Mendekati Buka Puasa, Pintu Kukel Macet

Mendekati jam berbuka puasa, arus sepeda motor keluar dari UI melewati pintu pagar kuning Kukusan Kelurahan (Kukel) terlihat sangat padat. Seperti terlihat pada gambar yang diambil pada hari pertama puasa, Kamis 13 September 2007 setelah … Baca Selengkapnya

Serba-Serbi Ramadhan Bagi Anak UI Yang Ngekost

Halo teman-teman UI. Wah tidak terasa saat ini sudah memasuki bulan Ramadhan. Siapa yang kangen sama bulan Ramadhan? Pastinya banyak dong yang kangen sama bulan penuh rahmat ini. Sebelumnya mau ngucapin, Selamat Menunaikan Ibadah Puasa di Bulan Ramadhan ini bagi yang menjalankannya. Tetap semangat dan selalu jaga kesehatan di tengah pandemi ini dalam menunaikan ibadah puasanya.

Masih pada full kan? Iya dong harus biar tambah berkah hidupnya. Nah ngomong-ngomong tentang bulan Ramadhan. Pastinya banyak serba-serbi yang identik tentang bulan Ramadhan ini. Mulai dari sahur, nyari takjil, tarawih, dan lain-lain. Walaupun saat ini sedang ada pandemi covid-19 yang membuat segala aktivitas ibadah harus #dirumahaja seperti tarawih, tapi jangan sampai menurunkan semangat kalian untuk tetap beribadah di bulan Ramadhan ini yak.

Sumber: liputan6.com

Tetap harus beribadah seperti tahun-tahun sebelumnya kalau bisa lebih rajin lagi karena melakukannya #dirumahaja dan bersama keluarga tercinta. Tetapi, ada nih teman-teman yang tidak bisa berpuasa bareng keluarga di rumah karena tidak bisa mudik. Semoga teman-teman selalu dikuatkan dalam menjalani ibadah puasanya.

Oh iya tentang serba-serbi Ramadhan, pastinya seru banget untuk dibahas. Apalagi buat kalian para anak UI yang ngerasain puasa di kampus. Pasti banyak pengalaman yang kalian lakukan selama menjalani ibadah puasa di kampus. Bagi kalian anak UI mungkin tulisan ini akan menjadi pengobat rindu kalian rasanya puasa di kampus, terutama untuk anak-anak UI yang ngekost. Serba-serbi Ramadhan ini mungkin sudah rutin kalian lakukan selama bulan Ramadhan.

1. Tipe-Tipe Sahur

Sumber: qazwa.id

Mungkin bagi kalian para anak UI yang ngekost dan tidak bisa pulang ke rumah selama Ramadhan karena masih harus kuliah pernah mengalami kondisi-kondisi sahur seperti ini.

  • Pertama ada tipe sahur normal. Tidur sebelum sahur, kemudian bangun sekitar jam 3 atau setengah 4 kemudian mencari makan sahur, setelah itu sahur seperti biasa hingga imsak.
  • Kedua ada yang begadang semalaman hingga waktu sahur tiba kemudian baru tidur setelahnya. Hal ini dilakukan karena takut kesiangan dan tidak bangun sahur. Memang kondisi di kost terkadang membuat mahasiswa susah untuk bangun sahur karena tidak ada orang tua yang membantu untuk bangun. Sebenarnya bisa saja dengan memasang alarm atau minta bantuan teman, hanya saja kalau sudah terlalu pelor bakal susah nih. Nah tapi ada untungnya juga begadang semalaman hingga waktu sahur tiba. Kegiatan begadang tersebut bisa dimanfaatkan untuk mengerjakan tugas bersama teman atau belajar bareng. Jadi tidak terlalu sia-sia begadangnya.
  • Tipe sahur yang ketiga yaitu makan dahulu sebelum tidur sahur untuk mengantisipasi kesiangan sahur. Tipe sahur ini biasanya dilakukan mahasiswa yang suka pesimis bisa bangun sahur tepat waktu atau malah bablas tidak sahur. Maka dari itu, mereka mengakali dengan makan terlebih dahulu sebelum tidur, jadi walaupun besoknya tidak sahur itu bukan menjadi masalah.
  • Tipe terakhir adalah tidak sahur. Ya sebagian mahasiswa mungkin memutuskan untuk tidak sahur bukan karena keinginannya tapi keadaan. Entah itu karena terlalu capek hingga tidak bangun sahur, atau bisa juga karena malas mencari makan sahur akhirnya memutuskan untuk tidak sahur. Meskipun begitu puasanya harus tetap jalan yak.

BACA JUGA: Ini Dia Masakan yang Bisa Kamu Buat di Kosan untuk Sahur dan Berbuka!

2. Berburu Takjil Gratis

Sumber: alinea.id

Anak kost suka sekali dengan yang namanya gratisan, apalagi kalau yang gratis tersebut berhubungan dengan makan.

Nah biasanya di bulan Ramadhan banyak masjid atau musholla yang menyediakan takjil gratis. Sehingga perburuan untuk mencari takjil gratis dari satu masjid ke masjid yang lain menjadi suatu kegiatan wajib bagi anak UI, terutama yang ngekost. Hal ini juga berguna untuk menahan pengeluaran selama Ramadhan.

Kalau ada yang gratis kenapa tidak?

Ya kan? Biasanya mahasiswa akan berburu di masjid atau musholla dekat kampus ataupun kostan mereka. Dengan bermodal keberanian dan jiwa petarung, biasanya mereka akan stand by di waktu-waktu mendekati adzan Maghrib. Ya dong adzan maghrib masa adzan Ashar.

