Satu Langkah Menjadi Capitalism University

Kepemimpinan rektor baru Prof. Dr. der. Soz. Gumilar Rusliwa Soemantri tampaknya harus kita pertanyakan. Pertanyaannya bukan seputar mengapa dia bisa menjadi Rektor Universitas Indonesia. Tapi pertanyaannya mengarah kepada kebijakan-kebijakannya yang cenderung menuai kontroversi. Kebijakan beliau Kadang kala saling bertentangan satu sama lain.

Suatu contoh tentang ide Greencampus yang dicanangkan pertama kali ketika dia terpilih menjadi Rektor UI yang baru, namun kemudian kontroversi yang dia lakukan adalah pembuatan lahan parkir di depan masjid Ukhuwah Islamiyah kampus UI Depok yang membabat wilayah hutan lagi. Begitupula tentang ide menjadikan UI sebagai Research University yang dulu pernah dicanangkan sebelumnya, tapi lagi-lagi tidak dibarengi dengan fasilitas riset atau pelayanan terhadap mahasiswa-mahasiswa yang mengikuti berbagai kompetisi nasional maupun internasional.

Kini, keinginan menjadikan UI tetap sebagai kampus rakyat yang bisa dinikmati semua masyarakat Indonesia dari sabang sampai merauke kembali patut dipertanyakan. Diawali dengan beasiswa berkeadilan yang diberikan kepada 1000 calon mahasiswa baru di seluruh Indonesia. Beasiswa yang aneh! Calon mahasiswa harus mengirimkan berkas-berkas yang diperlukan untuk beasiswa sebelum mereka tau apakah sebenarnya mereka diterima di UI melalui jalur PMDK, SPMB, atau berbagai macam jalur masuk lainnya. Di tambah lagi waktu pengiriman tersebut ada di saat para siswa sedang dipusingkan dengan semakin dekatnya UAN, sehingga kemungkinan mereka tidak sempat untuk mengurusnya.

Kemudian dilanjutkan dengan pembayaran uang semesteran (BOP) yang menggunakan sistem berkeadilan, di mana besarnya BOP dipengaruhi berapa penghasilan orang tua dalam sebulannya. Walaupun tampaknya sistem ini menciptakan sebuah sistem yang dibilang adil, tapi beberapa orang tua murid mengeluhkan mahalnya BOP ini (seperti yang dialami oleh beberapa rekan Fakultas Teknik) bahkan sempat melakukan aksi di fakultas tersebut dan juga di depan rektorat. Suatu hal aneh yang terjadi dalam kasus ini adalah aksi yang digelar oleh BEM UI. Aneh! Mereka menggelar aksi yang sesungguhnya dia sendiri yang mendukung diadakannya BOP berkeadilan.

Terakhir yang patut dipertanyakan adalah tentang Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru di UI yang diadakan untuk tahun ini. Jalur masuk UI sangat banyak dan membingungkan. 1. PMDK atau PPKB, program ini telah dikenal lama. Program ini diperuntukkan untuk siswa-siswa yang mempunyai potensi akedemik ketika mereka di SMA asalnya. 2. SPMB atau SNM PTN, program ini juga telah kita kenal. Program yang diadakan dari tahun ke tahun yang diadakan oleh Perhimpunan SPMB. 3. UMB, program yang baru dikenal tahun ini yang diadakan oleh 5 universitas di negeri ini. Program ini dinilai bermasalah karena jangkauannya tidak mencapai daerah paling timur Papua, padahal quora untuk ujian masuk ini hingga 80%. Bagaimana hal ini akan menciptakan sebuah pemerataan kesempatan belajar, kalau untuk ujian saja tidak dapat dijangkau oleh setiap daerah. 4. KSDI, program yang diperuntukkan agar tersedianya pemerataan terhadap putra-putri daerah.

