Dimana letak “Berkeadilannya”????
SK Rektor No 271 tepatnya Pasal 4 ayat 1 Mengamanatkan bahwa seluruh Maba wajib melampirkan berkas-berkas untuk menentukan besarnya Biaya Operasional Pendidikan (uang semesteran, termasuk uang pangkal). Disinilah letak keadilannya, dimana seluruh MABA diwajibkan untuk melampirkan berkas-berkas (ex,slip gaji orang tua,dll) tanpa terkecuali untuk menentukan besaran BOP, MABA tersebut dapat membayar minimal Rp.100 ribu dan maksimal Rp.5 juta untuk rumpun IPS dan Rp.7.5 juta untuk rumpun IPA. Bagi MABA yang tidak melampirkan berkas sesuai dengan aturan yang telah ditentukan, maka MABA akan mendapatkan sanksi dikenakan batas atas pembayaran (Rp.5 juta atau Rp.7.5 juta).
Masalahnya Sistem BOPB yang diterapkan saat ini tidak jauh berbeda dengan sistem flat (semua mahasiswa membayar dengan jumlah yang sama), dimana MABA harus membayar Rp.5 juta atau Rp.7.5 juta, bagi yang keberatan atau tidak mampu dapat mengajukan berkas. Hal ini adalah penyimpangan filosofi makna berkeadilan menjadi keringanan. Kalau begitu buang saja system ini dan kembali ke flat, tapi perlu diingat bukan Rp..5 juta atau Rp.7.5 juta! melainkan harus dikaji secara mendalam bagaimana alokasi dan distribusi anggaran pendanaan UI. Sudahkah UI transparan?? lantas mengapa kita harus membayar mahal?!
Publikasi yang Menipu!!!
Informasi merupakan salah satu kata kunci bagi suksesnya sistem BOPB. Namun yang terjadi adalah UI tidak mampu memberikan akses informasi yang sangat jelas atau memang sengaja tidak diperjelas untuk membingungkan dan mengarahkan MABA untuk membayar batas atas (Rp.5 juta atau Rp.7,5 juta). Hal ini dapat dilihat dari situs penerimaan.ui.ac.id dimana sistem pembayaran MABA menjadi “tiga pintu”; bayar penuh, cicilan, dan keringanan. Keringanan inilah yang dimaksud dengan BOPB.
Hal ini adalah pengkhianatan terhadap sistem BOPB itu sendiri, kenapa? Karena sistem ini hadir bagaimana MABA yang berasal dari penjuru negeri ini tidak perlu takut masuk UI karena mereka dijamin dan memiliki hak untuk membayar sesuai dengan kemampuan. Sekali lagi, membayar sesuai dengan kemampuan adalah hak bukan pilihan. Artinya telah terjadi ketimpangan informasi. Jika UI serius ingin menyebarkan sistem BOPB hal tersebut dapat dilakukan dengan melakukan sosialisasi dan publikasi massif via iklan di Koran, Televisi, Baliho-Baliho, Spanduk, bahkan internet, sehingga masyarakat tidak takut lagi menyekolahkan anaknya di UI dan mengerti bagaimana sistem pembayaran operasional pendidikan di UI. Karena sejatinya kampus ini adalah milik rakyat.
Peran Mahasiswa dan Lembaga Kemahasiswaan di “Kebiri”!!
Mahasiswa yang aktif dalam kelembagaan adalah salah satu “korban” sistem BOPB. Bagaimana tidak? nurani dan empati yang mengantar mereka untuk membantu adik-adik mereka yang berjuang untuk masuk UI dicundangi, dikebiri dengan hanya dilibatkan sampai proses entry data. Tulisan ini tidak untuk mendiskreditkan peran adkesma BEM, tapi justru mendukung mereka! Karena sejatinya Mahasiswa adalah stakeholder yang harus dilibatkan dalam proses penentuan besaran biaya pendidikan. Dengan ini kami serukan kepada seluruh MAHALUM se UI untuk mematuhi SOP teknis yang telah disepakati dengan melibatkan peran mahasiswa serta lembaga kemahasiswaan untuk menetapkan besaran biaya pendidikan.
Sentralisasi setengah hati: kedaulatan fakultas kecundangan otoritas universitas!!!
Sebagaimana direncanakan, seharusnya sistem BOPB ini mulai dari entry data sampai tahap penetapan besaran biaya pendidikan dilakukan di tingkat universitas. Namun kenyataannya tidak demikian, penetapan besaran BOPB ternyata berada di fakultas. Bahkan ada fakultas yang menetapkan target besaran BOP untuk MABA, tujuannya jelas; meraup sebesar-besarnya dana dari masyarakat lewat BOP. Untuk menjaga kecurangan dalam “sistem yang tidak berkeadilan ini” BEM UI bersama BEM seluruh fakultas mengajukan SOP teknis terkait pelaksanaan teknis penetapan besaran BOPB, tapi apa yang terjadi? SOP teknis itu kembali dilanggar! Orang pintar selalu membodohi orang yang dianggapnya bodoh, oleh karena itu kami katakan kami bukan orang bodoh yang mereka kira!