Bagi yang baru selesai kelas akan buru-buru untuk segera menuju masjid atau musholla yang menyediakan takjil gratis. Bersama teman, berburu takjil gratis akan terasa lebih menyenangkan. Kutek menjadi daerah yang paling tepat untuk berburu takjil gratis tersebut. Karena di daerah kutek termasuk wilayah padat penduduk dan rata-rata anak UI sebagian besar ngekost di sana. Terdapat beberapa masjid atau musholla di kutek sehingga menunjang kegiatan berburu takjil gratis ini. Selamat berburu!

BACA JUGA: Spot-Spot di UI yang Asyik Buat Ngabuburit

3. Cari Masjid atau Mushola Yang Sholat Tarawihnya Cepat

Sumber: korankaltim.com

Untuk mahasiswa yang masih berkuliah selama Ramadhan biasanya tetap harus mengerjakan tugas sambil beribadah. Maka hal ini menuntut semua kegiatan harus efektif dan efisien untuk hal ibadah maupun akademis. Ramadhan identik dengan sholat tarawihnya, maka banyak anak UI yang tetap menjalankan sholat tarawih di tengah kesibukan akademisnya.

Nah biasanya nih, ada beberapa masjid atau mushola di sekitar UI yang mengadakan sholat tarawih dengan cepat. Bukan sepat berarti tidak tuma’ninah yak. Hanya saja biasanya dilakukan 11 rakaat dengan rincian 8 rakaat tarawih dan 3 rakaat witir. Masjid atau musholla seperti ini biasanya menjadi favorit anak UI untuk menjalankan ibadah tarawihnya.

Anak UI akan mencari masjid atau mushola yang sholat tarawihnya cepat, sehingga mereka bisa lanjut mengerjakan tugas. Tapi di lain kondisi, ada anak UI yang melakukan tarawihnya di kost. Biar lebih efektif dan efisien sih katanya. Taraweh bareng teman di kost juga seru. Kan yang penting niat ibadah tarawihnya, mau di masjid atau musholla atau kost, mau 11 atau 23, selama niatnya untuk ibadah maka pahala ganjarannya. Semangat tarawihnya!

BACA JUGA: Yang Akan Kamu Kangenin di Bulan Ramadhan Waktu Kamu Kecil

4. Rasanya Sholat Tarawih di MUI

Sumber: ui.ac.id

Masjid Ukhuwah Islamiyah atau biasa disebut MUI merupakan masjid yang menjadi ikon di UI. Terletak di tempat yang strategis dan terjangkau tak heran MUI menjadi salah satu masjid favorit mahasiswa UI maupun pengunjung UI untuk beribadah, apalagi memasuki bulan Ramadhan seperti sekarang ini.

Banyak agenda Ramadhan yang dilaksanakan oleh MUI mulai dari menyediakan takjil, sholat tarawih, tadarus, ceramah, hingga i’tikaf. Pokoknya banyak ladang pahala yang bisa didapatkan. Nah berhubung bulan Ramadhan, kegiatan sholat tarawih di MUI tidak boleh dilewatkan.

Bagi kalian anak UI terutama yang ngekost, boleh lah atau coba lah sekali seumur hidup kalian untuk menjalankan ibadah tarawih di MUI ini. Dijamin rasa syukur kalian akan bertambah. Jumlah tarawih yang dilaksanakan di MUI biasanya 8 rakaat. Wah kayaknya cocok nih buat anak kost yang mau cari cepat selesai. Tapi jangan salah, walau cuma 8 rakaat surat yang dibaca cukup panjang loh. Lumayan bisa membuat kalian latihan berdiri dan khusyuk. Semakin lama rakaatnya semakin baik kan? Nah cocok nih bagi kalian yang mau mendapatkan kekhusyukan sholat tarawih. Coba di MUI.

Selain itu, sholat tarawih di MUI terkadang ada selingan ceramah yang cukup menarik untuk didengar, walau ya tetap lama seperti rakaatnya. Meskipun ceramah, sholat, dan surat bacaanya panjang. Sholat tarawih di MUI masih ramai dilakukan oleh umat muslim baik yang berasal dari civitas UI maupun pengunjung luar UI. Karena ya untuk mendapatkan pahala Ramadhan setiap ibadah dilakukan dengan niat yang ikhlas, jadi saat menjalankannya pasti mudah.

BACA JUGA: Emangnya MUI Udah nggak Punya Kantin ya?

5. Susahnya Cari Makan untuk Sahur dan Berbuka

Sumber: travel.kompas.com

Poin kelima ini menjadi salah satu dilema yang dirasakan anak UI selama puasa di kostan. Pasalnya, kondisi ini cukup terasa dampaknya dan biasa terjadi di daerah kutek.

Teruntuk anak UI yang ngekos di kutek pasti sudah tidak asing lagi dengan fenomena ini. Ya cukup susah untuk mencari makan sahur dan berbuka di daerah kutek. Hal ini dikarenakan jumlah mahasiswa yang banyak tetapi tempat makan tidak bisa menampung semuanya. Akhirnya terjadilah pembludakan. Harus rela nunggu, antri, dan bersabar agar bisa mendapatkan menu sahur dan berbuka. Apalagi di tempat makan favorit seperti dapur bunda, ayam bakar gea, kantin fokus, warteg bahari, dan sederet tempat makan lainnya. Biasanya saat waktu berbuka tiba tempat-tempat makan tersebut akan penuh dengan anak UI. Harus lebih bersabar sih untuk bisa dapat tempat duduk dan makan, telat sedikit pasti langsung rame.

Nah berbeda halnya dengan sahur. Saat sahur warteg dan warkop menjadi tempat tujuan untuk mencari makan. Lagi-lagi warteg bahari menjadi salah satu spot favorit anak UI yang ngekos di kutek untuk mencari makan sahur. Jika telat bangun sudah langsung rame dan antriannya memanjang. Harus cari warteg lain kalau gini.

