UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada pasal 53 ayat (1) sampai (3) menyebutkan bahwa penyelenggaraan dan atau satuan pendidikan formal yang didirikan oleh pemerintah atau masyarakat berbentuk badan hukum pendidikan. Badan hukum pendidikan ssebagaimana yang dimaksud pada ayat (1), berfungsi memberikan pelayanan pendidikan kepada peserta didik. Kemudian, badan hukum pendidikan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) juga berprinsip nirlaba dan dapat mengelola dana secara mandiri untuk memajukan satuan pendidikan. Sehingga, untuk keperluan melaksanakan amanat undang-undang tentang sistem pendidikan nasional itu pemerintah bersama DPR RI berupaya untuk memformulasikan suatu produk perundang-undangan yang secara khusus mengatur pelaksanaan keberadaan badan hukum pendidikan di Indonesia.
Pada hari Rabu tanggal 21 November 2007 silam, kedua pasangan calon ketua dan wakil ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) untuk periode 2008 – 2009 yaitu (1) Basori – Toha dan (2) Edwin – Pongki berkesempatan untuk mengadakan diskusi dan debat di lobi kampus perjuangan UI Salemba, Jakarta Pusat.
Sebelum pasangan Basori – Toha dan Edwin – Pongki beraksi, seorang calon perwakilan mahasiswa untuk Majelis Wali Amanat (MWA) UI serta seorang calon DPM UI telah lebih dulu berkampanye yang semuanya dimulai pada sekitar pukul 4 sore, lebih kurang 30 menit mulur dari waktu yang ditentukan dan selesai sekitar pukul 9 malam dengan lancar.
Diketahui bahwa acara ini merupakan rutinitas tahunan di kampus UI Salemba, yang terutama terdiri dari mahasiswa fakultas kedokteran (FK) dan fakultas kedokteran gigi (FKG) dan selalu ramai dihadiri oleh mahasiswa FK maupun FKG dari jenjang D3 maupun S1. Demikian pula acara ini dihadiri perwakilan dari BEM UI periode 2007 – 2008, yang sayangnya tidak diwakili langsung oleh ketua BEM UI, dan panitia pemilihan raya (PEMIRA) dari UI Depok.
Tersebutlah kabar bahwa kampanye berbentuk debat terbuka di kampus tersebut berlangsung ricuh dan konyol. Hal ini diketahui dari tersebarnya video cuplikan kampanye tersebut yang terpampang di website video hosting terkemuka, YouTube.
Geliat perkembangan musik mulai bergairah, dan berita yang menggembirakan adalah bahwa geliat tersebut tidak hanya dari segi kuantitas pertunjukan saja tapi juga segi kualitas. Contoh yang cukup baik adalah pagelaran terakhir Musikampus yang diselenggarakan oleh Orkes Simfoni Universitas Indonesia Mahawaditra, Sabtu (28/11). Sebagai salah satu orkes mahasiswa aktif tertua di Indonesia, Mahawaditra juga menunjukkan komitmennya untuk perkembangan kualitas musik simfoni di Jakarta dan sekitarnya.
Mahawaditra yang tahun depan akan merayakan pesta peraknya menggelar Musikampusnya yang keempat dengan tema Joyous Music. Perbaikan musikalitas yang cukup besar jelas tampak dalam pagelaran Musikampus yang mereka adakan setiap tahun sejak 2004. Mereka pun berhasil dalam mempertahankan dan bahkan mengembangkan kualitas mereka walaupun seperti organisasi lainnya yang diawaki mahasiswa, Mahawaditra juga mengalami aliran regenerasi yang besar setiap tahunnya. Jelas kemajuan ini tidak dapat terjadi tanpa kerja keras awak serta alumni Mahawaditra dan konduktor mereka Catur Kurniawan.
Konferensi Perubahan Iklim PBB (United Nations Framework Conference on Climate Change-UNFCCC) yang akan diselenggarakan tanggal 3-14 Desember 2007 di Bali nanti merupakan momentum yang sangat penting bagi Indonesia sebagai tuan rumah dalam upaya mengatasi bersama perubahan iklim (climate change) dunia.
Dalam forum yang terasa sangat khusus itu, Indonesia akan membawa tujuh agenda penting untuk dibahas bersama, yaitu adaptasi, migitasi, mekanisme finansial, pengembangan teknologi dan kapasitas, CDM (Clean Development Mechanism), pengurangan deforestasi (perusakan hutan), serta langkah-langkah bersama ke depan pasca 2012 pada saat mana Protokol Kyoto akan berakhir. Sebagai catatan, Amerika Serikat dan Australia adalah dua negara yang memproduksi emisi dalam jumlah besar, akan tetapi tidak menandatangani Protokol Kyoto.