Atas Nama Keadilan
Segera tuntaskan janji-janji, realisasikan keadilan seadil-adilnya, atau kekuatan massa massif yang akan memaksa keadilan itu ditegakkan!!!
‘‘Kami sudah menduga apa jawaban dari semua ini: Pasti otoritas kampus mengatakan Universitas butuh dana, dana & dana…
Kami katakan dan serukan SEGERA TRANSPARANSI PENDANAAN UI Atau kami mahasiswa yang akan memaksa!!!
Ini bukan ancaman, tapi keluh kesah kami terhadap kebohongan-kebohongan!!!”
“masih mau diam dan tenang-tenang saja??”
Atas Nama Sospolnet se UI
Rekomendasi:
- Kita pegang janji Pak Rektor! Halo anakUI-ers, kemarin saya browsing dan melihat sebuah artikel yang berisi janji Pak Rektor untuk Mahasiswa Baru 2009. Rektor: Bilang UI Komersial, Itu Omong Kosong Kamis, 2 Juli 2009 |…
- 10 Pelajaran Hidup Yang Bisa Kalian Dapatkan Dari Bangku… Pelajaran hidup selama kuliah akan membuat manusia menjadi lebih dewasa dan lebih baik lagi pastinya. Namanya juga pelajaran hidup ya pastinya mengajarkan untuk bisa tetap lebih hidup. Senang, tertawa, suka,…
- Informasi Beasiswa S2 Dalam dan Luar Negeri Terbaru 2019 Setelah menyelesaikan program S1, ada dua jalan yang akan dipilih seseorang. Langsung bekerja untuk mendapatkan penghasilan atau melanjutkan kuliah. Mereka yang melanjutkan studi S2 lagi-lagi memilih apakah menggunakan biaya…
- Tentang BOP "Berkeadilan" Saya sangat yakin bahwa masih banyak rekan-rekan mahasiswa UI yang masih peduli terhadap permasalahan BOP "Berkeadilan" ini. Rekan-rekan mungkin mempertanyakan berbagai fenomena "penyimpangan" dari sistem ini terhadap makna dan filosofi…
- Sebuah Pertanyaan… Pernahkah terlintas di benak kita, bagaimana perasaan adik-adik kita yang harus mengurungkan niatnya untuk masuk kampus yang katanya kampus rakyat ini hanya lantaran terpampang dihadapannya pengumuman biaya kuliah yang melangit.…
- Informasi Beasiswa S2 Luar Negeri 2016 Terlengkap Buat kamu yang ingin mencari peluang beasiswa S2 luar negeri (program master/magister), berikut ini adalah 20 peluang beasiswa S2 luar negeri yang tersedia untuk program tahun 2016/2017.
- RUU Pendidikan Kedokteran: Ketimpangan Antara Cita-cita dan… Tidak banyak yang mengetahui mengenai RUU yang sedang digodok di DPR ini. Bahkan, saya yakin tidak semua institusi pendidikan kedokteran (Fakultas Kedokteran) di Indonesia semuanya tahu tentang dilema dari RUU…
- Curahan Hati Calon MaBa 2010: BOP Berkeadilan yang Belum… Saya calon mahasiswa Teknik Sipil UI untuk tahun akademik 2010, diterima melalui jalur PPKB (PMDK) dan mendapati diri saya terhenyak melihat pengumuman BOP-B yang dikeluarkan pada hari ini. Periode pengajuan…
- Sikap Akhir BEM UI terkait RUU BPJS “Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat” (Pasal 28H (3) UUD 1945) Pada 19 Oktober 2004, tercetuslah Undang-Undang No.40 Tahun 2004…
- Tinjauan Terhadap Formulasi RUU BHP Di DPR RI Pada Akhir… Rumbagyo Nangalit; Ilmu Politik; 090302035y Latar Belakang UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada pasal 53 ayat (1) sampai (3) menyebutkan bahwa penyelenggaraan dan atau satuan pendidikan…
- Opini Hukum ‘PEMBEKUAN’ BEM UI 2009 Menyikapi SK Rektor perihal Tindakan Awal Terhadap BEM UI diambil dari Facebooknya Sulaiman Sujono : Permasalahan Pembekuan Kegiatan BEM UI Oleh Direktur Kemahasiswaan Universitas Indonesia Oleh : Sulaiman Sudjono Putri…
- Jalan Berliku Menuju Keadilan: Kisah Nyata Seorang Maba UI… Siang itu saya pulang ke rumah dengan perasaan yang tidak karuan. Saya buka ransel sekolah saya sesekali, masih saya pandangi 1 bendel formulir pemberian Bu Arthena, guru BP saya. Saya…
