SGRC UI (Support Group and Resource Center on Sexuality Studies) Ada untuk Apa?

Gemas sekali lihat banyak berita yang miring-miring soal UI baru-baru ini. Salah satunya mengenai kelompok bernama SGRC UI (Support Group and Resource Center on Sexuality Studies) yang digojang-ganjingkan hanya karena sebuah poster yang berisi LGBT Peer Support Network yang digagas oleh SGRC UI dan Melela.org. Berita mengenai SGRC ini secara langsung menjelekan nama universitas karena berita yang diangkat di media miring semua. Mungkin yang bikin berita juga sama miringnya.

Sebetulnya SGRC sudah berdiri sejak 2014 dan sejauh ini baru sekali punya masalah—atau tepatnya dipermasalahkan. Mari simak dulu siapa SGRC dan bagaimana bentuknya?

SGRC UI merupakan organisasi mahasiswa—bukan UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa), BO (Badan Otonom), atau BSO (Badan Semi Otonom), yang bergerak di bidang pengkajian mengenai permasalahan gender dan seksualitas. Sebagai sebuah organisasi, SGRC mempunyai struktur yang jelas dan timeline kegiatan yang terencana. Meskipun begitu, SGRC tidak menyatakan dirinya sebagai UKM dan memang tidak berencana menjadi UKM.

Nah, salah satu kegiatan yang dilakukan SGRC UI adalah sebuah kajian mengenai LGBT (Lesbi, Gay, Biseksual, dan Transgender) yang dikemas dalam sebuah LGBT Peer Support Network dan bekerjasama dengan Melela.org. Kegiatan ini dilakukan agar teman-teman dapat mengetahui mengenai LGBT itu sendiri dan menjadi konselor untuk menjawab dan menjadi teman curhat bagi individu yang sedang melewati masa sulit.

Kegiatan serupa sebetulnya sudah banyak dilakukan oleh lembaga atau organisasi manapun. Dan coba lihat apa yang terjadi ketika setiap orang memahami mengenai konsep LGBT itu sendiri? Tentu saja setiap orang akan melihat LGBT secara cerdas. Selain itu, untuk mereka yang dianggap memiliki penyakit seksual, dengan adanya jasa konselor maka rasa tertekan karena preferensi seksual yang berbeda akan sedikit berkurang. Apakah itu sesuatu yang buruk?

Tetapi berita tidak mengenakan datang dari berbagai media. Justru media yang meliput tentang ini notabennya media-media di luar kampus atau media swasta. Tapi, rata-rata media menyikapi poster dan kegiatan ini dengan sangat salah. Mungkin karena tertulis ‘LGBT’maka semua orang—yang belum paham, kaget. LGBT di lingkungan kampus, SGRC UI membuka layanan kencan bagi LGBT, SGRC UI mendoktrin individu untuk menjadi LGBT, dan berita serupa tersebar di banyak media. Tanyakan lagi pada media tersebut, mengapa kok bisa-bisanya mengambil persepsi seperti itu? Dan justru karena berita ngawur inilah nama UI jadi tercemar.

Dalam tulisan ini, penulis ingin membenarkan persepsi media yang ngawur dan pembaca yang terlanjur sudah percaya dengan tulisan di media-media.

Tulisan ini didasarkan pada pengetahuan penulis mengenai SGRC UI yang dapat diakses melalui blog serta akun media sosial resmi SGRC UI dan beberapa media online.

Pertama, LGBT Peer Support Network bukanlah ajang kencan atau mendoktrin individu untuk jadi LGBT. Salah satu kutipan dari berita menyebutkan, “.. dalam poster tersebut tertulis jika mahasiswa dari Universitas Indonesia (UI) menawarkan jasa konseling untuk kaum lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT).” Berita tersebut diberi judul “Konseling Homo dan Lesbian Mahasiswa UI Hebohkan Media Sosial” jelas aja dilihat dari judulnya semua orang yang baca langsung melotot.

Itu sangat salah. SGRC UI memang mebuka jasa sebagai konselor, tetapi tujuannya bukan itu. Konseling yang dilakukan akan menerangkan isu-isu seksual secara ilmiah, sama sekali tidak ada unsur mengajak atau mendoktrin. Dan pihak SGRC UI meyakini bahwa seksualitas merupakan hak indiviu. Lihatlah secara objektif, LGBT itu memang ada tetapi bagaimana orang yang mengalami LGBT dan orang-orang di sekelilingnya bisa memahmi konsep dan LGBT itu sendiri.

Kegiatan SGRC UI memang menyangkut pada gender dan seksualitas secara luas. Namun, topik yang diangkat juga berpegang pada isu-isu dan sumber yang terpercaya. Bisa dilihat pada blog resmi SGRC UI, postingan terakhir mereka menjelaskan pernyataan pers mengenai berita-berita yang tersebar di masyarakat, tetapi postingan sebelumnya berisi tentang artikel-artikel yang berkenaan dengan gender dan seksualitas. Perlu diketahui, gender dan seksualitas itu berkenaan dengan feminisme, hak tubuh, patriarki, gerakan pria, buruh dan wanita, kesehatan reproduktif, serta isu-isu lainnya. Karena itu, jika SGRC hanya dilihat dari segi LGBT saja maka hal itu sangat mengecilkan kegiatan yang dilakukan SGRC UI.

Kedua, mengenai logo UI yang tertera di poster dan embel-embel nama UI. Selama SGRC UI berdiri, tidak ada masalah antara SGRC UI dengan pihak Universitas. Maksudnya, meskipun pakai nama UI, semuanya baik-baik aja. Setelah adanya berita ini, maka pihak Humas UI menerangkan SGRC bukan bagian resmi dari UI. “Dengan tegas UI menyatakan SGRC tidak berhak menggunakan nama dan logo UI pada segala bentuk aktivitasnya,” Ya, jelas saja pihak Humas mengklaim begitu karena SGRC UI tidak pernah mendaftar sebagai UKM resmi tingkat UI atau Fakultas. Sehingga saat dikonfirmasi oleh media mengenai kegiatan SGRC UI, maka pihak Humas menjawab demikian.

Embel-embel nama UI di belakang nama SGRC berlandasan cakupan kegiatan ini diisi oleh mahasiswa UI sendiri. Mulai dari struktur, pengurus, dan anggota, semuanya berasal dari lingkungan UI.

Teman-teman, tentu berita di media tidak sepenuhnya benar. Terkadang informasi yang dilihat atau diterima dimuntahkan begitu saja sesuai dengan persfektif per orangan yang tidak mencari tahu lebih jauh. Mirisnya, berita-berita tersebut terlanjur tersebar sampai ranah masyarakat luas. Broadcast massege di akun media sosial khususnya, tersebar dengan cepat tanpa merincikan terlebih dahulu apa saja yang terjadi sebetulnya.

 

Leave a Comment