Keluarga saya terkejut melihat iklan seperempat halaman di Kompas tanggal 20 November yang lalu. Dengan terang-terangan, Departemen Sejarah UI menyatakan “Mengucapkan Selamat atas penganugerahan gelar PAHLAWAN NASIONAL bagi DR. Ide Anak Agung Gde Agung SH atas jasa-jasanya yang luar biasa terhadap negara dan bangsa Indonesia yang diserahkan langsung oleh Presiden Republik Indonesia Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara”.
Isu ini pernah saya angkat dalam kampanye dialogis calon Ketua BEM UI minggu lalu di kantin Fasilkom UI. Sayangnya, karena saya harus segera naik ke atas menuju kelas, saya tak bisa menuntut lebih jauh.
Mungkin di antara mahasiswa UI non-Fasilkom belum ada yang menyadari bahwa salah satu dosen Fasilkom, Rahmat M. Samik-Ibrahim, memiliki domain vlsm.org (singkatan dari Virtual LSM) yang berjasa di antaranya sebagai penyedia GNU/Linux (kambing.vlsm.org — yang kini dilirik UI menjadi kambing.ui.edu), penyedia dokumentasi GNU/Linux (tldp.vlsm.org dan sangam.vlsm.org).
Tentang Bulog (Badan Urusan Logistik), perusahaan satu ini bener2 kasian, sebagai badan usaha dia sering disalahgunain sama pengurus2nya. YA, as a public company yang komisaris dan dewan direksinya adalah pilihan kementerian atau departemen yang mengurusnya.
Jauh sebelum indonesia merdeka, kompeni belanda sudah membuat perusahaan yang sejenis dengan Bulog. Ia memiliki jobdesc penyalur/penjamin/penyimpan pangan buat rakyat Hindia Belanda. Sistem yang berlaku adalah “Bulog” kompeni belanda itu membeli beras dari petani dengan harga tinggi (diatas harga pasar) untuk kemudian dijual di kota dengan harga pasar. Istilah niaga nya bulog kompeni jual rugi atawa subsidi petani. Namun memang begitulah seharusnya perusahaan negara bernama Bulog bekerja.
Satu hari sebelum lebaran tiba saya bersama keluarga pergi ke tempat kelahiran orangtua tepatnya di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Selama berada di daerah tersebut sampai dengan H+3 pasca lebaran, saya menyempatkan diri untuk melakukan perenungan mengenai apa yang mungkin dapat dilakukan oleh saya sebagai anak UI dalam menyokong pembangunan di daerah tersebut kelak di kemudian hari.
Secara sekilas dapat disebut bahwa pembangunan yang sudah berlangsung di daerah tersebut terlihat cukup teratur. Dengan statusnya sebagai daerah kabupaten mungkin kalau dibandingkan dengan daerah tempat saya melakukan aktivitas per-harinya yakni kotamadya Depok terlihat bahwa pembangunan di sana tidak dilakukan secara tumpang-tindih. Hal yang paling dapat dijadikan contoh untuk itu adalah seperti pada Kabupaten Purbalingga terlihat cukup banyak jalan protokol di daerah tersebut yang baik untuk digunakan oleh warga masyarakat, sementara di kotamadya Depok pembangunan terlihat hanya berfokus di jalan margonda raya dan sejumlah jalan protokol di wilayah kotamadya Depok lainnya yang juga banyak digunakan oleh warga masyarakat secara jelas terlihat ketidaklayakan kondisi jalannya.
Sekarang ini merupakan era globalisasi dimana tingkat persaingan untuk hidup begitu tinggi dan cenderung tidak memiliki aturan. Posisi negara kita masih sangat tidak menguntungkan bila harus dihadapkan dengan situasi sekarang ini. Nah, sekarang yang menjadi … Baca Selengkapnya
Anak kesehatan pasti ga asing sama pertanyaan-pertanyaan tenang kesehatan yang tiba-tiba sering ditanyakan sama orang sekitar. Kayak “kan kamu anak kesehatan nih, kalau bla bla bla gimana sih? boleh ga sih? sehat ga sih?“
Tantangannya tuhbagaimana cara kita menyampaikan agar mudah dipahami oleh orang awam. Terkadang kita bingung sendiri menjelaskan istilah medis agar lebih mudah dipahami. Aku juga sering takut salah dan nggak jarang aku sendiri juga nggak tau jawabannya.
Kalau nggak tau jawabannya aku merasa gagal aja gitu jadi anak kesehatan, jadi refleksi diri, ngapain aja ya aku selama kuliah? kok bisa ga tau?….mengsedih. Tapi, untuk mengatasinya aku kadang suka cari jurnal-jurnal setelahnya biar tetep bisa jawab pertanyaan dadakan tersebut.
Sumber: www.haibunda.com
Selain sering ditanyain soal masalah kesehatan, kadang aku juga suka curhat tentang pengalaman selama praktik. Aku lebih suka cerita soal itu daripada ditanya tentang kesehatan karena berasa seperti lagi ujian, takut salah jawab. Biasanya aku suka cerita ke keluargaku, tapi berujung jadi menjelaskan konsep kesehatannya dulu baru lanjut cerita karena ada miscom.