- Informasi Beasiswa S1 untuk Lulusan SMA Teman-teman baru lulus SMA dan sangat ingin meneruskan pendidikan ke universitas, namun terkendala biaya? Jangan khawatir, ada kok beasiswa S1 untuk lulusan SMA :)
- Talkshow BOP Berkeadilan. FT UI, Kamis 15 Mei 2008 Saya baru membaca ada selebaran dari BEM FT UI yang isinya mengajak kita mahasiswa UI untuk hadir pada Talkshow BOP Berkeadilan yang diadakan oleh Kestari & Litbang BEM FT UI.…
- Mau Kuliah di Jurusan Farmasi UI? Lihat Syarat Masuk dan… Jurusan Farmasi, hal pertama yang akan terlintas dalam pikiran kita adalah tentang obat-obatan. Ya, farmasi adalah salah satu cabang dari ilmu kesehatan yang memiliki fokus utama pada dasar-dasar atau seluk…
- Ade Armando Menyoal RUUPP 10 Kekeliruan dalam Wacana Anti RUU Pornografi Ditulis pada Oktober 5, 2008 oleh Ade Armando Seusai Ramadhan ini, DPR akan membicarakan kembali RUU Pornografi yang kontroversial. Ada harapan,RUU ini bisa…
- Tanggapan Surat Terbuka Untuk Rektor UI: Prof.Gumilar… sumber : Dari Notes Facebook Rekanku Yang Mengirim Surat Terbuka. Dialah Muhammad Kholid. http://www.facebook.com/notes/muhammad-kholid/tanggapan-surat-terbuka-untuk-rektor-uiprofgumilar-rusliwa-soemantri-hasil-perte/401843027230 Rabu, 2 Juni kemarin pukul 08.00 , saya dipanggil oleh Prof.Gumilar Rusliwa Soemantri di ruang kerjanya.…
- Gelar Sarjana 40 Juta Pernahkah teman-teman menghitung berapa besar “harga” yang harus dikeluarkan untuk mendapat gelar sarjana di UI ?. Jika memakai patokan BOP untuk jurusan ilmu-ilmu sosial dengan lama studi normal, yaitu 8…
- 10 Ide Bisnis Untuk Mahasiswa, Menarik untuk Dieksplorasi! Selain kegiatan perkuliahan, mahasiswa dapat mengisi waktunya dengan beragam aktivitas lain. Ada yang menyibukkan diri dengan mengikuti berbagai seminar dan workshop, ada pula yang aktif sebagai panitia event di kampus.…
- Tanggapan BEM UI dan Rektor UI Terhadap Surat 'Pembekuan'… Setelah Surat 'Pembekuan' BEM UI keluar dan menjadi bahan perbincangan masyarakat, Ketua BEM UI dan Rektor UI dimintai tanggapannya mengenai hal ini. Ini dia beberapa tanggapannya seperti dikutip di beberapa…
- Review Valve Index, Juara Baru Headset VR 2022 anakui.com - Headset dan pengontrol Valve Index VR menghadirkan pengalaman visual yang menakjubkan dan pelacakan terbaik di kelasnya. Rangka berkualitas tinggi dan pengontrol Indeks tidak diragukan lagi merupakan solusi terbaik…
- Review Monitor Dell UltraSharp U3223QE IPS Black AnakUI.com - Review Monitor Dell UltraSharp U3223QE terlihat seperti monitor Dell Ultrasharp sebelumnya. Namun yang satu ini memiliki trik di bagian lengannya. Monitor terbaik ini merupakan salah satu monitor pertama…
- Catatan Hitam Penyelenggaraan Ujian Masuk Bersama (UMB)… Ujian masuk bersama (UMB) lima universitas yang prosesnya sudah berlangsung selama satu minggu terakhir ini ternyata meninggalkan cacat yang fatal untuk sebuah even berskala nasional yang menentukan masa depan siswa-siswi…
- Kenaikan Gaji Pejabat, Relevankah? Baru-baru ini tentunya kabar mengenai kenaikan gaji para pejabat mencuat dan membuat fenomena tersendiri dalam perbincangan dan perdebatan di masyarakat. Hal ini tentulah wajar mengingat bangsa kita ini terkenal akan…
- 10 Hal Ini Cuma Dirasakan Mahasiswa Yang Menjadi Asisten… Ya bagaimanapun cara yang ditempuh untuk menjadi asisten dosen, kalian wajib punya pengalaman untuk menjadi asisten dosen ini loh. Dijamin tidak akan menyesal. Nah disini penulis merangkum hal-hal yang cuma…
- Beasiswa Unggulan Kemendikbud: Informasi Lengkap Jenjang S1,… Beasiswa unggulan merupakan salah satu beasiswa yang ditawarkan oleh pemerintah melalui Kemendikbud. Beasiswa ini ditujukan bagi putra-putri terbaik Indonesia yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau…