Apalagi kalau mendekati imsak, wah warteg atau warkop pasti penuh. Mau tidak mau tidak boleh telat bangun sahur kalau gini. Nah kondisi ini baru di kutek saja, mungkin kalian ada yang ngerasain di tempat lain seperti kukel, pocin, atau barel tentang susahnya cari makan untuk sahur dan berbuka? Boleh banget bagi pengalamannya di sini. Hehe

BACA JUGA: Hal-Hal Berikut Ini Hanya Dapat Kamu Temukan Saat Bulan Ramadhan Tiba

6. Terkadang Kangen Sahur dan Berbuka Bareng Keluarga di Rumah

Sumber: beritakotamakassar.fajar.co.id

Hal ini menjadi momen yang paling dikangenin anak UI yang ngekost sih. Kangen suasana sahur dan berbuka bareng keluarga di rumah. Mungkin untuk yang masih tinggal di daerah Jabodetabek bisa ngerasain momen ini di kala weekend. Tetapi untuk anak rantau. Mereka hanya bisa telpon atau video call untuk melepas kangen sahur dan berbuka bersama. Momen-momen ini yang kadang membuat sebagian anak kost terasa sedih jauh dari ortu. Cuma mau bagaimana lagi. Suatu kewajiban kuliah masih harus dijalankan dibarengi ibadah puasa di tanah perantauan. Meskipun begitu, hal ini masih bisa sedikit terobati dengan kehadiran teman-teman kalian sesama anak kostan untuk menemani sahur dan berbuka.

BACA JUGA: Hal-hal yang Tak Lagi Kamu Lakukan Saat Ramadhan karena Sudah Jadi Mahasiswa UI

7. Ikut Acara Bukber Yang Ada di Kampus

Sumber: eng.ui.ac.id

Ini jadi salah satu kegiatan yang menyenangkan untuk dilakukan anak UI yang ngekost. Sudah disebutkan tadi bahwa anak kost pasti suka yang gratis-gratis terutama makanan. Tidak jarang banyak kegiatan-kegiatan di kampus UI yang mengadakan bukber gratis. Entah itu dari organisasi, kepanitiaan, atau fakultas di UI itu sendiri. Nah bagi anak UI ini menjadi momen yang menguntungkan karena bisa dapat makan gratis untuk berbuka dan menghemat uang jajan. Makanan yang disediakan pun biasanya cukup lengkap seperti nasi box, ada juga takjilnya, bahkan es buah. Ya intinya sudah bisa memuaskan perut setelah seharian puasa. Karena namanya bukber di kampus pasti ada rangkaian kegiatannya dong. Ini yang tidak boleh dilewatkan bagi yang ikutan. Biasanya sih diisi kultum gitu, lumayan kan dapat makanan berbuka gratis dan ilmu yang bermanfaat.

BACA JUGA: Hal Ini Hanya Bisa Dimengerti Mahasiswa Perantauan Saat Bulan Ramadhan

8. Terkadang Dapat Kebaikan Bapak atau Ibu Kost

Sumber: jambi-independent.co.id

Kalau yang terakhir ini biasanya didapatkan dari kebaikan pemilik kost. Baik itu berupa makan sahur atau berbuka. Tidak jarang banyak pemilik kost yang suka memberi makanan sahur dan berbuka bagi para penghuninya loh. Ini merupakan ajang beramal mereka bagi para penghuni kost. Mungkin di hari lain pemilik kost juga sering membagikan makanan. Tetapi karena bulan Ramadhan, memberi makan untuk orang yang sahur dan berbuka pasti pahalanya bertambah. Beruntunglah bagi kalian anak UI yang ngekos di sekitar UI ini memiliki penghuni kost baik tersebut. Semoga selalu dilimpahkan rezeki bagi kalian wahai para pemilik kost yang baik hati.

Nah itu tadi serba-serbi Ramadhan yang mungkin dirasakan sebagian mahasiswa UI yang ngekost. Momen-momen berpuasa di UI tahun ini mungkin tidak bisa dirasakan sepenuhnya karena ada pandemi corona ini. Semoga saja tulisan ini sedikit mengingatkan kalian bagaimana rasanya puasa di UI yak kawan. Bulan Ramadhan memang selalu memiliki momen yang penuh suka cita dan bisa dirasakan semua orang. Di tengah pandemi ini, ayo sama-sama tetap jaga semangat berpuasanya dan ibadahnya #dirumahaja.

BACA JUGA: Yuk Intip Kegiatan Mahasiswa UI Menjelang Detik-Detik Lebaran Tiba

Ini Dia Masakan yang Bisa Kamu Buat di Kosan untuk Sahur dan Berbuka!

Sebagai mahasiswa rantau yang tinggal jauh dari orang tua, banyak anak kos yang berusaha untuk memanajemen semua keperluan sehari-hari dan kuliahnya dengan baik. Uang bulanan yang diberikan orang tua mesti diatur untuk berbagai kebutuhan, mulai dari bayar kos, beli buku, makan, minum, dan kegiatan lain selama berkuliah. Belum lagi kalo yang masih di kosan saat Ramadhan, pasti sedih perihal makanan sahur dan berbuka.

Akan tetapi jangan khawatir, kamu bisa memasak makanan sendiri dan mandiri, dibanding harus membeli makanan di warung-warung makan yang tersedia. Sebab, melihat dari berbagai harga sumber pangan yang semaki meroket, biaya yang dikeluarkan untuk membeli makan di warung makan pun ikut melonjak. Sebagai mahasiswa yang kreatif, mahasiswa yang ngekos ini lebih memilih membeli sendiri bahan makanan dan memasaknya, bahkan bisa diperuntukkan untuk lebih dari satu hari. Dua kali sahur dua kali berbuka, misalnya.

 

Nasi Goreng Basah

Kalo ini sih kayanya enak ya (via cookpad)

Menu masakan paling populer di Indonesia, dan hampir setiap orang suka ini merupakan yang paling mudah dan sering dimasak anak kos. Terkenal karena kelezatannya, nasi goreng bahkan sempat masuk 10 besar masakan paling enak di dunia.