Program ini sangat rawan praktik kolusi sampai kepada mafia jalur masuk UI. Bagaimana tidak! Untuk masuk ini kita hanya perlu mendapatkan sebuah rekomendasi dari daerah dan perusahaan. Seleksi yang dilakukan pun hanya oleh pihak daerah atau perusahaan. Itu berarti kemungkinan besar hanyalah orang-orang yang mempunyai kedekatan dengan pejabat atau pengusaha saja yang dapat menikmati jalur ini. Seperti sebuah contor perusahaan dari Lampung Sugar Company mengirimkan 65 calom mahasiswa dan kesemuanya diterima. Bagaimana mungkin? Kalau dengan itung-itungan matematis dengan jalur KSDI yang mempunyai kuota 250 orang, maka jika dibagi dengan 33 provinsi di Indonesia, hanya 7-8 orang saja tiap daerah.

Ditemukan lagi bahwa terdapat mahasiswa yang hanya memakai label dari sebuah perusahaan, dan kemudian semua biaya-biayanya ditanggung oleh mahasiswa itu sendiri. Padahal kalau dilihat dari konsep KSDI sendiri, daerah atau perusahaan mengirim wakilnya untuk belajar di UI yang semua biaya pendidikan dan hidupnya ditanggung oleh pihak daerah atau industri, tapi kalau begini kita hanya perlu untuk mengenal dengan para pejabat atau pengusaha dan kemudian meminta rekomendasi agar mengirimkannya ke UI. Ironis, UI agaknya mulai melegalkan cara-cara kolusi dalam bidang pendidikan.

Sistem penerimaan yang tak kalah parahnya dan membawa UI menjadi universitas milik orang berduit adalah dengan adanya Kelas Paralel, yaitu kelas yang dibuka untuk mengisi kekosongan jam sore dan malam di kampus. Memiliki kurikulum yang sama dengan kelas regular, namun waktu dan biayanya saja yang berbeda. Biaya untuk program ini per semesternya dari 5-10 juta tergantung fakultas apa yang dia pilih. Nilai yang sangat tinggi untuk orang-orang miskin yang pastinya tak akan sanggup untuk mengikuti jalur ini. Entah apa yang dicari oleh rektor kita itu. Uangkah? Atau menjadikan mahasiswa kita semakin banyak sehingga dapat meningkatkan kualitas SDMnya. Sebenarnya hal itu tidak menjadi masalah, jika memang kualitas mahasiswa yang diterima melalui jalur tersebut tidak kalah dengan jalur lainnya, tapi jika hanya materi saja yang ingin diperoleh maka jangan harap universitas ini akan menjadi sebuah universitas berbasis riset, yang ada

22 thoughts on “Satu Langkah Menjadi Capitalism University”

  1. Emang ude dirancang kle..sejak UI berpindah status menjadi BHMN…apalage katenya mau di sahkan menjadi Badan Hukum Pendidikan tahun 2010…wuidih..syerem bo..sebentar lagi pendidikan akan menjadi pasar yang menggiurkan bagi para pemilik modal..bisa2 negara ini jadi milik orang asing juga klo hasil riset2 kita yang pertama bisa tau orang asing..abisnye klo statusnya ude BHP di mana peran negara?amit2 jgn sampe ya Allah…

    Reply
  2. bisa di bayangkan klau seperti itu terjadi, UI hanya buat permainna pasar doank. Mempermainkan pndidikan anak banggsa hanya demi sekarung uang. Sperti yang telah saya tulis sebelumnya, telah terjadi ketidak merataan dalam penerimaan mahasiswa baru di UI. Alangkah memalukannya sebagai universitas bangsa ini, tetapi yang didalamnya cuma terdiri dari sekelompok orang saja yaitu orang-orang berduit dan tidak mencerminkan sebagai universitas untuk negeri ini. Mungkin perlunya nama baru buat universitas ini seperti UND(Universitas Negeri Depok) atau UOK(Universitas Orang Kaya). Seperti dari data yang saya dapat, beberapa daerah yang menginginkan anak daerahnya unutk masuk d UI, harus lewat kerjasama KSDI atau tidak mendapat kesempatan untuk masuk lewat jalur PMDK. Sungguh ironis sekali kalau itu tetap berlanjut. Untuk rektor kita saat ini, memang sudah terjadi kontroversi sejak dia menjadi rektor apalagi sejak di sahkannya BOP berkeadilan. Unutk hal BEM UI, memang sangat lucu sekali tindakan yang mereka ambil. Mereka yang menyetujui sistem tersebut tapi mereka tidak berpikir apa yang akan terjadi ke depan, baru setelah tampak effeknya mereka baru berkoar-koar kayak “kambing”. Sungguh sangat lucu kalu kita lihat hal tersebut. Mungkin ini sedikit telat tapi tidak ada kata telat unuk pendidikan yang lebih baik.
    Salam
    Hidup Mahasiswa!!!
    Hidup Rakyat Indonesia!!!