Kalau bisa berbagi cerita sambil secara nggak langsung menyampain ilmu tentang kesehatan, itu rasanya senang sih. Aku merasa nggak sia-sia belajar ilmu kesehatan. Memang sih.. pada awalnya aku tertarik memilih bidang kesehatan setelah lulus SMA karena ilmunya aplikatif banget. Jadi, selain dapat ilmu untuk merawat orang lain, minimal aku bisa merawat diriku sendiri terlebih dahulu.
Selain itu, aku juga pengen kerja di rumah sakit, mungkin karena kayak keren aja gitu dulu aku mikirnya. Tapi, setelah menjalani praktik profesi aku jadi mikir lagi bakal kerja di RS atau tidak. Bekerja di RS selama praktik profesi ternyata capek banget dan banyak kerjaannya belum lagi bisa nggak libur, huaaa. Sampai saat ini saja aku belum pasti bisa libur lebaran nanti, karena masih harus nyusun tugas akhir profesi a.k.a KIAN (Karya Ilmiah Akhir).
Karya Ilmiah Akhir (KIAN)
Omong-omong, KIAN itu mirip kayak skripsi sih. Kita diminta membuat laporan asuhan keperawatan berdasarkan tindakan EBN (Evidence Based Nursing). Setelah melakukan tindakan tersebut ke pasien kelolaan, kita kemudian menganalisis evaluasi atau respon pasien.
Hal yang dianalisis seperti apakah tindakannya efektif? apakah dapat dimodifikasi? apa kelebihan dan kekurangannya? Sama dengan skripsi, peminatan KIAN juga bisa dipilih berdasarkan departemen yang ada di keperawatan seperti Departemen Jiwa, Anak, Medikal Bedah, Keperawatan Dasar, Maternitas, Gerontik dan Komunitas.
Kalau aku tadinya milih anak sama jiwa, terus sempet ditempatin di jiwa. Tapi karena slot praktik di anak ditambah satu oleh pihak RS nya, aku bisa pindah ke anak sesuai dengan pilihan pertamaku. Karena milihnya cepat-cepatan jadi mungkin aku ada di daftar awal jadi bisa masuk. Doain yaa, semoga KIAN aku lancar dan hasil tulisannya bermanfaat bagi masyarakat khususnya keperawatan.
Sumber: https://www.physicianspractice.com/
Oh ya, kalau cerita soal pengalaman praktik, pastinya kita harus tetap menjaga privasi pasien. Jangan sampai informasi kesehatan pasien jadi bocor karena cerita kita. Biasanya sih aku mengakali pakai inisial nama saja atau menyebutkan ciri-cirinya.
Sumber: https://www.memecreator.org/
Kadang selain curhat sama keluarga atau temen yang orang awam, kita juga sering curhat dengan sesama anak kesehatan. Curhatannya tuh terutama saat pergantian shift, sebenernya niatnya mau hand over (operan) pasien tapi ya suka kebablasan. Jangan dicontoh yaa soalnya klo handover seharusnya menyampaikan hal-hal yang penting aja lebih baik pake prinsip SBAR ahaha, teori banget ga tuh (?) Setelah praktik MANKEP (manajemen keperawatan) jadi kebawa deh teori yang benernya saat hand over.
Kalau kamu sebagai anak kesehatan, apa saja pengalaman menarik saat ditanya orang tentang kesehatan? Apakah sering curhat juga ke keluarga atau orang lain tentang pengalaman selama praktik? Bagaimana respon mereka? Aku jadi penasaran, boleh lah kita saling curhatan di kolom komentar di bawah...
Bulan suci Ramadan menjadi salah satu momen menyenangkan ketika masa-masa kuliah, terutama bagi mereka yang merantau.
Ada saja hal-hal yang membuat puasa kita menjadi lebih seru dan menantang, seperti gagal bangun sahur karena tidur kemalaman sampai rela datang ke masjid duluan untuk ikut buka puasa gratis.
Momen-momen tersebut tentunya menjadi momen yang nggak terlupakan pada masa kuliah, khususnya pada masa sebelum pandemi.
Masih dalam nuansa Ramadan, berikut ini tujuh momen yang dikangenin saat puasa Ramadan di kampus versi anakui.com. Dijamin bakal bikin kamu bernostalgia, deh.