- Elegi Kampus Kuning bagian 1: BOPB sang Pemimpi sambut hari baru di depanmu sang pemimpi siap untuk melangkah beri tanganku jika kau ragu bila terjatuh ku kan menjaga kita telah berjanji bersama taklukkan dunia ini.. Nukilan kata-kata di…
- 7 Aplikasi Antivirus Android Terbaik 2022, Lindungi HP Tetap… anakui.com - Aplikasi antivirus Android terbaik berguna untuk melindungi perangkat dan privasi. Memiliki salah satu aplikasi antivirus yang terinstal di smartphone atau tablet dapat melindungi dari aplikasi jahat dan jenis malware…
- Sudah Siapkah RUU Pendidikan Kedokteran Menjadi Sebuah… Langkanya dokter di daerah pelosok Indonesia, merupakan salah satu permasalahan dibidang kesehatan yang dialami oleh Indonesia saat ini. Hal ini terjadi karena tidak meratanya persebaran lulusan dokter Indonesia. Ada suatu…
- Buat yang Suka Dunia Gadget, Teknologi, dan Aplikasinya,… Buat yang Suka Dunia Gadget, Teknologi, dan Aplikasinya, di sinilah jawabannya kenapa Prodi Sistem Informasi UI Tepat untuk Kamu.
satu hal yang paling fatal tentang BOP-B sejak dulu saya masih aktif di kemahasiswaan, adalah anggapan bahwa BOP-B adalah Keringanan
padahal dari yang saya pahami, proses awal perumusan hingga ceritanya bisa jadi BOP-B, itu adalah penentuan BOP sesuai kemampuan ortu mahasiswa.. kalo paradigmanya jadi keringanan, berarti BOP adalah 7,5 juta dan 5 juta, buat yang nggak mampu dapet keringanan..
seharusnya BOP itu rangenya 100rb-7,5 juta/5 juta, dan ga ada keringanan, karena seharusnya sistem UI menjamin uang BOP yang dibayarkan itu sudah ringan dan sesuai kemampuan ortu..
Ilman Akbar, Fasilkom 2005
Kok saya makin bingung ya.. +_______+
Hal ini bukan hanya menyangkut ketidak adilan saja. Tapi pada prakteknya banyak sekali teman teman saya yang permohonan BOPB ditolak oleh UI.
Dan hal ini bukan terjadi pada satu dua MABA saja, tetapi banyak sekali MABA yang gagal dalam mendapatkan Keringanan
Terimakasih
BOPB punya SOP dalam menentukan biaya kuliah ta ? Jadinya mahasiswa dengan gaji, keadaan keluarga, dkk yang sama akan mendapatkan besaran BOPB terstandardisasi sesuai SOP (Ada standardeviasi sedikitlah) yang berlaku tuk semua fakultas. Kalo SOP dah ada kan enak. Dekanat dan rektorat tida bisa lagi seenaknya menolak keringanan kalo udah sesuai SOP. Kesma juga ta bisa lagi ngasih BOP yang terlalu murah. kalo udah ada SOP yang hitam di atas putih jadinya setiap pelanggaran BOP jadi lebih mudah di pantau.
Bagi tmen2 yang masih bingung dengan masalah BOPB, silahkan baca notes saya di FB “keluh kesahku terhadap dunia pendidikan”. Ternyata permasalahan BOPB bukan hanya masalah teknis belaka, SOP teknis? itu sudah kita sepakati, tapi ternyata di khianati lagi dan lagi, beberapa kesma fakultas tidak dilibatkan dalam proses penetapan besaran BOP.
sebenarnya masalah yg muncul pada tataran teknis adalah bermula dari perbedaan filosofis BOPB itu sendiri anatra mahasiswa dan rektorat. Mahasiswa memandang sistem ini hadir untuk berupaya bagaimana seluruh masyarakat dapat kuliah di ui dan membayar sesuai dengan kemampuan finansialnya masing2. tp otoritas kampus mjadikan sistem ini sebagai sumber pemasukan utama. Hal ini adalah kesesatan berfikir karena pada hakikatnya pendidikan adalah hak yg harus ditunaikan oleh pemerintah sebagai pihak yang diberikan daulat kekuasaan beserta dana penyelenggaraannya(baca;pajak). hak mendapatkan pendidikan adalah hak dasar yang tidak bisa ditawar-tawar(non derogable rights) layaknya hak untuk hidup, hak untuk memilih agama, hak untk berpendapat, dll. Jika pendidikn adalah hak maka setidaknya ada dua hal yg harus diperhatikan kemudian, yaitu akses dan kualitas.