    Reply
  3. sebagian isi tulisan lu gua setuju, sebagian lagi gua engga

    masalah KSDI dan segala macam cacat perihal asal sebenarnya mahasiswa KSDI, gua setuju ama elu.

    tapi masalah BOP berkeadilan, green campus, research university dan jalur penerimaan mahasiswa (yang bagian UMB-SNMPTN) itu gua engga setuju kalo elu langsung serang macem2, soalnya yang mulia rektor itu masa jabatannya masih sekitar setahun (meski gua sangat tidak suka dengan kenyataan puluhan -bahkan mungkin ratusan- calon mahasiswa yang engga jadi masuk UI)

    dan masalah research university, lu kira research university bisa dibangun dalam waktu semalem? lu sendiri udah ngelakuin apa untuk ngedukung visi research university?

    Reply
  4. mau koreksi dikit…
    “…Suatu hal aneh yang terjadi dalam kasus ini adalah aksi yang digelar oleh BEM UI. Aneh! Mereka menggelar aksi yang sesungguhnya dia sendiri yang mendukung diadakannya BOP berkeadilan.”

    Bila mendengar keterangan dari bem ui,mungkin mereka akan bilang klo mereka mendukung BOP Berkeadilan, namun pada kenyataannya praktik di lapangan, banyak yang tidak sesuai dengan pemahaman kawan2 bemui pada awalnya, seperti tidak totalnya maba yang mengkuti proses BOP Berkeadilan, dll.

    Reply
  5. #5: ah teori konspirasi aja lo.

    Baru sekali ini kayaknya gw denger ada mahasiswa UI yang mau ngejatuhin rektornya. Gw kira hal seperti ini adanya di universitas ecek2 aja.
    Masalah KSDI itu, apakah keberadaan mahasiswa KSDI itu membuat jatah dari jalur masuk lainnya yang Anda anggap terhormat berkurang? maksud saya, apakah 1 kursi yang berasal dari KSDI berasal dari 1 kursi SNMPTN/UMB/PPKB yang dikorbankan? Kalau tidak, artinya KSDI ga merugikan yang lain kan?
    Kenapa mahasiswa KSDI menggunakan uang pribadi?
    Apakah Anda tahu tingkat kepedulian Pemda terhadap masyarakatnya? Mahasiswa KSDI itu sebenarnya punya anggaran dari Pemda, tapi entah mengapa Pemda sulit sekali mencairkannya. Kalo mau ng-offense, ya offense aja Pemdanya. Jangan mahasiswanya!!
    Kurangnya pengetahuan akan daerah seperti inilah yang membuat pembangunan Indonesia terpusat di Jawa pada umumnya dan Jabodetabek pada khususnya.

    Bukan maksud mo ad hominem ya. Tapi, membaca artikel-artikel saudara Iqbal ini kok rada-rada sarat dengan kebencian ya? Apalagi artikel di sini
    Bikin kesel sekaligus lucu 😆 Ya baguslah, anakui.com rame lagi 😆

    Reply
  6. @ Ngarepzizi
    Pastinya kalau ada kebencian itu memang lebih baik disalurkan lewat tulisan dan kemudian didiskusikan siapa tahu bisa menemukan solusi penyelesaian masalah. Coba kalau si iqbal ini sungguh benci sama Pak Gumilar terus milih melakukan tindakan mutilasi terhadap beliau, well itu gw pikir pasti akan lebih runyam jadinya.

    Reply
  7. Hahaha gila apa gue mutilasi orang. (IAN)
    Tapi jangan salah gue bukan orang yang benci siapa-siapa, namun berusaha untuk menyampaikan sebuah pesan untuk diperhatikan dan ditindaklanjuti. Mudah-mudahan bisa untuk kebaikan di masa depan.