1. Sahur Bareng Teman Kost
Sumber: arsip anakui.com
Sebagai mahasiswa rantau yang puasa sendiri di perantauan, orang yang bisa diandalkan pas mau sahur adalah teman satu kost. Mereka akan membangunkan satu sama lain ketika masuk waktu sahur. Setelah itu, mereka masak atau beli makan bareng-bareng. Namun, kalau nggak ada yang membangunkan, otomatis satu kost jadi gagal sahur, deh
2. Begadang Nugas Sambil Nunggu Sahur
Sumber: arsip anakui.com via Irza A
Buat mereka yang memang susah bangun, alternatif yang dipilih biar nggak terlewat sahur adalah begadang. Sebagai mahasiswa, begadang memang menjadi aktivitas yang sudah biasa dilakukan, apalagi ketika lagi banyak-banyaknya tugas. Begadang menunggu waktu sahur pun jadi lebih berfaedah karena sambil mengerjakan tugas.
3. Berbagi pada yang Membutuhkan
Sumber: swa.co.id
Bulan Ramadan identik dengan bulan berbagi. Nggak jarang ada Sobat AnakUI yang patungan bareng teman atau organisasinya untuk mengadakan bagi takjil atau makanan untuk berbuka puasa. Sasaran mereka pun bermacam-macam, mulai dari driver ojol, tunawisma, hingga disalurkan ke panti asuhan.
4. Ngabuburit di Perpusat
Sumber: arsip anakui.com
Kalau yang ini Sobat AnakUI pasti can relate. Karena Perpusat dekat dengan Masjid UI (MUI), Perpusat menjadi pilihan spot untuk ngabuburit.
Sambil menunggu waktu berbuka, ada beberapa Sobat AnakUI yang memilih untuk menghabiskan waktu dengan belajar, baca-baca buku, mengerjakan tugas di dalam Perpusat, atau sekadar duduk-duduk di Taman Lingkar (Tamling). Kalau sudah waktunya berbuka, langsung gass berburu takjil gratis di MUI
Momen yang satu ini adalah andalan anak kost yang lagi kepepet di akhir bulan. Yup, berburu takjil dan buka puasa gratis.
Pada saat Ramadan sebelum pandemi, MUI sering menyediakan takjil atau buka puasa gratis untuk jamaahnya. Selain MUI, musala di setiap fakultas dan Asrama UI juga sering mengadakannya. Nggak heran kalau jadi banyak yang buru-buru datang ke MUI atau musala fakultas biar nggak kehabisan.
6. Bukber Dadakan setelah Kelas Sore
Sumber: arsip anakui.com via muhamadriky)
Ketika kelas selesai pas mendekati waktu berbuka puasa, rasanya tanggung untuk langsung pulang atau balik ke kost. Selain berburu buka puasa gratis, ada pula Sobat AnakUI yang memilih untuk bukber bareng circle mereka di kantin fakultas atau di tempat makan di sekitar UI. Bukber seperti itu anti wacana-wacana club.
7. Berangkat Tarawih Bareng Naik Bikun
Sumber: arsip anakui.com
Nah, kalau yang satu ini anak Asrama UI pasti can relate dan nggak bisa melupakan momen ini. Setelah berbuka puasa, selalu ada bikun yang siap mengantar anak asrama yang ingin salat tarawih di MUI, baik saat weekday maupun weekend. Setelah selesai salat pun, akan ada bikun bikun yang menjemput anak asrama di MUI.
Itu tadi tujuh momen yang nggak bakal terlupakan ketika puasa Ramadan di kampus. Kalau kamu, momen apa yang paling kamu kangenin, Sobat AnakUI? Tulis di kolom komentar, ya!
Buat yang belum tahu, yang barusan itu adalah lirik dari mars kebangsaan para mahasiswa kampus kuning, yaitu Genderang Universitas Indonesia! Setiap mendengar lagunya, pasti bikin kita semangat untuk menimba ilmu dan mengharumkan bangsa. Tapi, lagu ini juga menjelaskan kalau Universitas Indonesia terletak dekat dengan ibukota Indonesia, yaitu Kota Jakarta.
Kadang, fakta kalau UI terletak sangat dekat dengan Jakarta bikin banyak calon mahasiswa, terutama yang berasal dari luar Jabodetabek, ragu untuk memilih berkuliah di UI. Di luar sana, banyak banget stereotype yang membuat Ibukota terlihat “menakutkan”. Tapi, faktanya banyak juga loh mahasiswa UI yang berasal dari luar Jabodetabek! Buat kamu mahasiswa “daerah” yang masih takut kuliah di UI, yuk simak cerita salah satu mahasiswa FISIP UI 2018, Nako!
Prasangka Terhadap Mahasiswa Ibukota
“Aku sebelum ke Jakarta bahkan udah mikir: aduh gimana nih, pasti gak bisa adaptasi, dan pasti orang-orangnya gak bakal menerima kita dan maunya berteman sama orang yang selevel aja…”
Nako, mahasiswa FISIP UI 2018, merupakan mahasiswa yang berasal dari Banyuwangi, Jawa Timur yang diterima di Universitas Indonesia melalui jalur SNMPTN. Tinggal dan tumbuh di Banyuwangi yang jauh dari Ibukota membuat Nako memiliki banyak prasangka atau stereotype mengenai orang Jakarta yang biasa ia dengar dari orang sekelilingnya. Sebelum menginjakkan kaki di Jakarta, Nako menganggap bahwa pasti ia akan mendapatkan penolakan dan mengalami kesulitan karena orang Jakarta yang super gaul dan gak mau berteman dengan orang “daerah” sepertinya.