Berbekal dengan kemampuan yang mumpuni dan kemudahan mencari bahan masakan ini, para anak kos sering sekali memasak nasi goreng basah.

What? Basah?

Yap, basah. Nasi goreng yang berkuah minyak goreng! Alias kebanyakan menuangkan minyak goreng saat memasak.

Nugget Hitam Pedes

Nugget kebablasan (via twitter)

Menu masakan ini juga paling sering dimasak dan mudah dicari bahannya. Cuma butuh nugget yang siap untuk digoreng dan saos sambal sebagai pelengkap rasa. Sebagai anak kos yang memiliki jiwa kreatif dan semangat juang tinggi, para anak kos ini memiliki terkaan yang luar biasa… kelewatan.

Gimana nggak kelewatan? Minyak goreng yang sudah mendidih, bagi para anak kos hanyalah kamuflase dari panasnya kompor, dan baru menaruh nugget itu beberapa saat kemudian. Dan… yang terjadi adalah nugget cepat sekali menguning bahkan menghitam. Yap, kematengan a.k.a gosong. Sebagai pelengkap rasa sekaligus penghilang rasa kematengan itu, para anak kos menuangkan saos sebanyak-banyaknya hingga pedasnya setara level super pedas. Yang penting nikmat!

 

BACA JUGA: Hal Ini Hanya Bisa Dimengerti Mahasiswa Perantauan Saat Bulan Ramadhan

 

Telor Dadar Jumbo

10% telur, 90% tepung (via citradapurnusantara)

Sebagai mahasiswa yang jauh dari orang tua, para anak kos selalu mencoba hal-hal kreatif dalam memasak makanan yang bisa dinikmati tidak hanya sekali waktu, alias seharian a.k.a 3×1 hari. Dengan modal telur ayam dan tepung hal itu bisa dilakukan dengan mudah.

Para anak kos akan mencampurkan telur ayam itu dengan tepung yang sudah disediakan, tinggal aduk hingga seperti adonan yang justru bukan nampak seperti telur, tapi tepung diberi telur. Setelah digoreng, hasilnya adalah telur yang menyerupai tahu goreng. Gede banget, jumbo. Mereka akan membagi telur itu dalam tiga atau empat bagian yang akan dimakannya dalam beberapa waktu makan. Dijamin kenyang dari sahur hari pertama sampe lebaran!

 

Sayur Sop Tanpa Garam

Sayur sop ala anak kosan (via inovasipintar)

Sekali waktu, menghindari masakan yang berlemak dan berkolesterol, para anak kos biasanya sering memasak masakan yang tinggal direbus dan dibumbui. Dengan modal membeli sayur sop yang biasanya dijual di warung sayur seharga 2-5 ribu rupiah dan bumbu sachet seharga seribu rupiah, tentu akan menghemat pengeluaran untuk para anak kos.

Dengan tujuan menghemat air minum juga, para anak kos biasanya memasak sayur sop dengan memenuhi sayur dengan air. Hal itu menyebabkan sayur sop nampak seperti sawah yang banjir, banyak airnya, sedikit sayurnya. Biar tahan dahaga selama berpuasa juga kali ya. Belum lagi, ketika bumbu yang mereka beli kalah rasanya dengan rasa air, walhasil rasanya hambar. Ya mungkin mereka nggak mau kena penyakit darah tinggi kali ya, yang harus mengurangi konsumsi garam.

 

BACA JUGA: Hal-Hal Berikut Ini Hanya Dapat Kamu Temukan Saat Bulan Ramadhan Tiba

 

Nah, buat kalian anak kos, biasanya masak yang mana? Jangan ngiler ya liat gambar-gambarnya, buka bentar lagi kok. Mari bagikan artikel ini di akun Facebook, Twitter, dan Line kalian, supaya para anak kos lain belajar lebih kreatif dalam memasak!

Yuk Intip Kegiatan Mahasiswa UI Menjelang Detik-Detik Lebaran Tiba

Beberapa minggu yang lalu, ketika masih bisa minum es jeruk tengah hari bolong dan Ramadhan masih wacana yang akan dijelang oleh mahasiswa, pasti ada aja kerjaan atau aktivitas yang menandai momen-momen itu. Kalau menjelang Ramadhan ‘kan biasanya mahasiswa berpuas-puas ria dulu makan siang dan keluyuran ketika matahari masih bersinar, karena ketika udah masuk bulan Ramadhan nggak ada lagi cerita makan es krim jam satu siang. Nah, menjelang Lebaran, aktivitas-aktivitas unik juga muncul mewarnai hidup mahasiswa pada umumnya. Apa aja, tuh?

Menghitung Hari

Menghitung Hari kayak Tante KD (Sumber:
Menghitung Hari kayak Tante KD (Sumber: rayamusic)

Yap, sama seperti kebanyakan orang lainnya, mahasiswa juga tetiba akrab dengan judul lagunya Krisdayanti yang satu ini. Silaturahmi yang jadi berkah di bulan Ramadhan bukan cuma antarmanusia atau antara manusia dengan Tuhannya, tapi juga antara mahasiswa dan kalender. Biasanya kalender itu cuma ditengok untuk mengingatkan tanggal UAS dan UTS, cek jadwal cabut, atau ketika film-film baru menghiasi bioskop. Itu pun cuma kalender yang ada di handphone.

Kini, menjelang Ramadhan, mahasiswa lebih dekat dengan kalender rumah, karena se-smart apa pun hp-nya, nggak ada pemberitahuan kapan tuh Lebaran. Mungkin itu bisa dijadikan ide bagus untuk mahasiswa yang kebelet Lebaran untuk pasang countdown lebaran di smartphone-nya.