    Reply
  8. nimbrung ah…
    Gw ga baca tulisan smuanya. tapi psannya gw tangkap stelah bc2 comment. hehe..

    Pertama, masalah BOP nih.. Jujur, gw termasuk salah satu dari segelintir orang yang turun ke jalan memprotes sistem BOP yang baru. Banyak alasan pada waktu itu hingga akhirnya terbukti sistem tersebut memakan ratusan korban. Memang ada kesalahan di sini. sampai2 kami (yang turun aksi sebelum BEM aksi) memberanikan diri untuk mengambil jalan berseberangan dengan BEM UI. Gw memang belum bahkan tidak berbuat untuk kebaikan nasib anak bangsa. Tapi gw benci orang2 yang dengan sadar memperburuk nasib anak bangsa. dan, menyetujui sistem BOP menurut gw adalah tindakan yang dengan sadar memperburuk nasib saudara2 kita itu. Sekarang semuanya sudah terjadi, tapi tak sepatahpun kata menyesal yang gw dengar. Yang ada cuma pembelaan diri yang entah kapan berhentinya. tak berguna. Sudahlah. Tahun depan jangan ada lagi yang seperti itu.

    Ke dua, masalah KSDI. Gw cuma mau ngasi tau, diantara mahasiswa KSDI dari daerah gw, 2 orang adalah anak kepala Daerah. 1 anak bupati dan satunya lagi anak walikota. Pikirkan saja apa yang salah… fiuh…

    Ketiga. Bagus kalau UI mw jd Green campus atau Research University atau banyak lagi program2 UI lainnya. Tapi tolonglah tinggalkan mental yang kampungan. Masa peringkat 287 dunia disebut “prestasi”??? malahan yang lebih parah lagi dipublikasikan kemana2… aneh…aneh…

    Buat Iqbal, salam kenal. Haris-Hukum 06

    Reply
  9. Gw tau tuh, yang waktu itu kejar2 di bundaran psiko bukan?
    Gw jga ada disana, cm telat ada kuliah.
    gw juga melihatnya seperti itu waktu pertama kali. Namun, ya gw cm orang biasa! Tapi gw cm berharap UI akan lebih baik kedepannya.

    Bwt UI 287, menurut gw bkn hal yang patut dibangkakan, jk ternyata MALAYSIA, SINGAPURE ternyata bisa lebih tinggi peringkatnya….

    Reply
  10. klo umb gw mang kurang setuju c krn cuma diadain di 5 kota. klo di semua propinsi c fine2 aja. hutan yg dijadiin parkiran juga agak kurang setuju, tapi mw gimana lagi, masa parkiran dibuat ttp di sepanjang jalan protokol ui (jadina kan sempit kaya dulu2 itu). ato parkiran dibuat di satu titik yg bukan hutan (katakanlah di belakang detos), kasian kan yg anak FH,FE,FPSI,FISIP,FIB,FT). nurut gw ui udah punya site plan kok. lagian itu juga mengurangi tindak kriminalitas di ui. gw seneng bgt malah karn walopun hutan udah dibabat (lebih tepatnya dirapihkan), kita udah punya kebun binatang sendiri. kan asik juga tuh liat2 rusa disitu:)

    klo ksdi dll c, ya sutralah mas, mang kw mw menyumbangkan berjuta2 buat universitas kita ini?? katanya mw mendukung ui menjadi ui jadi universitas research. itu butuh biaya loh mas. jgn2 kw pun msh minta keringanan uang kuliah juga:) peace!! selama quota spmb n umb ga berkurang, biarin saja, toh waktu yang akan menentukan semua. klo emang anak2 ksdi or whateverlah yg lain2 itu ga mampu secara akademis, kan waktu juga yang akan menggerus mereka keluar dari kampus ini. tapi klo emang mereka pintar or at least bisa bersaing dengan mhs jalur spmb or umb setelah berada di ui (even masuknya pake kolusi seperti yg lo blg), kenapa enggak, biasa aja kale, justru kita tidak salah untuk tepuk tangan buat mereka. wajar aja dong kita memanfaatkan semua yg ada pada kita, termasuk bokap kita (klo beliau pejabat), hehe, nah mereka juga gitu, wajar2 aja kale…ga usah sok idealisme lebay deh…