Namun, ternyata hal tersebut gak benar! Nako bahkan akhirnya memiliki banyak teman yang berasal dari Jakarta dan sekitarnya. Bahkan, teman-temannya inilah yang membantunya bergaul dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang baru.
Sebagai orang daerah yang baru pertama kali berada di Ibukota, Nako pun mengalami culture shock atau gegar budaya. Meskipun berbicara bahasa yang sama yaitu bahasa Indonesia, namun Nako mengalami kesulitan karena banyak lawan bicaranya yang kerap salah fokus mendengar logat Jawa Timur yang ia miliki.
Selain itu, Nako juga mengalami diskiriminasi dari warga Jakarta. Salah satu yang ia alami adalah ketika berdiskusi kelompok di sesi OBM atau Orientasi Belajar Mahasiswa UI. Ketika berdiskusi, Nako merasa bahwa pendapatnya tidak didengarkan dengan baik, sementara pendapat orang lain yang berasal dari Jabodetabek dan tidak “medok” lebih didengarkan, padahal mereka memiliki pendapat yang sama. Hal ini membuat Nako perlahan menarik diri dari pergaulan dengan orang Jabodetabek.
“Setelah itu aku udah gak berani lagi menyampaikan pendapat karena semakin ngerasa ‘aduh aku gak dianggap disini, aku diasingkan disini’ gitu.”
Setiap wilayah memiliki paguyubannya tersendiri di Universitas Indonesia. Maka dari itu, meskipun kamu berada jauh dari rumah, kamu akan selalu menemukan “rumah” di kampus. Begitu juga dengan Nako yang menemukan rumahnya bersama teman-teman seperantauan di paguyuban Banyuwangi UI atau Imawangi.
Teman-teman paguyuban Nako merupakan wadah bagi Nako untuk meluapkan segala kerinduannya terhadap rumah: Nako bisa mengobrol bersama menggunakan bahasa Ibu dengan mereka, bisa “nyambung” saat membicarakan tentang rumah dan budaya daerah, serta memiliki teman untuk “pulang bareng”. Nako akhirnya merasa nyaman berada di paguyuban dan memutuskan untuk bergaul hanya dengan teman-teman paguyubannya.
Namun, Nako sadar bahwa selama ini ia hanya berada di zona nyamannya saja. Cepat atau lambat, Nako harus berinteraksi dengan orang dengan budaya yang berbeda darinya, baik dalam perkuliahan maupuns saat bekerja nanti. Akhirnya Nako memutuskan untuk keluar dari zona nyamannya dan membuka diri untuk pertemanan di luar paguyuban.
“Setelah masuk ke dunia perkuliahan dan bergaul sama orang Jakarta, ternyata malah kebalikannya: mereka menerima kita. Ternyata masih banyak juga yang welcome dengan pendatang baru kayak kita-kita ini. Malahan, berhubungan dengan orang yang beda budaya jadi banyak manfaatnya.”
Keputusan Nako untuk membuka diri dengan teman-teman jurusan dan fakultas yang berasal dari daerah yang berbeda telah membuat suatu perubahan dalam cara Nako memandang teman-temannya. Ternyata, orang Jabodetabek gak seperti yang selama ini ia bayangkan. Malahan, mereka ramah dan mau membantu Nako ketika mengalami kesulitan.
Hubungan antarbudaya yang Nako alami juga gak hanya memberikannya teman baru, namun Nako juga dapat mempelajari banyak budaya baru. Nako juga dapat mempelajar bagaimana beradaptasi dengan lingkungan baru yang memiliki adat, norma, dan kebudayaan yang berbeda dengan baik. Hal ini pasti dapat berguna untuk hubungan-hubungan baru lainnya di masa yang akan datang.
***
Hubungan antarbudaya itu memang gak selalu berjalan mulus. Tapi, hubungan antarbudaya dapat memberikan keuntungan-keuntungan seperti mematahkan prasangka dan praduga yang ada, hingga mempelajari budaya yang baru dan berbeda dari kita.
Untuk kalian anak daerah yang masih takut untuk mendaftarkan diri di UI saat SBMPTN nanti, jangan takut untuk keluar dari zona nyamanmu ya karena itu yang akan membantumu survive di dunia perkuliahan dan pekerjaan nantinya. Sampai berjumpa di UI!
