. Berikut terangkum hasil dari talkshow pada gala dinner tersebut. “Sesuai amanat UUD 1945 Pasal 33, pengolahan mineral harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kepentingan negara. Dalam hal ini, dilakukan pemurnian di dalam negeri yang telah diatur oleh Undang undang no. 4/2009. Peningkatan nilai tambah dari mineral tersebut juga akan memberikan keuntungan yang tinggi pada harga jual mineral. Dengan time framing yang singkat, hanya kurang dari 2 bulan, semua pihak harus segera memikirkan kebijakan yang akan diambil: apakah harus berjalan dengan undang undang yang sebelumnya dengan menanggung segala resiko, atau membuat kebijakan dengan skenario yang berbeda.

Dari sisi sumber energi, perusahaan listrik negara telah siap untuk mendukung rencana pembangunan industri pengolahan mineral fengan penyediaan listrik di berbagai wilayah industri pengolahan mineral, terutama di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi selatan. Namun PLN harus didukung dengan kejelasan yang tepat bagi para pemegang IUP dan investor akan kesiapan PLN dalam menyediakan energi bagi pengolahan mineral dalam negeri.

Dari sisi suplai gas, pada dasarnya kita memiliki sumber gas yang cukup. Masalahnya sumber gas alam tersebut tidak dekat dengan lokasi tambang atau lokasi peleburan. Sehingga harus memikirkan distribusi gas yang tepat, salah satunya persiapan pembangunan fasilitas perpipaan untuk penyaluran gas.

Sumber energi lainnya seperti batu bara juga telah siap untuk mendukung kebijakan hilirisasi mineral. Namun masalahnya hampir sama dengan gas, karena konsentrasi batu bara tidak dekat dengan mulut tambang. Hal ini menyebabkan keharusan pengkajian sisi ekonomis antara mineral ke sumber energi atau membangun sumber energi di mulut tambang.”

Leave a Comment