Setahun yg lalu diskusi BOPB berakhir pada kepahitan, karena kita terjebak pada tataran teknis yg tak lain dan bukan adalah ekses dari maslah fundamentalnya yaitu filosofis dan makna berkeadilan itu sendiri. bagaimana sekarang? itu semua tergantung kita. ya kita, mahasiswa yg peduli dengan nasib adik2nya.
Sistem ini memang menjadi satu dilema tersendiri sejak awal penerapannya. Sejak awal, mahasiswa seperti “dijebak” dengan aturan main yang dibuatnya sendiri, namun akhirnya harus diperdaya oleh pengalaman dan akal bulus yang dimiliki oleh para birokrat di kampus kita. Akhirnya, inilah yang akhirnya terjadi. Penyimpangan sejak tataran filosofis dari arti keadilan itu sendiri, sekaligus penyimpangan teknis yang membuat saya sudah tidak berani lagi mengatakan kepada adik-adik saya yang masih duduk di bangku sekolah bahwa biaya kuliah di UI murah. Demi ALLAH, saya tidak berani mengucapkan itu lagi saat ini,
Namun yang harus juga menjadi perhatian utama bagi kita bersama adalah penyamaan sikap terhadap kezaliman berkedok “BOP Berkeadilan” ini. Sejauh ini, apakah isu ini telah menyentuh hingga tataran akar rumput? Apakah mayoritas mahasiswa di UI sudah menyadari bahwa isu ini sudah sebegitu pentingnya sehingga layak untuk diperjuangkan? Atau jangan-jangan, isu ini hanya ramai di lingkungan “orang-orang jalanan”, para orator, para aktivis kastrat, sospol, dan sejenisnya? Tentunya, jangan sampai gerakan yang bertujuan mulia ini justru harus mendapat reaksi yang tidak sesuai harapan. Rekan-rekan kita yang berjuang di Kesma masing-masing fakultas mutlak menjadi pihak yang harus turut dirangkul, karena merekalah sebenarnya kunci utama dari permainan yang namanya BOPB ini. Perlu diingat bahwa mereka adalah orang yang paling dekat hubungannya dengan para birokrat di tingkat fakultas, sehingga keputusan untuk keluar dari sistem jelas akan berdampak besar bagi mereka. Tentunya, ini menjadi hal yang harus dipikirkan bersama. Jangan sampai ada lagi istilah “good boys” bagi rekan-rekan kesma dan “bad boys” bagi rekan-rekan sospol, kastrat, dan sejenisnya. Karena BOP-B ini perlu disikapi dengan satu pernyataan sikap bersama, pernyataan sikap yang menunjukkan kepedulian kita terhadap upaya-upaya tangan-tangan jahat yang ingin menghancurkan pendidikan Indonesia. Kalau masalah BOP B ini saja kita tidak bisa “menyelesaikannya”, bagaimana dengan isu-isu besar yang lain?
Pahit…
Itu yang saya rasakan dari kebijakan ini, BOP-Berkeadilan. Kebijakan yang nyatanya tidak benar-benar bijak. Berkeadilan yang jelas banget ga adil.
Saya adalah korban BOP-B, dengan berat hati orang tua saya harus membayar penuh 7,5juta. Keringanan untuk membayar BOP tahun ke-2 yang saya ajukan kemarin ke fakultas, ditolak.
Masih saya harus bersyukur ketika orang tua saya masih sanggup membayarnya dengan cicilan (dan dgn sangat terpaksa).
Tetap saja, tidak adil.
Saya masih ingat, tanggal 15 Mei 2009, keringanan yang saya ajukan seperti tidak dianggap. Saya hrs menelan bulat-bulat angka 7,5 juta itu. Apalagi, saat pertama masuk saya tidak sempat mengajukan keringanan.
Tidak adil, ketika melihat mahasiswa lainnya (yg notabenenya lebih ‘mampu’ jauh di atas keluarga saya) mendapatkan keringanan, apalagi dibandingkan dengan BOP yang harus dibayar mahasiswa angkatan sebelum saya.
Tidak akan pernah adil.
Itu menurut saya. Selama penentuan besaran BOP-B hanya berdasarkan asumsi-asumsi saja.