 

BukBer-vaganza

BukBer-vaganza
BukBer-vaganza

Ini juga merupakan aktivitas khas menjelang Ramadhan, yang tidak jarang turut bawa-bawa kalender. Kenapa? Bukannya Bukber-vaganza udah dimulai sejak awal Ramadhan, bahkan udah ada planning sejak sebelum Ramadhan? Iya, itu bener, tapi puncak BukBer-vaganza adalah ketika menjelang Lebaran.

Mahasiswa, yang diberkati dengan mobilitas dan kebebasan melebihi anak SMA, biasanya punya koneksi yang macem-macem nggak keruan dan menyebabkan tawaran bukber jadi luber tumpah-tumpah berceceran. Mulai dari bukber bareng temen SMP, temen SD (kalo emang masih inget), bukber temen SMA, bukber inner circle geng SMA, bukber bareng temen-temen jurusan, bukber tongkrongan, bukber sama pacar dan temen-temennya, bukber sama paguyuban, bukber karang taruna dan lainnya. Kalau bisa 29 hari puasa itu jadilah bukber selalu.

Seminggu menjelang lebaran jadi puncak Bukber-vaganza karena mahasiswa mulai bertikai dengan jadwal mudik temen-temennya yang beda-beda, belum lagi kalau ada bentrok dengan bukber lain, atau debat soal tempat karena si A sok-sok vegan, si B sok-sok lactose intolerant padahal semua tau A cinta sate padang dan B doyan minum susu. Keluarlah kalender biar greget deh tuh perdebatan perkara tanggal dan tempat Bukber-vaganza.

 

Cari-cari Dosa

Inget dosa. (Sumber: ikapunyaberita)
Inget dosa. (Sumber: ikapunyaberita)

Cari-cari dosa? Bukannya menjelang Idul Fitri orang-orang justru malah tambah intensif nyari pahala? Nah, cari-cari dosa di sini bukan berarti mulai ngatain orang atau nyopet di kereta api buat beli takjil. Cari-cari dosa yang dimaksud adalah merenung dosa apa aja yang udah dibikin selama ini, baik selama Ramadhan atau sebelumnya.

Buat kamu yang belum pernah atau baru kepikiran cari-cari dosa, cobain aja. Misalnya aja dosa kamu adalah php-in seseorang atau sering bohong, atau dosa yang lebih absurd kaya jailin orang di bikun dan nggak mau gantian spot di macroom, ngebajak handphone temen, perlahan menghilang dari masjid sejak minggu kedua Ramadhan dan lainnya.

Dengan cari-cari dosa, kamu sudah melakukan introspeksi diri dan bisa memutuskan, dosa mana yang nggak akan kamu ulangi dan mana dosa yang akan kamu pertahankan (jujur, kadang ada hal yang sebenernya dosa tapi tetep kamu lakukan, ‘kan? Harus jujur dan realistis, lagian lagi puasa nggak boleh bohong).

 

Belanja

Belanja. (Sumber: hidupgaya)
Belanja. (Sumber: hidupgaya)

Ini yang paling utama. Yang cewek biasanya getol keliling mall atau surfing di online shop untuk upgrade wardrobe-nya khusus untuk lebaran. Make up, kerudung, baju gamis lah, aksesoris, sepatu atau sandal, dan lain-lainnya. Kadang yang punya duit berlebih untuk belanja bakal beli beberapa baju berbeda, dan setelah dua hari lebaran, nggak ada satu pun foto di profil akun sosmed-nya yang sama. Baju yang A dipake buat profil di Line, yang satu lagi buat di Whatsapp, lalu ada yang taro di-Path, ada yang taro Twitter, dan kemudian semuanya ditaro lagi di Instagram, beda baju tapi posenya sama.

Untuk yang cowok, mungkin beberapa memang butuh baju baru untuk lebaran, juga butuh sepatu yang emang khusus dipake buat lebaran, bukan sepatu Converse yang bentuknya udah kaya sandal jepit gara-gara belakangnya tewas diinjek tumit. Namun menjelang lebaran, nggak jarang ada yang update gadget mereka atau malah beli console buat game yang baru gara-gara mereka udah optimis bahwa meskipun uang tabungan dipake beli barang-barang itu, pasti kelak akan refund dengan adanya THR nanti.

Dari aktivitas di atas mana yang sudah kamu kerjakan? Nih bacaan selanjutnya yang recommended untuk kamu baca: 5 Alasan Kenapa Alumni UI Adalah Menantu Idaman Orangtuamu

Kamu punya kegiatan khusus menjelang lebaran lainnya? Atau mungkin malah dapat inspirasi dari tulisan ini? Ayo share tulisan ini via Facebook, Twiter, dan Line, siapa tau temen kamu yang lain juga lagi mengalami hal-hal di atas.

Hal-Hal Berikut Ini Hanya Dapat Kamu Temukan Saat Bulan Ramadhan Tiba

Nggak perlu jadi anak FEB untuk tau perkara supply and demand, dan aplikasinya nggak jauh dari permintaan publik dan supply dari produsen. Sederhananya, Ketika sesuatu lagi musim atau lagi trend, semua ngikut. Menjelang Natal, film-film Hollywood semuanya mengandung salju dan natal. Ada lebih dari 10 musisi bikin musik dengan tema Natal. Ketika lagi Imlek, kamu lihat barongsai dan dekorasi sesuai tahunnya, naga ya naga, tikus ya tikus. Begitu juga ketika Ramadhan. Selalu ada yang namanya edisi Ramadhan, yang tentunya ada di sekitar kamu wahai para mahasiswa.

Acara TV Edisi Ramadhan

Yang antagonis juga jadi pake jilbab. (Sumber: mdentertainment)
Si antagonis juga jadi pake jilbab loh? (Sumber: mdentertainment)

Obvious-lah ya. Semua yang ada di TV jadi Ramadhan. Nggak masalah sih, justru malah jadi tantangan sendiri buat kamu yang suka nonton TV, apa yang berubah dari acara-acara itu. Sinetron, pasti berubah. Tokoh yang muncul mayoritas berhijab. Lucunya adalah selain bikin unsur temporalnya bulan Ramadhan adalah memakaikan juga hijab ke tokoh yang antagonis. There, we got Ramadhan version of an antagonist.