    btw nih, sedikit flash back nih ya, orang2 yang banyak kritik itu biasanya belum tentu bisa memepertanggung jawabkan kritikannya ketika mereka berada di tempat yg mereka kritik. liat aja tuh politikus2 kita yg suka ngritik pemerintah. waktu mereka jadi pemerintah, sama2 aja tuh. jadi ga usah sok kritik deh. lebih baik kita memperbaiki apa yg ada dihadapan mata kita.

    Reply
  11. #10
    iya yang di bundaran psiko. Walaupun ga berhasil tapi sudah mencoba mempertahankan hak. Mungkin kedepannya bisa berhasil. Kalau BEM sudi membantu kita. Tidak menyerang kita lagi.

    Reply
  12. duh si Iqbal lagi ni yang terkenal dengan “hiperbola” nya hehe.. baru dua taun kul di UI mas iqbal.. coba telusuri lebih jauh lagi sebelum berbicara. itu aja saran gw. Cari temen2 yang berbeda pola pikir dan pandangan biar pemikiran loe ga sempit.

    Salam.

    Reply
  13. sorry bukan maksud nulis kayak gitu cuman saran aja.

    anyway lo juga bagus kok naroh opini disini ya minimal ga salahkaprah terus-terusan.

    Masalah Ekstension, kelas khusus, ngisi ruang dst ya mau nggak mau ya. kalau krminologi kan juga dapat subsidi dari situ. Kalo ngga biaya bakal gede banget mas.

    Coba cari temen2 yg ngerti masalah bisnis utk diskusi lebih jauh tentang kebijakan ini. UI bukan punya pemerintah lagi, memang pengelolaan udah kayak swasta. lebih mahal malah dari PTS. Sebab ada faktor brand. nah, coba deh dipikirkan solusi bagaimana mencari uangnya UI kalau bukan itu. trus ajuin deh ke unit ventura nya UI kalo ga salah masih digawangi rekan2 dari FE. Tar kabar2in ya kalau udah ada solusinya.

    DOnt judge book by its cover.

    Salam.

    Reply
  14. Bwt crliquid (bikin id yang normal aja napa susah nulisnya hehe)

    Boleh aja sih UI di bawah Malay sama Singapore loe ga bangga. Dan rasa nggak bangga itu akan tetap ada, selama kita masih berjuang cari beasiswa ke Singapore n Malay hehe.. ini sudut pandang gw ya..

    ntar lo bangga ama UI kalau orang Singapur ama Malay yang cari BEASISWA KE UI.

    Pertanyaannya, loe ditawarin masuk Singapur ama Malay buat kul mau nggak? Kalau masih mau, ya tetep aja mereka pasti diatas kita. Soalnya kalau ditanya, lo pasti jawab apa ? KUALITAS mereka lebih baik. Jadi memang introspeksi aja dulu

    Salam.

    Reply
  15. oh kamu tu iqbal ya sorry ga cek dulu. ya sutralah.. ngga usah terlalu serius hihi gw ngeliat user iqbal ini pasti deh mukanya serius , tegang, berapi-api membara hehe..

    nyantei men..

    salam ~peace love en gaul deh

    Reply
  16. iya betul…
    biasa aja kale malay n singapur lebih jago. baik masyarakat or pemerintahnya lebih dardik alias sadar pendidikan. so mereka mw ngorbanin duit buat memajukan pendidikannya. have u? uang kul dinaikin dikit aja udah protes amepe turun2 ke jalan. tau ga akibatnya apa? almamater kita di cap sebagai universitas bagi orang berduit!! itukan salah besar.

    be wise lah man!! this is life. this is indonesia. butuh duit untuk semua itu. kita tidak sedang kelebihan duit sehingga semua difokuskan bagi pendidikan saja. masih ada masalah lain, kesehatan, hukum, pemberantasan korupsi, sosial, umkm, pertahanan dan keamanan, dll.