Pendapatan orang tua sekian-sekian, lalu dipatok BOP sekian…
Pernahkah berpikir kalau pendapatan orang tua itu tidak semuanya untuk membayar uang kuliah?
Saya masih bisa bertahan (setelah masalah BOP-B ini membuat saya merasa malu dgn kampus ini),ketika orang tua saya bilang “Sekarang urusan kamu kuliah, biar orang tua yang cari uang.”
Saya berada di kampus ini demi kebanggan orang tua karena menganggap kampus ini begitu ‘wah’ walaupun sebenarnya…
uhm,speechless…
Gita, FKM 2008
it’s quo vadis, not quo vadish
boleh saja posting tulisan pakai istilah asing. tapi setidaknya dicek dulu dong penulisan istilah yang benarnya. greget tulisannya jadi jauh berkurang, lha di judulnya aja salah tulis
hanya dua ketip dari saya
salam,
zulfan
tanggapan terhadap tulisan:
kembalikan saja ke sistem yang lama. jangan sok pakai BOPB kalau tidak mau menjalankannya secara serius. terima kasih buat anda yang mau mengangkat isu ini, semoga disampaikan juga ke pihak rektorat, biar gaungnya tidak hanya terasa di kalangan mahasiswa di ranah online saja
salam,
Zulfan, Psikologi’05
tanggapan terhadap tulisan:
-BOPB sudah dijalankan berapa lama? adakah progres yang signifikan?
-apakah pihak Universitas menyeleksi dengan sungguh-sungguh setiap berkas yang masuk, sehingga yang namanya keadilan benar-benar didapatkan?
kalau jawaban dari keduanya adalah ‘tidak’, maka lebih baik gunakan saja sistem lama dengan opsi keringanan.
terima kasih juga sdr. Farid mau mengangkat lagi isu BOPB ini ke anakui.com, semoga Anda juga mengangkatnya ke pihak universitas, agar isu ini tidak hanya dibahas di kalangan mahasiswa.
salam,
Zulfan, psikologi’05
Bener banget apa yang dibilang sama Tri A
Dulu kl ada orang yang bilang masuk UI itu mahal, gw bisa dengan mudahnya menyangkal
Karena BOP-nya hampir sama dengan universitas2 negeri lainnya semacam UNDIP
Tapi kalau sekarang, saya tidak berani membantah anggapan itu
Masuk UI memang mahal @_@
Apalagi untuk anak Paralel dan Ekstensinya
Ekstensi FH dan Fasilkom aja bayarnya udah 7,5 jt
BOP termahal diantara seluruh ekstensi
Tapi tetep saja masih kalah sama anak Paralel dan Reguler
Soalnya ekstensi khan masih ada yang bayarnya sekitar 4jt-an
Bener2 jadi ajang mencari duit nih kampus tercinta hiks2
Mahal sekali yah, setidaknya tingginya uang yang dibayarkan tersebut dibarengi dengan pelayanan dan fasilitas yang memadai kepada para mahasiswanya
Saya kurang setuju dengan hampir semua komentar yang menyatakan bahwa intinya BOPB tidak membantu.
Sebenarnya pihak yang terkait telah melaksanakan sistem BOPB ini dengan baik terbukti diterimanya berkas yang saya ajukan dan disetujui 100 % tentang biaya-biaya selama kuliah.
Memang sih ada kesan pihak yang terkait tidak memberi peluang untuk bisa mengajukan BOPB apapun caranya. Salah satunya dengan mempersempit waktu pengembalian berkas. Saya merasakan sendiri bagaimana sulitnya memenuhi semua persyaratan yang diminta hanya dengan waktu 5 hari. Mungkin mudah buat yang tinggal di DKI, Depok dan sekitarnya, tetapi rumah asli saya di Tulungagung, Jawa Timur. Hari pertama saya ke UI dan akhirnya bertemu dengan salah satu anggota BEM. Saya disarankan untuk mengirim berkas via email. “Kemana saya harus mengirim semua berkas itu kalau tidak ada yang bisa menerima” , itu yang ada dipikiran saya. Ayah saya tidak tahu tentang email ( Gaptek ). Hari kedua saya ke UI lagi dan membicarakannya ke anggota BEM. Akhirnya saya diberi saran untuk mengirimkan ke teman yang bisa email. Setelah dari UI saya harus kerja cepat. Saya kirim email itu dan sampai ke ayah saya pada hari ketiga. Langsung saja ayah mencari semua yang dibutuhkan, untungnya ayah saya sudah berpengalaman mencari semua itu karena dulu juga pernah mengirim beasiswa 1000 anak bangsa yang persyaratannya hampir mirip. Akhirnya semua berkas terkumpul pada hari ke-4. Disini saya hampir putus asa, bagaimana bisa mengirim dengan waktu 1 hari? Lewat pos jelas tidak mungkin, lewat jasa bis juaga tidak mungkin karena bis sudah berangkat jam 12.00 sedangkan semuanya selesai jam 15.00. Lalu saya telpon ayah dan bilang ” Bapak mau kehilangan Rp. 200.000 atau bayar Rp. 5.000.000 per semester? Kalau mau Bapak harus naik kereta nanti jam 17.00 ke Depok.” ( saya tinggal di Depok dengan saudara ). Berangkatlah ayah saya dan sampai di Depok pas hari ke-5. Saya sangat senang karena bisa mengajukan BOPB. Semua perjuangan yang ayah dan saya lakukan tidak sia-sia karena permintaan saya dikabulkan 100%.