Acara musik? MC yang kemarin pakai high heels, you-can-see-and-you-wanna-touch, dan kalung bling-bling, kini menutupi rambut dan segenap tubuhnya. High heels tetep pake sih, kan kaitannya ama tinggi badan. Musisi, baik yang di bis kota maupun di layar kaca, ganti playlist ke edisi Ramadhan. Hayo, acara apa yang nggak berubah? Acara entertainment aja punya edisi Ramadhan.

 

Perpus UI Edisi Ramadhan

Yang diputer lagu-lagu religi. (Sumber:)
Dan yang diputer di HP selalu lagu-lagu religi. (Sumber: carilaguin)

Ini UI banget. Kamu yang habitatnya di perpusat UI, entah ngapain, pasti pernah denger lagu-lagu yang diputar sebagai penanda bahwa perpustakaan akan segera tutup. Kalau bukan Ramadhan, playlist-nya lagu daerah. Seru, hingar-bingar, dan biasanya kalau kamu udah kecanduan ‘bermalam’ di perpus, kamu sadar bahwa lagunya itu-itu aja.

Perpus UI edisi Ramadhan, lagunya religi. Tapi belum pernah denger sih di perpus edisi Ramadhan ini disetel rekaman tadarusan. Perpus juga tutup lebih cepet. Starbucks tetep buka, tapi kaca ditutup semua. Ini multifungsi, agar yang puasa tidak merasa terganggu dengan adanya orang yang menghilangkan dahaga di siang hari yang terik, dan agar yang di dalam Starbucks nggak terganggu dengan tatapan haus, ngiler, atau malah judge-y dari mereka yang melintas. Trust me, it works both ways.

 

Sleep Pattern Edisi Ramadhan

Sleep patern edisi Ramadhan. (Sumber:)
Sleep patern edisi Ramadhan. (Sumber:Photo Credit: russelljsmith via Compfight cc)

“Maka rusaklah sleep pattern seorang mahasiswa ketika libur semester bersamaan dengan bulan puasa.” Bener. Banget. Oke, mungkin kamu emang jiwanya kalong yang hidup sehidup-hidupnya ketika malam hari, libur nggak libur, puasa nggak puasa. Tapi buat mereka yang punya sleep pattern yang konvensional, sleep pattern mereka punya edisi Ramadhan.

Konvensional: Tidur malam pukul 10 atau 11, bangun pagi pukul 5, tidur siang pukul 11-14 atau 13-16.

Ramadhan konvensional: Tidur malam pukul 12 atau pukul 1, bangun sahur pukul 4, tidur pagi pukul setengah 6, bangun pukul jam 10, tidur siang pukul 13-16.

Ramadhan hardcore: Tidur malam pukul 2, tidur pagi pukul setengah 6, bangun pagi pukul 12, tidur siang sesi satu pukul 13-15, tidur siang sesi dua 15.45 – 17.45.

Intinya, tidur ketika puasa, bangun ketika bisa makan dan minum. Ini salah satu alasan kenapa kamu yang niatnya diet pas puasa tapi malah naik 4 kg selepas lebaran.

 

Temen-temen Edisi Ramadhan

Teman-teman edisi Ramadhan. (Sumber:)
Teman-teman edisi Ramadhan. (Sumber:Photo Credit: Farid Iqbal via Compfight cc)

Ini juga real. Perhatikan detailnya. Kepribadiannya berubah, kata-kata dijaga dan sumpah serapah diminimalisir. Ada satu atau dua orang yang mulai pake kerudung atau hijab, tanpa ada teaser atau trailer (macam film) tentang itu sebelumnya. Diskusi hangat tentang bukber, bahkan yang biasanya di grup cuma nge-read sekarang muncul ketika ngomongin bukber. Tetiba salah satu teman jadi rekan kamu yang bersanding tak hanya di kelas tapi juga di Mushola.

Malah kadang papasannya di tempat wudhu karena teman kamu yang biasanya ‘lupa’ sholat itu udah nyampe Mushola lebih dulu dari kamu. Ada yang cerdas memanfaatkan mitos “puasanya batal kalo bohong” dan menanyai kamu dengan pertanyaan yang provokatif dan mengoyak privasi.

Tapi semua itu baguslah, masih positif karena mereka jadi sosok yang berusaha untuk jadi lebih baik walaupun cuma edisi Ramadhan. Semuanya baik, kecuali temen kamu yang satu itu, yang waktu wudhu kumur-kumur 3x dan kumur-kumur terakhir ditelen. Wudhu edisi Ramadhan, ceritanya. No, dude. Wudhu is not a license to put water in your mouth and ‘accidentally’ swallowed it.

Ketika kamu beranjak dewasa dan menjadi mahasiswa UI, hal-hal ini sudah tidak lagi kamu lakukan lagi ketika ramadhan tiba. Baca kelanjutan tulisannya di sini.

Kamu tahu apa lagi yang ada edisi Ramadhan-nya? Ayo share tulisan ini via Facebook, Twitter dan Line biar kamu juga punya pribadi edisi Ramadhan, sebagai orang yang nge-share apa pun yang berbau Ramadhan ketika puasa!

Hal Ini Hanya Bisa Dimengerti Mahasiswa Perantauan Saat Bulan Ramadhan

 

Bahagia itu sederhana, tapi sederhana nggak selalu gampang dimengerti. Bahagia itu sederhana, sesederhana dibangunin sahur dan hanya perlu ngesot dikit ke meja makan yang penuh makanan siap buat disantap. Sederhana kan? Tapi kamu yang bukan anak rantau akan sulit mengerti gimana rasanya kebahagiaan itu direnggut sama yang namanya jarak.

