Serial Gerakan Mahasiswa (Artikel 1): Penjelasan Sederhana tentang Kemenangan Imad-Choky

Pemira IKM UI 2009 telah usai. Dan hasil Pemira telah menempatkan  saudara Imad-Choky sebagai Ketua dan Wakil Ketua BEM UI 2010 mengalahkan lawannya pasangan Farid-Tino.Hasil yang sangat mengejutkan. Kenapa?Karena pasangan Imad-Choky telah mematahkan belenggu mitos sejarah 15 tahun berkuasanya rezim gerakan ‘tarbiyah’ di kampus UI. Bagi saya, hasil ini bisa diinterpretasikan menjadi tiga makna.

Pertama, publik UI menginginkan perubahan dari kondisi yang sudah ‘jumud’ selama ini sehingga memicu wacana dan isu ‘pilihan alternatif’ atau pilihan asal bukan dari ‘tarbiyah’. Kedua, kegagalan dari ‘tarbiyah’ dalam memenuhi ekspektasi publik UI dalam mengemban amanahnya di lembaga publik. Ketiga, gabungan dari kedua sebelumnya ditambah ‘kecerdasan’ strategi marketing kampanye tim Imad-Choky.

Dari tiga pemaknaan itu, saya cenderung ke pemaknaan yang ketiga. Kenapa begitu? Pertama,  ‘orang baru’ dengan ‘tema baru’  akan lebih memberikan passion kepada publik dalam menentukan pilihannya.’Tarbiyah’ selama 15 tahun terakhir telah membentuk image dan positioning BEM UI yang cenderung exclusive, segmented dan homogen. Sehingga ketika ada calon lain yang maju dengan oposisi biner, akan menjadi tantangan tersulit buat anak-anak ‘tarbiyah’. Tapi alasan ini masih belum kuat, karena tertolak dengan fakta kekalahan lawan-lawan politik  ‘tarbiyah’ selama ini. Alasan pertama akan kuat jika memang performa kader-kader ‘tarbiyah’ di lembaga publik seperti BEM UI ternyata under-performance dan tidak memenuhi ekspektasi publik.

Jika memang demikian, apa bisa disimpulkan bahwa performa kader-kader ‘tarbiyah’ under-performance? Saya jawab: iya. Kenapa saya jawab iya? Sederhana saja. Coba Anda lihat siapa orang-orang berpengaruh dibelakang Imad. Siapa yang menjadi agitator, stimulator atas kemajuan Imad? Mereka tidak lain dan tidak bukan adalah mantan ‘aktivis-aktivis’  dan ‘pimpinan’ gerakan ‘tarbiyah’ yang juga kecewa atas performa kader-kader ‘tarbiyah’.

Mereka adalah para BPH dan orang-orang lingkar terdekat yang melihat detik demi detik kinerja para kader ‘tarbiyah’ itu memimpin lembaga publik. Jika orang ‘dalam’ dan ‘terdekat’ saja kecewa, bagaimana dengan orang ‘luar’ dan ‘ terjauh’ yang hanya mendengar berita-berita miring dari sumber yang tidak jelas? Penjelasan saya ini memang terlalu simpilstis dan sangat experimental-thinking. Saya tidak melakukan penelitian yang empirik disini. Tapi, menurut saya penjelasan ini cukup bisa dipertanggungjawabkan secara logis.

Tapi dua alasan itu tidak akan bisa menjelaskan kemenangan Imad-Choky jika ternyata strategi marketing Imad-Choky tidak bagus dan straight-knocking terhadap Farid-Tino. Pesan tagline kampanye Imad-Chocky ‘Progressive-Inclusive’ sangat tepat dan mengena sasaran baik ke benak publik maupun ke lawan. Tagline ini memenuhi dua sasaran sekaligus. Pertama, keinginan dan ekpektasi publik akan orang baru yang ‘Beda!’ dari sebelum-sebelumnya. Kedua, diferensiasi terhadap positioning lawan yang memiliki positioning publik sebagai ‘incumbent-exclusive’. Dan satu hal lagi yang genial: hyper-marketing sosok pribadi Choky yang sukses menguasai heart-share dari women-market, yang mana ini tidak dilakukan (padahal bisa direkayasa, ed) oleh tim Farid-Tino.