Apakah UI adalah perguruan tinggi anak orang kaya?
Apakah UI adalah perguruan tinggi anak DKI, Depok dan sekitarnya? Bagaimana dengan anak jenius dari daerah Indonesia Timur yang kurang mampu dan ingin kuliah di UI. Kelihatannya mustahil.
Bimma Dwi Nugraha, FISIP 2009
sistemnya bagaimana sih????
emang gk pake subsidi silang kyk ITB ya???
temen gw ada yg keterima UI ama ITB tuhh tpi di ITBnya dia dapet beasiswa full !!!! jd aja dia milih ITB,padahal menurut gw anaknya jenius banget !! sayang dia gk milih UI.
#5 Koreksi “sedikit” atas argumen lo
Hak atas pendidikan BUKAN non-derogable rights (NDR). Dalam ICCPR (Kovenan Hak Sipil Politik) ada 7 NDR:
– Hak untuk hidup
– Hak untuk bebas dari penyiksaan
– Hak untuk bebas dari perbudakan
– Hak untuk bebas dari penahanan karena gagal memenuhi perjanjian utang
– Hak untuk bebas dari pemidanaan berlaku surut
– Hak sebagai subjek hukum
– Hak atas kebebasan berpikir, berkeyakinan, dan beragama
Sementara dalam UU No 39 Tahun 1999 Ttg HAM terdapat sedikit variasi hak-hak yg tergolong NDR, meski tetap saja hak atas pendidikan tidak termasuk di dalamnya. NDR dalam UU HAM adalah:
Hak untuk hidup,
hak untuk tidak disiksa,
hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani,
hak beragama,
hak untuk tidak diperbudak,
hak untuk diakui sebagai pribadi dan
persamaan di hadapan hukum, dan
hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang
berlaku surut.
Gw gak tau lo dapat sumber data dari mana hingga menyampaikan bahwa hak atas pendidikan adalah NDR. Dalam ranah akademis, penting untuk menyampaikan pendapat disertai data dan sumber yang valid.
Meski demikian gw sangat mengapresiasi semangat lo dalam memperjuangkan akses mudah dan murah atas pendidikan bagi rakyat Indonesia.
Pendidikan, meski bukan salah satu NDR, tetap merupakan hak asasi setiap warga negara indonesia yang harus dijamin pemenuhannya oleh negara.
Salam
MVT
“Selamat datang, putra putri terkaya bangsa!”
Aneh ya, mau kuliah aja repot. Kampus swasta sistemnya lebih jelas kayaknya. “Ada uang, ada kuliah, tak ada uang mending pulang aja…”.
Kalau swasta sih wajar seperti itu. Wong mereka bayar pajak iklan saja tinggi, bangun gedung sendiri, mengurus ijin operasional sendiri, belum lagi menghadapi kenakalan oknum2 pendidikan yang haus “amplop”. Sulit juga mereka mau meringankan biaya untuk mahasiswa, lah mereka sendiri megap-megap..
Tapi kalau UI kan ga usah iklan juga udah ngetop, ijin operasional juga udah ga masalah. Nama baik udah tersebar sampai di luar negeri. Akreditasi? Orang bodo aja yang masih meragukan akreditasi UI. pokoknya buat siswa/i SMA, UI = surga pendidikan, jembatan kesuksesan.
