SAMSARA
Jangan Membayangkan Hidup Tanpa Dorongan Hasrat
Sejak berdiri tahun 1984 di Fakultas Sastra Universitas Indonesia (sekarang Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia), Teater Pagupon mempersembahkan pementasan ke-89 dengan judul SAMSARA. Pementasan ini akan diadakan di Gedung Kesenian Jakarta pada 14 – 15 Maret 2014 pukul 19.30 WIB.
Pagupon dalam bahasa Jawa memiliki arti ‘rumah burung dara’. Hingga saat ini Teater Pagupon telah mengadakan 88 pementasan baik di dalam dan di luar kampus Universitas Indonesia, hingga luar kota dan luar negeri. Beberapa pementasan yang pernah dilakukan sebelumnya antara lain Antigone, Ariadne, Dan Genderang Perang pun Membisu, Priangan Si Jelita, Denting Tahun, Saat Lonceng Berbunyi, Boenga Raos dari Tjikembang, Mentang-Mentang dari New York, Perkawinan, Sebuah Nyanyian Sunyi, Bulan Bujur Sangkar, dan The Sphinx Apple.
Disutradarai oleh Catur Ari Wibowo, Samsara merupakan adaptasi bebas kisah Ekalaya dalam Mahabharata. Ekalaya sedang mencari pengalaman untuk melengkapi hidupnya. Karena itulah, dia berguru kepada Darmi, seorang perempuan pendekar yang menyepi di sebuah goa di tengah hutan. Bagi Ekalaya, Darmi bukan sekedar guru. Darmi adalah panutan, juga pengganti sosok ibu. Bencana dating ketika Boma dan pasukannya menyerang hutan mereka. Ekalaya pingsan. Darmi ditawan. Begitu sadar, Ekalaya merasa sangat kehilangan dan marah. Atas dukungan dan bantuan Palguna, Ekalaya mencari Darmi. Melalui beberapa perkelahian, Ekalaya akhirnya menemukan Darmi, yang ternyata menjadi teman di rumah Wijil. Ekalaya terpukul karena Darmi tidak mau lagi pulang ke hutan mereka. Kecewa karena merasa dikhianati dan ditinggalkan, Ekalaya pulang ke hutan. Ternyata jiwa Ekalaya terlanjur jatuh dan menderita. Semangatnya hilang. Hatinya hancur.
Melihat ketertarikan masyarakat, terutama yang muda, terhadap hal-hal eksotis seperti ritual keagamaan dan kebudayaan nusantara, semoga pementasan ini mampu membuka pandangan masyarakat luas mengenai ajaran kebaikan dalam agama Buddha.
0 Comments