Berbahagialah kamu yang dibanguin sahur sama Ibu. Bisa males-malesan nyeret langkah ke meja makan, lalu makan bareng sama keluarga. Sederhana, kan? Kamu baru bisa ngerti betapa itu adalah kebahagiaan yang absolut kalau kamu anak rantau yang harus puasa di kosan atau di kontrakan, belum bisa pulang karena satu dan lain hal.

Coba diinget lebih saksama. Harus berapa kali Ibu bolak-balik kamar kamu untuk bangunin? Betapa lembut dan tolerannya suara yang manggil. Belum lagi ada acara ngelus rambut sambil bisikin pelan-pelan ke kamu yang sebenernya udah bangun tapi males beranjak dari tempat tidur.

Biar mata ngantuk, makanan udah tersedia. (Sumber: smilepost)
Biar mata ngantuk, makanan udah tersedia. (Sumber: smilepost)

“Ayo, bangun. Sahur. Keburu imsak loh.”

Terus kamu dengan santainya bilang “Lima menit lagi ya.” Terus sepuluh menit kemudian keluar kamar, mata belum sepenuhnya melek, bau jigong nggak keruan, melangkah ke meja makan hanya mengandalkan indera penciuman yang udah bertahun-tahun terlatih untuk mengenali masakan Ibu.

“Ayo, cuci muka dulu sana.”

Kamu dengan berat hati berjalan ke kamar mandi, setelah mencuil apa pun itu yang bisa dicuil di meja makan. Terus balik lagi ke meja makan, liat makanan yang udah lengkap. Meja penuh. Nasi bisa tambah, lauk macem-macem tinggal pilih. Minum udah tersedia. Teh manis anget atau susu. Piring dan gelas diangkatin ke belakang buat dicuci, sedangkan kamu duduk kekenyangan menatap TV sambil gonta-ganti acara TV.

Nggak ada cerita tuh buat anak rantau yang nge-kos. Mana ada suara alarm yang lembut berbisik dengan penuh toleransi ke kamu yang masih ngantuk? Boro-boro ngelus. Alarm udah kaya suara Ibu yang tempramen kalau uang kembalian belanjaan kurang. Tapi, setidaknya kamu bangun. Lima menit ekstra buat tidur? Ilusi belaka, yang ada malah nggak jadi sahur karena ketiduran lagi.

Yang ada tidur lagi kayak gini. (Sumber:)
Yang ada tidur lagi kayak gini. (Sumber:Photo Credit: danalipar via Compfight cc)

Cuci muka, terus harus keluar kosan dulu untuk cari warung nasi yang buka. Nggak ada tuh meja makan penuh makanan siap santap. Sampe warung, kamu harus perhatiin makanannya sambil ngitung harga dalam otak. Boro-boro nyuil.

Tambah nasi? Bayar. Tambah lauk? Bayar. Teh manis? Bayar. Nggak ada duduk kekenyangan sambil gonta-ganti acara TV, wong remotnya dipegang sama yang punya warung. Sesuka dia lah mau nonton apaan.

Belum lagi buka puasa. Sendirian, nggak ada duduk di depan tv bareng keluarga, sok-sok dengerin kultum padahal ngeliatin jam. Harus berkelana cari makanan buat berbuka. Nggak ada tuh makanan yang udah disajikan di atas meja, harus cari sendiri ke luar. Biasanya dulu waktu kecil pasti ke masjid bareng temen-temen, buka di masjid karena dapet kolek buat takjil.

Kamu jadi ingat masa-masa kecil (Sumber: igckuwait)
Kamu jadi ingat masa-masa kecil (Sumber: igckuwait)

Selesai berbuka, berkhayal dikit soal masa kecil yang sukanya rame-rame berangkat ke masjid buat salat Tarawih bareng, terus perang sarung atau main petasan, bikin khawatir orang tua. Tentang nulis buku Ramadhan yang jadi tugas sekolah, harus minta tanda tangan imamnya atau yang khotbah. Jauh dari keluarga, jauh dari masjid deket rumah, jauh dari temen-temen deket rumah, sahur sendiri, buka puasa sendiri, tarawih sendiri. Bayar makanan sendiri. Rindu, Bung! Kerinduan anak rantau pada rumah dan keluarga, tiada terperi.

Tiba-tiba, handphone bunyi tapi bukan alarm. Masih pukul setengah 4 pagi, siapa yang nelpon?

“Halo… Nak, udah bangun? Jangan lupa sahur, ya.”

Kamu anak rantau juga? Share yuk tulisan ini via Facebook, Twitter, dan Line supaya temen kamu yang anak rantau yang kangen rumah tambah kangen, atau mungkin share supaya inget sahur.

Hal-hal yang Tak Lagi Kamu Lakukan Saat Ramadhan karena Sudah Jadi Mahasiswa UI

Tiap hari besar dan event-event tertentu, semua pasti punya kegiatan khas masing-masing yang selalu diinget. Musim hujan, Idul Adha, bagi rapor sekolah, dan Ramadhan. Namun, pasti ada dari semua itu yang sekarang nggak pernah lagi dilakukan, jadi older version dari diri kamu karena semua berubah sejak Negara Api menyerang kamu jadi mahasiswa. Ini adalah 5 hal yang tidak lagi kamu lakukan saat Ramadhan karena… ya, karena kamu sekarang mahasiswa.

 

Bawa Buku Ramadhan ke Masjid

Jangan lupa catat ibadah di buku ini. (Sumber: kalsel.kemenag)
Jangan lupa catat ibadah di buku ini. (Sumber: kalsel.kemenag)

Masih inget kan dulu waktu SD sampai SMP, kerjaannya bawa buku ramadhan sama pulpen ke masjid waktu Tarawih, bagian dari tugas khusus dari sekolah selama Lebaran yang kelak, katanya, dimasukkan ke dalam nilai pelajaran agama. Maka datanglah kamu, dengan buku Ramadhan dan pulpen, ke masjid sekalian Tarawih.