Untuk itu, BOPB lebih baik ditiadakan. Jangan pupuskan harapan siswa/i SMA untuk kuliah di UI karena biaya mahal. Kalau mau berkeadilan, ya ndak usah pakai pilihan2 begitu. Masa sih, BOPB kan sudah harus minta keterangan RT, 3 tetangga terdekat, dan data2 lain yang sebenernya sangat confidensial. Tapi kami mau memberikan semua data itu kepada UI (rasanya seperti mengemis saja untuk kuliah). Kalau masih ditolak juga? tantang saja pihak UI untuk cek langsung ke lapangan. Masa sih untuk kuliah kami harus mengurangi frekuensi makan (dari 3 kali menjadi 1 kali sehari). Kayaknya naas banget dunia pendidikan indonesia. Bisa nggak sih kita lapor ke Presiden mengenai hal ini? siapa tau Pak SBY berbaik hati mendengarkan keluhan kita..
oke. ada yang berniat untuk mengajukan gugatan?
saya setuju sistem BOP Berkeadilan dihapuskan. Rasanya UI belum siap dengan sistem yang sebenarnya bagus ini. Sayang kalau sistem yang sedemikian baik harus mendulang kemudharatan yang sangat banyak hanya karena masalah teknis. Lebih sayang lagi, kalau penyebab ketidakberesannya adalah masalah filosofis seperti tidak samanya paradigma antara mahasiswa yang mengajukan sistem ini dengan pihak rektorat tentang BOP Berkeadilan.
Tapi tunggu. Kata siapa BOP B tidak berhasil?? dari data rata-rata BOP B tahun 2008 yang saya miliki, jelas-jelas RKAT UI jebol berkali-kali lipat, karena rata-rata BOP yang dibayarkan mahasiswa angkatan tersebut juga berkali-kali lipat naiknya. Ck,ck,ck….
Hidup Mahasiswa! Bergerak!
Sungguh sayang hal yang sangat kecil akan menghancurkan makara yang kokoh…..
Saya menjadi kawatir … BOPB lah yang akan menghancurkan nama ui … Waspadalah!!
Apa UI sdh cek langsung ke rumah MHS yg dapat keringanan?, Kenyataan banyak MHS yg berlagak miskin ternyata bawa laptop, bisa bayar kost mahal lagi. Sementara MHS lain hrs menutup kekurangan bop MHS yg berlagak MISKIN tadi. Inikah KEADILAN? Sebaiknya utk belajar di Univ berkualitas. ya hrs tanggung bop yang sama. Ini akan lebih FAIR. Tk.
Assalamualaikum wr.wb.
Sekedar mau tanya, Apakah pihak UI sdh cek atau survey langsung dengan benar KONDISI setiap Mahasiswa yang mengajukan keringanan BOP?,
Sebaiknya Tidak hanya percaya dengan dokumen yang dilampirkan dan cerita saja!!.
Pada kenyataannya banyak MHS yg mengaku tidak mampu ternyata bisa nenteng laptop, langganan internet, bisa bayar kost cukup mahal lagi.
Sementara MHS lain yang dengan JUJUR melaporkan dan melampirkan semua dokumen BOP dengan rincian penghasilan yang TERLIHAT BESAR tapi MENJADI PAS-PASAN ketika sudah dipotong dengan seluruh biaya hidup termasuk cicilan hutang. Yang akhirnya pengajuan BOP-berkeadilan tidak disetujui.
Dalam pemandangan sehari-hari cukup menjadi iri, melihat gaya hidup para MHS yang mendapatkan keringanan dan MENGAKU TIDAK MAMPU tadi. Sama-sama pintar kok perbedaan tanggungan SPP sangat JAUH TIMPANG, coba saja yang satu bawa laptop, cost, di fakultas yang sama hanya bayar di bawah 1 juta/semester, sementara mahasiswa lain juga bawa laptop, cost yang sama di fak yang sama pula harus bayar penuh Rp. 7.5 juta / semester. Sekali mahasiswa yang satu bayar untuk 1 semester (7,5 juta), sementara mahasiswa yang lain sudah bisa untuk sampai SELESAI kuliah (7,5 juta dibagi 8 semester).
Apakah nggak sebaiknya BOP-tidak berkeadilan ini di tinjau ulang. Menurut hemat saya untuk bisa belajar di Univ yang berkualitas, Semua mahasiswa harus ikut berpartisipasi dalam menanggung biaya pendidikan yang sama. JER BASUKI MOWO BEO! kata orang bijak, ya memang harus berusaha.
Coba lihat di ITS, ada 5 jalur masuk dengan harga karcis (Uang pangkal) yang berbeda, tapi biaya SPP semua sama (Rp. 1.3 juta/semester). Dan hanya harga karcis JALUR KEMITRAAN (Sponsor Perusahaan) saja yang memang tinggi. Saya kira ini yang lebih ADIL.
Semoga ini menjadi bahan tinjauan kembali dari pihak UI.
Kami hanya bisa memohon keadilan dari para decision maker. Semoga Allah mengabulkan do’a kita. Amien.
Siang ini Rabu, 31 Maret 2010, BHP dibatalkan oleh MK, apakah berarti….. uangkuliah akan lebih terjangkau?… ohhhh terima kasih para pejuangku…….oklah klo begitu…..
thx.
setuju sama suhada puspa dewi..