Terlepas dari penjelasan ini semua, saya pikir anak-anak ‘tarbiyah’ haruslah berlapang dada dan belajar dengan kekalahan ini jika ingin tetap ‘berkuasa’. Gerakan ini tidak boleh terjebak dalam paradigma ‘the enemey is out of there’. Sebuah paradigma yang menyebabkan sikap BEJ (Blame, Excuse and Justify). Akan lebih bagus jika momen kekalahan ini menjadi tipping point perbaikan secara menyeluruh dari sistem, kultur, paradigmatik, sikap, filosofis dan praxis gerakan ini. Momen ini juga bisa menjadi refleksi: Sudahkah gerakan ini memiliki tempat  di ‘hati’ publik UI’? Atau yang lebih sederhana lagi: sudahkah gerakan ini mampu memenuhi ekspektasi para kader dan simpatisannya?Jika belum, maka ini akan menjadi PR besar gerakan ini.

Bagi Imad-Choky, kemenangan Pemira IKM ini, justru menjadi tantangan yang sangat berat. Mereka harus mampu memenuhi besarnya ekspektasi publik kepada mereka. Jika seandainya mereka gagal dalam memenuhi ekspektasi tersebut, maka mereka akan mendapatkan ‘hukuman’ moral yang berat dari publik,  lawan dan bahkan kawan mereka sendiri. Jika memang nantinya ternyata performa Imad-Choky justru jauh lebih jelek dari rezim sebelumnya, tidak menutup kemungkinan manuver politik kampus yang lebih ekstrem akan terjadi. Wallahu A’lam Bishowab.

( bersambung ke artikel 2).

Muhammad Kholid (send email : kholid.harvard[at]gmail.com)

Pendiri  Komunitas Pemimpin Muda Indonesia (KPMI)

29 thoughts on “Serial Gerakan Mahasiswa (Artikel 1): Penjelasan Sederhana tentang Kemenangan Imad-Choky”

  1. yaelah, ngomongin tarbiyah muluuu… kesannya kayak apaan tau itu tarbiyah.. abis ini ada orang tarbiyah yang ngomongin non-tarbiyah ga ye? cape deeh..

    coba bung kholid jabarkan, 15 kepengurusan bem sebelumnya darimana asal-usul tarbiyahnya? apakah ada di artikel kedua? saya tunggu..

    Reply
  2. Kalo ini kaskus pasti udah hot trit 🙂

    Artikel nya bagus, analisanya pake teori. Mantap dah!

    Saya jadi tahu seluk beluk ketua BEM yang baru ini, meski bukan pilihan saya……tapi siapapun ketua BEM yang terpilih pasti yang terbaik kan

    Keep Posting

    nb: artikelnya terlalu berkelas utk sekedar di post ke web, coba sesekali nulis di koran atau majalah 🙂

    Reply
  3. Tlng dianalisa jg hub dg perubhn pltk di tngkat nas, dimana PKS bag dr pnguasa/makin pragmatis jg&lupakan pngkaderan. Byngkan ketika org rame2 dkng KPK, justru Fahri Hamzah (Waka Kom 3 DPR dr PKS) malah dkng Polri.

    Reply
  4. walopun mgk ga berarti, gw pengen ngasi dukungan ke artikel ini. gw termasuk yg udah males mikirin bem ui, tp ngeliat pasangan ktua baru ini, ada sdikit harapan biar gw bs ngerasain cita rasa baru dr bem ui. dan memang yg gw mksd ya bner2 baru.

    Reply
  5. sebenarnya artikel ini sudah saya tunggu, dan akhirnya ada yang menuliskan dengan baik meski tidak menutup kemungkinan ada beberapa kesalahan dalam data atau statment yang disampaikan.

    Reply
  6. Pertama idom kata “tarbiyah” menurut saya kurang tepat, karena kata “tarbiyah” (yang makna umumnya adalah pendidikan) merupakan image atau gambaran bagi teman2 yang sudah holaqoh atau mentoring (mental kotor disaring), setahu saya imad merupakan orang tarbiyah (ikut holaqoh -red) tetapi ia berbeda jalur atau tidak masuk jalur ADK (aktivis dakwah kampus). Ya.. lebih elegan jika kata “tarbiyah” di ubah dengan kata “ADK”. Saya seorang tarbiyah tapi bukan ADK, istilah gampangnya beda jalur (saya dan teman2 mengistilahkan spt itu).