Disclaimer: Artikel ini dibuat berdasarkan pengalaman penulis yang mengalami GERD Kronis pada 4 Oktober 2020. Tulisan ini merupakan lanjutan dari thread yang telah dibuat di akun twitter @eveilebel dan berhasil memperoleh likes hingga 27.000 likes
Sering Dikira Sama, Ini Beda GERD dan Maag. Saat merasakan nyeri di area perut (khususnya di bagian ulu hati) yang disertai dengan gejala mual dan muntah, banyak orang salah mengartikannya sebagai maag atau gastritis yang akrab disebut Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). Padahal, dua hal ini merupakan kondisi yang berbeda lho, Anak UI! Hm, apa sih perbedaannya? Yuk, baca artikel ini sampai habis supaya tahu informasi selengkapnya!
Apa sih GERD dan Maag itu?
GERD atau Gastroesophageal Reflux Disease merupakan kondisi dimana asam lambung naik ke kerongkongan (reflux). Hal ini disebabkan karena katup di sistem pencernaan gak berfungsi optimal. Sedangkan, Dispepsia atau yang akrab disebut Maag ini merupakan kondisi yang terjadi ketika lapisan pelindung yang ada di lambung meradang atau membengkak. Penyebab peradangan tersebut biasanya akibat infeksi bakteri yang membuat produksi asam lambung berlebih sehingga menyebabkan luka pada dinding lambung.
Duh, masih bingung ya? Sederhananya gini deh! Biasanya penderita GERD kerap mengalami nyeri di ulu hati atau sensasi terbakar di dada akibat cairan asam lambung naik ke tenggorokan, sedangkan penderita Maag atau Dispepsia belum tentu merasakan hal itu. Biasanya sih orang yang menderita maag hanya merasakan sensasi gak nyaman di ulu hati atau dada setelah mengonsumsi makanan atau minuman tertentu.
Lah, kan Sama-sama Nimbulin Rasa Gak Nyaman di Perut, Bedanya Apa dong?
Meskipun sama-sama timbul nyeri di ulu hati, perbedaan GERD dan Maag ini bisa dilihat dari gejala yang ditimbulkan lho!
GERD
Sering mual dan muntah
Timbul rasa begah dan sendawa
Merasakan sensasi panas dan terbakar di bagian dada (heartburn)
Kesulitan saat menelan makanan
Naiknya cairan asam dari lambung ke atas kerongkongan.
Sering sesak nafas (engap)
MAAG
Rasa mual di area perut bagian atas, terutama di bagian ulu hati
Sering muntah dan kehilangan nafsu makan
Saat buang air besar, feses berwarna pekat
Gimana sih Cara Diagnosis GERD dan Maag?
AnakUI, kamu gak bisa asal diagnosis GERD dan Maag dari gejala yang ditimbulkan. Salah satu cara mendiagnosis penyakit ini adalah dengan melakukan tindakan endoskopi. Endoskopi adalah tindakan pemeriksaan menggunakan kamera yang tersambung dengan semacam selang dan dimasukkan dari mulut ke lambung serta saluran cerna. Dari sini, kamu baru deh bisa mengetahui sebenarnya kondisi yang kamu alami ini masuk kategori GERD atau Maag sih.
Pemeriksaan endoskopi ini berguna untuk mengetahui adanya kerusakan lambung, tumor, peradangan, ataupun luka pada lambung. Pada sakit maag akut, hasil endoskopi akan menunjukan adanya hiperemia atau kemerahan pada jaringan mukosa lambung yang disertai beberapa luka kecil. Sementara pada sakit maag kronis, jaringan mukosa lambung terlihat mengecil.
Pada penderita GERD, hasil endoskopi bisa saja normal atau terkadang dapat ditemukan adanya peradangan di esofagus. Selain itu, endoskopi ini juga dapat digunakan untuk mengetahui komplikasi penyakit dengan cara mengambil jaringan lho, seperti Barrett’s esophagus.
Bila GERD tidak ditangani dengan baik, kondisi ini dapat memicu komplikasi lho, AnakUI! Mulai dari pendarahan, penyempitan kerongkongan, hingga mampu memicu Kanker Esofagus atau kerongkongan. Sedangkan, komplikasi sakit maag dapat memicu terjadinya perdarahan saluran cerna, dehidrasi (karena muntah berlebih), hingga gangguan pada ginjal.
Kalo udah timbul gejala di atas, segera konsultasikan masalah kesehatan ke dokter ya, AnakUI! Terutama bila kamu mengalami gejala menyerupai GERD. Jangan pernah melakukan diagnosis sendiri (self-diagnosis) dengan cara mencocokkan gejala yang timbul dengan informasi yang kamu dapat di internet. Hal ini untuk menghindari kesalahan diagnosis dan tindakan pengobatan yang kurang tepat.
Sekarang, Sudah Tahu Bedanya kan? Lalu, Apa sih Penyebab Utamanya?