Hari pertama, kamu tulis  semua ceramah yang disampaikan, sampai penuh itu kolom dan kamu mulai going wild dan nulis miring-miring, terus minta tanda tangan penceramah atau imamnya. Hari tiga, udah mulai males. Hari kedelapan, bukunya entah ada di mana, dan seterusnya. Hingga ketika libur usai, kamu bawa buku Ramadhan yang sudah lusuh itu untuk dikumpulin. Sebenernya mungkin aktivitas ini udah nggak dilakukan dari SMA, tapi masih ada juga sebagian yang diminta ngerjain buku Ramadhan. Ketika sudah kuliah, udah nggak butuh nyatet ceramah kalau hanya untuk membuktikan kehadiran. Nge-Path aja lagi Tarawih di masjid mana. Selfie dah sekalian sama imamnya.

 

Perang Sarung

perang_sarung
Perang sarung. (Sumber: sicecep)

Hobinya anak-anak cowok yang belum terkontaminasi teknologi macam iPhone dan Android. Gebuk-gebukan pake sarung. Kadang lawannya adalah temen sendiri. Kadang juga dateng dari kampung sebelah atau malah anak kompleks sebelah. Kadang pulang dimarahin sama nyokap perkara sarung yang jadi kotor, padahal belum ada dua hari atau malah sarung yang jadi buluk karena dialihfungsikan jadi senjata. Agak lucu ngingetnya, segerombolan anak yang tampang-tampangnya sok anarkis dan hostile, tapi ternyata cuma gebuk-gebukan pake sarung, terus berasa keren kalo menang.

 

Dateng ke Masjid Serombongan

Rame-rame pergi ke masjid. (Sumber:)
Rame-rame pergi ke masjid. (Sumber: tpamuhtadin)

Ini bener banget. Dulu ada aja satu bocah yang teriak di depan rumah temennya, ngajakin salat Tarawih dengan nada yang sama kaya ngajakin main. Lalu dua bocah jadi empat, empat bocah jadi delapan dan seterusnya. Datanglah mereka serombongan seakan masjid itu HQ-nya geng perang sarung karena abis Tarawih pasti ada clash dengan saingan. Sekarang dateng ke masjid sendirian, naik motor, kalo masjidnya jauh dan males jalan. Selesai Tarawih langsung pulang sendiri-sendiri juga karena entah ngantuk atau males mau langsung istirahat.

 

Main petasan

Main petasan. (Sumber: anggavantyo)
Main petasan. (Sumber: anggavantyo)

Yang ini sebenernya bagus, sih, kalo ditinggalkan. Agak konyol kalau kamu udah kuliah masih main beginian. Meskipun begitu, ya kamu waktu kecil pasti excited sama yang namanya petasan, apa pun jenisnya. Ngagetin tetangga pake petasan, lempar-lemparan petasan sama temen, terus kadang panik berlarian kesana kemari gegara ada satu temen yang agak geblek, ngelempar petasan segepok ke arah kursi tempat nongkrong. Mungkin kamu sebagian ada yang risih sekarang sama bocah main petasan, mungkin itu sebenernya rasa iri, kesel campur nostalgia, karena kamu yang sekarang “nggak pantes” main petasan, menurut society. Even just for the sake of having fun.

 

Bangunin Orang Sahur

kapan lagi bisa teriak di depan rumah orang? (Sumber: sassak)
kapan lagi bisa teriak di depan rumah orang? (Sumber: sassak)

Bukan, bukan nelpon pacar untuk bangunin sahur. Ini maksudnya adalah ngumpul sama temen-temen dari pukul tiga pagi, terus keliling kompleks atau keliling kampung. Atau kalau kamu dulu pecinta tantangan, bangunin sekalian warga dari kompleks sebelah. Padahal dari masjid udah ada yang mengumandangkan sahur, tapi kamu dan anak-anak tetep aja keliling bangunin orang-orang. Selidik punya selidik, kemungkinan anak-anak kecil dulu suka keliling kampung untuk bangunin orang sahur adalah karena mereka dapet license to shout, karena bangunin sahur adalah satu-satunya momen bagi bocah untuk bisa teriak sekenceng-kencengnya di depan rumah orang tanpa kena marah gara-gara berisik.

Inget kan, ada temen kamu yang dengan nafsunya teriak di depan pager tetangga, “WOY PAK, SAHUR WOY! MAU PUASA GAK?! SAHUR WOY! KEBURU IMSAK!”

See? Aren’t kids adorable?

Kamu sudah nggak lagi melakukan hal-hal di atas karena jadi mahasiswa, yang kamu bisa lakukan sekarang adalah share tulisan ini via Facebook, Twitter, atau Line, dan berbagi nostalgia sedikit sama temen-temen yang udah jadi mahasiswa juga tentang Ramadhan masa lampau.

 

Undangan Ifthor Akbar dan Tranining ESQ

Assalamu’alaykum Wr.Wb Apa kabar rekan-rekan mahasiswa di pertengahan bulan Ramadhan sekaligus detik-detik menjelang awal masuk kuliah? Sudah tercapaikah target-target selama bulan Ramadhan? Semoga Ramadhan yang telah memasuki pertengahan menjelang akhir ini akan membuat semangat mendekatkan … Baca Selengkapnya

Selamat Menunaikan Ibadah Puasa Ramadhan 1430 H

Walaupun sudah masuk hari ke-3, namun sepertinya masih belum terlambat.. Segenap kru anakUI.com mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa Ramadhan bagi para anakUI yang menjalankannya.. Mudah2an Ramadhan ini membawa banyak kebaikan bagi kita.. Amiin