    Awalnya saya menganggap bahwa setiap pemira pasti akan dimenangkan oleh ADK, karena hanya ADK yang mempunyai system dan kader yang loyalis serta militan(katanya begitu). Saya kadang heran melihat teman saya di IPB yang seorang ADKS (di IPB menyebut ADK dengan ADKS), sanagat sibuk pada pemira padahal mereka tau bahwa kemenangan kemungkinan sudah di tangan, begitupun di UI. Dan ternyata kejutan memang terjadi.

    Menurut Ust. Annis bahwa kompetisi politik dapat dimenangkan asalkan terdapat 3 faktor: Adanya ide besar , adanya Tokoh besar, dan adanya modal besar.
    Imad-choky memiliki 3 faktor tsb.

    Kita coba analisa secara kuantitatif: ide besar yang mereka yaitu Progresif-inklusif merupakan jawaban atas “bosannya” gaya kepemimpinan BEM UI selama ini. Yang ternyata mendapat respon sangat baik dari pasar (pemilih). Klo di analisa lebih dalam bukan karena dipegang oleh rezim Tarbiyah, karena pada dasarnya tarbiyah itu sangat2 baik (buktinya Nabi Nuhammad mengunakan Metode tarbiyah sehingga beliau mampu menguasai 2/3 dunia), bukan juga karena rezim tarbiyah berafiliasi pada patai tertentu (bilang aja PKS, kenapa pake ditutupin). Apa yang salah jika berafiliasai pada partai tertentu ketika dirasa itu semua baik, tapi klo-pun tidak baik maka tingkat kritisasi di sini perlu di perbaiki. Lalu apa yang salah dari “ADK”….. yang salah adalah image dan stigma yang berkembang dikalangan non-tarbiyah/orang kiri (diluar yang mengerti tarbiyah), bahwa ADK itu eksklusif/ashobiyah (mementingkan golongan),.., stigma itu yang sebenarnya sangat kuat dan seolah-olah membuat gap(jurang pemisah) antara 2 kelompok tsb. Walaupun pada kenyataannya tidak seperti itu banyak juga anak Musholla yang Gaol2 getoch… sementara ide yang dibawa farid-tino transformasi tidak laku dipasaran, seharusnya bisa membuat ide yang bisa mengkonter ide yang sebenarnya suadah muncul terlebi dulu. Seharusnya belajar dari PKS yang mencoba mengubah stigma menjadi partai tengah dengan berbagai macam golongan dan warna.

    Adanya tokoh besar. Imad-choky, seorang yang sudah lama berkecimpung di dunia BEM (walopun saya baru tau pas pemira). Secara kepopuleran memang tidak terlalu popular bgt, tapi disini imad-choky member komposisi yang pas, dimana imad yg backgrounnya PPSDMS (ayahnya rector IPB katanya?) bisa menjaring market dari kalangan “ADK” yang kuciwa dengan system yg ada. Sementara Choky yang anak ukor-basket dapat menjaring pasar diluar jangkauan imad. Berbeda dengan pasangan ADK yang dipilih oleh MS (majelis Syuro UI, kayaknya saya kenal orangnya), farid-tino di pilih tentu tidak dengan asal namun ada yang mungkin terlupa, penting bagi saya (dan sebagian orang tentunya) mengetahui bagaimana proses seleksi yang dilakukan oleh MS. Karena berkaca pada tetangga, IPB punya cara yang unik, elegan, dan cantik dalam menjaring bakal calon ketua BEMnya. Ketika sudah muncul isu gerakan ABT (asal bukan tarbiyah), mestinya MS bermain cantik dalam penjaringan tokoh yang ada. Saya makin kaget ketika mengetahui bahwa farid adalah mantan ketua FSI, yang kurang popular di kalangan mahasiswa fisip.
    Untuk analisa dana memang tidak terlalu signifikan membahas permasalahan ini karena konteksnya adalah pemilihan ketua BEM ui yang secara keuntungan gak terlalu signifikan. Walaupun ada yang mengatakan bahwa ada calon titipan yang dibiayai oleh oknum tertentu. (wah klo itu belum punya data yang kuat so…. bIarkan aja)

    Mohon map klo ada salah ye,,,,

    Reply
  7. @ D.S. Nugrogo
    Benar, kita semua sangat kecewa dengan PKS ini.. Terasa kian pragmatis dan mementingkan kekuasaan.. Lihat saja bagaimana Bpk Tif Sembiring yg berinisiatif mengajukan RPP Penyadapan dan didukung oleh anggota DPR dari PKS lainnya, huft..