AnakUI, perbedaan GERD dan Maag ini bisa dilacak dari penyebabnya. Umumnya, maag dapat terjadi akibat stress, lapisan lambung yang lemah, atau sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu. Sementara, GERD dapat terjadi akibat faktor berat badan atau hormon yang dapat menimbulkan sesak nafas di sekitar rahang.
Kayak yang dibilang di atas, GERD biasanya disebabkan oleh naiknya asam lambung ke kerongkongan akibat katup di sistem pencernaan gak berfungsi optimal. Gara-gara katup ini gak bekerja dengan baik, yang terjadi selanjutnya adalah makanan atau cairan asam lebih gampang naik ke atas sehingga timbullah rasa nyeri di dada. Kalo udah gini, AnakUI bakal ngerasain rasa gak nyaman pada area perut dan kerongkongan.
Ada tiga hal yang dapat memicu terjadinya GERD dan dispepsia.
1. Doyan Jajan Sembarangan
Anak UI, apakah kamu sering mengonsumsi makanan berminyak, makanan manis, makanan yang kaya akan kandungan micin, atau doyan beli junk food? Eits, mulai sekarang kamu perlu berhati-hati. Sebab, pola makan yang berantakan dan mengonsumsi makanan tidak sehat dapat meningkatkan produksi asam lambung yang dapat menimbulkan reaksi radang. Jika udah radang, dinding lambung akan terkikis sehingga lebih gampang iritasi dan merasa nyeri.
2. Stres Berlebihan secara Berkepanjangan
Kuliah online emang melelahkan, tapi usahakan kamu jangan sampai stres berlebihan ya, Anak UI! Pasalnya, stress berlebihan dapat menyebakan reaksi radang di lambung meningkat sehingga meningkatkan produksi asam lambung.
3. Kurang Makan Sayur dan Buah
Kesibukan kuliah yang padat terkadang membuat kita mengabaikan makanan sehat seperti buah dan sayur. Padahal, dua jenis makanan tersebut sangat penting bagi tubuh kita. Kamu perlu mengonsumsi buah dan sayur secara rutin agar bakteri baik dalam tubuh ternutrisi sehingga mampu ‘berperang’ melawan asam lambung supaya gak naik terus menerus. Kalo asam lambungnya gak naik, kan Maag dan GERD jadi gak gampang kumat.
Kasih Tahu Cara Mengatasinya, dong!
Meskipun GERD dan Maag ini punya perbedaan, namun bukan berarti gejala dari penyakit ini gak bisa diatasi. GERD dan Maag dapat diatasi dengan cara merubah gaya hidup. Kamu bisa memulainya dengan mengatur pola makan yang baik, istirahat yang cukup, serta membatasi asupan makanan pedas, asam, kopi, teh dan alkohol.
Nih, supaya lebih gampang, berikut AnakUI.com rangkum cara mengatasi GERD dan Maag supaya gak sering kumat-kumatan, spesial buat kamu!
Makan dalam Porsi Kecil, TAPI SERING
Ini dibaca ya tulisan yang dicetak tebal. Untuk penderita GERD dan Maag, sangat dianjurkan untuk mengonsumsi makanan dalam porsi kecil, namun sering. Hal ini agar perut kamu tidak kosong terlalu lama. Jangan lupa untuk mengunyah makanan secara perlahan dan menyeluruh hingga benar-benar lumat. Jangan main telan aja ya, AnakUI!
Hindari Pemicunya
Ucapkan selamat tinggal pada makanan berlemak, pedas, junk food, soda, kafein, alkohol dan rokok supaya kamu bebas dari gangguan pencernaan. Kalo masih bandel? Risiko tanggung sendiri ya!
Jaga Berat Badan
Berat badan berlebih ternyata dapat memberi tekanan pada perut sehingga dapat menyebabkan asam kembali ke kerongkongan. Jadi, usahakan untuk menjaga berat badan tetap ideal dengan rutin berolahraga dan mengatur pola makan agar terhindar dari GERD dan Maag ya!
Rutin Berolahraga
Ini erat kaitannya sama poin sebelumnya nih. Bila kamu pemilik berat badan berlebih, sangat dianjurkan untuk rutin berolahraga. Sebab, olahraga dapat membantu menurunkan berat badan berlebih dan meningkatkan fungsi pencernaan.
Kelola Stres
Anak UI, tahu gak sih? Ternyata gangguan pencernaan dapat dipicu oleh stres loh! Untuk mengatasinya, kamu perlu mengelola stres dengan cara menciptakan lingkungan yang tenang dan mempraktekkan teknik relaksasi, seperti yoga dan meditasi. Kedua hal ini dapat membantumu dalam menurunkan tingkat stres loh!
Rutin Melakukan Pemeriksaan Kesehatan
Bila kamu sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu, hati-hati! Bisa jadi obat yang kamu konsumsi sekarang dapat menyebabkan iritasi pada lapisan perut. Maka dari itu, jangan lupa untuk rutin melakukan pemeriksaan kesehatan dan konsultasi ke dokter terkait obat-obatan yang kamu konsumsi ya. Hal ini untuk mencegah kamu agar terhindar dari GERD dan Maag.