    bukan cuma di indonesia kok pendidikan mahal, tapi hampir di semua negara. apalagi subsidi kita udah kurang dari pemerintah, so wajar klo pejabat universitas putar otak buat cari duit. coba kasi tau negara mana yang kondisi ekonominya kayak indonesia n ngasi pendidikan gratis?? jangan liat jerman sayang. liat negara yg sepantaran dengan kita. Vietnam? oklah, lo boleh bilang Vietnam, even tingkat ekonomi mereka masih sedikit jauh lebih baik dari kita. tp liat sistem mereka, sitem sosialis, ga ada yg boleh kelewat kaya, n ga ada yg boleh kelewat miskin, semua harus rata n semua adalah kekayaan negara (ini bahasa simplenya ya bo). pengenkah dirimu indonesia melakukan hal yang sama?? kw sudah cape2 kerja, banting stir, sekolah di universitas ternama, lulusan postgraduate luar negeri, tapi dirimu hanya dibayar 3jt/bln buat alasan kemajuan negara? damned for that!! lo pasti ga mau. klo mau, yasudah, pindah saja ke Vietnam sana. hehehe….

    pizz n luv:))

    Reply
  17. @ MISKIN BERANJAK KAYA
    kyannya rajin jga lw OL, Ok! Ini negara demokratis siapa ja boleh mengkritik.. tp jk lw berpadnangan bahwa biasanya orang yang mengktik tdk bisa mempertanggungjawabkan kata2nya. LW minta, gw mempertanggungjawabkannya dengan apa?

    Terkadang menjadi orang yg mengkritik akan dilema ketika dia menjadi posisi yg dlu dia kritik, namun kalo lw mengeneralisir semua aktifis or apapun namanya semua sama, LW SALAH BESAR!! Banyak orang yg masih konsisten dlm perjuangannya, tp kan yg lw tau cm yang ada di media>>>

    Reply
  18. Tapi ya, ini forum diskusi!! jadi bebas lw berpendapat kaya apa, diluar ini, ya

    Emang ga da apa-apa…..

    Kita berjalan sesuai dengan nilai yg didiri kita msng2!!

    Reply
  19. Wah, ada yang menyinggung masalah pertanggung jawaban nih…
    menurut gw, menulis id sesuai dengan yg aslinya adalah suatu langkah berani sebagai orang yang bertanggung jawab. Iqbal, gw salut jg sm lu. Walaupun lu tau tulisan lu akan mendatangkan banyak kritikan. Tapi lu berani menunjukkan identitas lu yg sbenarnya.

    Tapi masih banyak yang takut2… hehe.. mereka itu penyakit dalam diskusi. si pemegang, identitas palsu. Banyak nama. Sama kayak Amrozi dkk. hahaha…

    Yg perlu diingat, ini forum diskusi terbuka yang hangat. jadi siapapun boleh menggonggong. asal dengan id asli.

    Miskin beranjak kaya??? nick name lu sp?? Miskin??? hehe bcanda.
    Buat gofar, salam kenal. Mnurut gw tman2 yang turun ke jalan itu melakukan pencerdasan publik tentang realita yang ada. Memang begitu adanya, kenapa harus ditutupi. Apa kita cuma tinggal diam sementara keadaannya berbeda?? sama saja dengan pembohong!!!

    Salam.
    Haris

    Reply
  20. Ga cuma itu saudari saudara..
    Bukti lain dari UI yang kapitalis adalah…
    jreng jreng..

    mata kuliah- mata kuliah di UI pun mencerminkan hal tersebut…
    buktinya…
    di FH saja misalnya
    mata kuliah mengenai sosiologi hukum, antropologi hukum..
    sudah jarang kan??
    atau sudah tidak ada??
    belom lagi di FISIP..
    huff..

    UI
    UI…

    Reply
  21. Waw..baru beberapa bulan masuk UI ternyata banyak 1001 keburukan yang tampaknya “ditutup-tutupi”…

    UI emang miniaturnya Indonesia..banyak jeleknya juga. Dipandang dari luar mungkin ada yg takjub tapi begitu ke dalem…langsung no comment pasti..semua bayangan hancur lebur.

    Hehehe..lam kenal all!!

    Reply

Leave a Comment