    Mengenai Imad-Choky, selamat deh!
    LANJUTKAN!!!

    Reply
  8. tarbiyah kalah tapi yang menang juga gw rasa ga murni non tarbiyah secara imad kan anak ppsdms gitu loh yang mana merupakan kaderisasi PKS

    Reply
  9. @bang kholid
    wew..keren analisisnya.

    @kerenz
    oke juga responnya, tapi tolong dong..identitasnya jangan disamarkan.. jadi kesannya ga bertnaggungjawab. tengkyu^^

    Reply
  10. memang salah yah dengan tarbiyah? rasulullah juga mengajarkan tarbiyah kepada ummatnya. rasulullah yang menjadi prototype dari sebuah perubahan besar. mengubah dari zaman kebodohan menjadi lebih baik.

    tulisan yang kholid buat terkesan menitik beratkan ‘tarbiyah’ menjadi masalah yang membelnggu.

    Reply
  11. wah dari artikelnya sepertinya sudah bisa di tebak bakal di bawa kemana si pembaca(haha so tahu ney) sehingga di giring kedalam sebuah pemikiran yg fundamentalis dan konteks pencitraan yg terimplementasikan(BEM skrang sama sprti pemerintahan skrang -> pencitraan),khan lagi zamannya pencitraan tuh sekarang hehehe.. Artikel di atas terlalu mengucilkan orang-orang “tarbiyah”(karena kita semua adalah orang tarbiyah(berpendidikan)),termasuk anda sendiri. So, tarbiyah memang bukanlah segalanya tp tarbiyah bisa merubah segalanya…jadi mohon harap berhati-hati dengan kata tarbiyah itu sendiri. peace 😀

    Satu hal lagi, saya pendukung imad-choky dan saya sudah mulai merasakan ketidaknyamanan)(padahal baru brp minggu hihihi), berbeda sekali sewaktu tarbiyah berkuasa, semuanya merasa di berlakukan sama haknya, termasuk kami kaum “minoritas”..

    Utk Imad-Choky, jangan lupa kulitnya yah, anda berdua menang karena kami!

    Note: utk penulis, tolong tuliskan kegagalan apa yg di capai oleh tarbiyah selama ini?jangan cuma “saya denger dari si “A” dari si “B” ” yah itu mah sama aja kayak gosip, tolong di buktikan! dan juga satu lagi kemenangan yg imad-choky dapat bukan dari kecerdasan strategi tim marketing tp jujur dari pencitraan jadi jgn bangga dengan kemenangan sprti itu karena kemenangan abadi adalah kemenangan hati kita semua 😀

    Tuhan memberkati..

    Reply
  12. @wahyu… klo dibilang analisanya kerenz saya berterimakasih. tapi menurut saya nama-nya analisa pendekatanya relatip.

    @indah gilang.
    mohon maaf jika dirasa saya menyamarkan diri, apa lagi dikesankan tidak bertanggung jawab. inisial tersebut merupakan nama belakang saya. sepertinya semua teman saya mengetahui itu….

    Reply
  13. “Mereka tidak lain dan tidak bukan adalah mantan ‘aktivis-aktivis’ dan ‘pimpinan’ gerakan ‘tarbiyah’ yang juga kecewa atas performa kader-kader ‘tarbiyah’.”

    sebenarnya tidak ada kecewa dalam hal tarbiyah dan memang ga perlu kecewa karena apa?karena mereka-mereka yg kecewa itu terlalu berharap kepada manusia seharusnya mereka berharap kepada Tuhan bukan kepada manusia. Itulah jadinya jika mereka-mereka yg kecewa itu mengejar kekuasaan dan mengenyampingkan tarbiyah, “Jangan sampai nanti orang-orang tarbiyah di benci hanya karena mereka berorientasi kepada kekuasaan maka mereka harus kembali kepada kancah tempat mereka di bangun”, dan itulah yg terjadi kepada mereka yg kecewa tersebut..lebih memilih kekuasaan dr pada tarbiyah itu sendiri, wallahu alam bi showab.

    Reply
  14. Benar apa yang dikatakan saudara Muhammad Miqdad dan saudara Alex. Tulisan ini terlalu mensisikirikan ‘tarbiyah’ dan seolah mengkampanyekan gerakan anti tarbiyah. saya dapat mengatakan tulisan ini dibuat dengan emosi terlihat jelas pengulangan istilah.

    Reply
  15. Maukah anda tahu produk tarbiyah itu seperti apa?

    Seluruh mentri, anggota DPR, anggota MPR dan bagian sistem pemerintahan yang dipegang oleh orang tarbiyah tidak satupun ada melakukan tindakan KKN!

    track record yg belum dimiliki oleh yang lain!

    Coba buktikan sendiri!

    Reply
  16. produk tarbiyah : contohnya mengatur tata cara orang berpakaian, mau mengkerdilkan KPK dengan RUU penyadapan. Tidak ada yang bervalue tinggi. Tidak ada yg berpikir ttg martabat/ekonomi bangsa/minerba.

    Reply
  17. @ irama melodi & Abdul Haifzh

    berbicara produk Tarbiyah jgn hanya dipersempit seperti itu…….
    contoh real, dan paling jelas dari produk tarbiyah yaitu sahabat Nabi Muhammad saw.
    1. Abu Bakar….. bangsawan terkaya pada zamannya yg merelakan “seluruh” harta kekayaan untuk kepentingan umat.
    2. Umar,,,,, pemimipin(“presiden”) yang bajunya ada tambelan 16. tidurnya hanya beralaskan pelepah kurma. saat di tunjuk menjadi “presiden” malah kabur dan menangis….
    3. Usman….. kelembutan dan kearifan dari pemimpin tulen.
    4. Ali…. pemuda gagah luar biasa, pd umur 9 tahun bersedia ikut perang…
    5. umar bin Abdul aziz,..,., “presiden” termasuk orang miskin “mustahik”
    6. Salman Al-farishi, Abu darda, Khalid bin walid,
    sholahudin al Ayubi,..,.,.
    dan masih banyak lagi Produk Tarbiyah yang jelas dan real…
    klo yg di sebutkan diatas itu tergambarkan bahwa Produk PKS dan sedikit salah dalam memposisikan “tarbiyah” bahkan cendrung mengkerdilkan dari mkna sesungguhnya

    Reply
  18. Hmm…
    pada serius banget yah ngomongin bem..ckckck..
    entah ya, tapi abis baca tulisan kholid (dan tulisan2 lain sejenis), gw jadi berpikir: apakah memang segitu “pentingnya” atau “berkuasanya” bem ui atau ketua bem ui..sampe masalah beginian sebegitu diributinnya..

    kayaknya yang ada cuma kepentingan..dan gak ada ketulusan..

    Reply
  19. @justme: menurut gw wajar aja, inilah kampus, dan inilah seharusnya kehidupan BEM, UI pula. dinamikanya sedemikian menarik untuk dianalisis, dan gw pikir bang kholid membungkusnya dalam satu bacaan yang cukup ‘menantang’ sudut pandang

    Reply
  20. baru baca beberapa bulan kemudian.. –;
    dan terus terang merasa agak terganggu dengan artikel ini.

    setuju dengan abang kerenz, pemilihan kata “tarbiyah” kurang tepat, ganti saja dengan “ADK”

    ada apa sih? orang awam akan membaca seolah-olah tarbiyah adalah gerakan yang menyeramkan dengan segala tuduhan seperti komentar diatas. Padahal yang menyeramkan itu gerakan ADKnya, bukan tarbiyahnya.

    Yang menjadi penggerak Farid-Tino adalah “tarbiyah”? Bukan. Tapi “ADK”.

    Apakah ADK itu tarbiyah? Mungkin.
    Apakah tarbiyah itu pasti ADK? phuihh!

    ~tertanda, orang tarbiyah non ADK.

    Reply

Leave a Comment