Selain cara di atas, rutin melakukan detoks dengan cara mengonsumsi jus dari sari buah dan sayur dapat membantu memperbaiki dinding lambung yang rusak dan mengurangi reaksi radang lho! Jadi, yuk mulai sekarang terapkan cara di atas supaya kamu bisa tetap sehat dan nyaman dalam beraktivitas!
Hm, keren ya Maudy Ayunda, Gita Gutawa, Gita Savitri, Jerome Polin, bahkan salah satu temen SMAku yang bisa kuliah di luar negeri… Aku kapan, ya?
Pernah kepikiran pengen kuliah di luar negeri kayak mereka, nggak? Memang, keterima dan berkuliah di Universitas Indonesia sebagai kampus terbaik di Indonesia ini suatu kebanggaan, tapi rasanya penasaran aja gitu gimana sih, hidup dan menuntut ilmu di belahan bumi yang lain? Pasti bakal ada banyak hal baru yang bisa kita temukan.
Nah, untuk kalian anakUI yang ingin mencoba berkuliah di luar negeri namun saat ini sudah cukup puas kuliah di UI, salah satu program yang bisa kalian ikuti adalah Student Exchange dari International Office Universitas Indonesia!
Di sana, kalian bisa mengikuti program pertukaran mahasiswa ke berbagai negara yang menyelenggarakannya. Durasinya pun beragam, ada yang berdurasi dua semester, ada yang berdurasi satu semester, dan ada juga yang hanya berdurasi sekitar tiga bulan atau satu trimester.
Penasaran nggak sih, gimana rasanya exchange ke luar negeri? Kali ini, anakUI.com akan ngobrol-ngobrol bersama Diva Dhamayantie, mahasiswa Psikologi UI tahun 2016 yang juga mahasiswa student exchange di Sungkyunkwan University, Korea Selatan periode Spring 2018!
Alasan tertarik daftar exchange: Karena dunia itu luas!
Sumebr: dokumentasi pribadi
Menurutmu, kenapa sih kita perlu untuk mencoba student exchange? Jadi, salah satu yang bisa didapat tentu adalah ilmu! Kalau kata orang, belajar itu sepanjang hayat, jadi kita harus terus coba untuk belajar terus menerus.
Selain itu, belajar di negeri orang bisa memberikan kita pengalaman baru untuk mengetahui gimana sih kondisi, budaya, dan rasanya tinggal di negara tersebut. Dengan begitu, rasa saling menghargai kita akan bangsa lain akan tumbuh semakin baik.
Kalau Diva sendiri, ingin mencoba exchange karena memang sejak dulu tertarik dan penasaran akan student exchange, serta didukung oleh keluarganya.
“Hmm, kayaknya ada peran keluarga gue yg lumayan supportif juga sih.. dari SMA tuh gue dan kakak gue kayak dipush untuk daftar AFS (American Field Services, program pertukaran pelajar SMA ke Amerika -red) meskipun akhirnya gak dapet, jadi mungkin rasa penasarannya masih nyangkut hahaha..”
Dukungan keluarga juga bikin Diva penasaran banget akan dunia luar yang luas, lebih dari sekadar wilayah Indonesia aja.
“Terus emang gw ngerasa dunia tuh luas, jadi pengen coba ngerasain tinggal di tempat baru, nambah pengalaman juga kan pastinya… Karena exchange tuh bener-bener nantang diri buat mandiri dan belajar adaptasi in a whole new level gitu hehehe…”
Gak cuma kemauan, tapi niat merupakan hal penting
Sumber: dokumentasi pribadi
Kalau menurut Diva, tentu hal pertama yang perlu ia persiapkan adalah niat! Kita harus tahu betul dengan apa yang akan kita lakukan dan apa saja konsekuensinya. Salah satu yang menjadi pertimbangan Diva dan bahkan membuat teman-temannya mengurungkan niat untuk mendaftar program exchange adalah karena kuliah yang akan lebih lama dan juga perpisahan dengan peer group masing-masing saat kembali ke Indonesia nantinya. Semua ini karena durasi exchange yang kira-kira satu hingga dua semester, jadi wajar aja saat kembali ke Indonesia, kita sudah ketinggalan pelajaran di kampus sebanyak dua semester.
Namun, satu hal yang turut membantu Diva dalam mengambil keputusan adalah dukungan dari keluarga dan teman-temannya, sehingga membuatnya lebih yakin dalam mengambil keputusan untuk mengikuti program exchange. Selain itu, pertimbangan yang matang serta kemungkinan-kemungkinan yang mungkin akan terjadi juga dipikirkan Diva untuk mematangkan keputusannya untuk exchange.
“Tapi inget ya, kalau ini hidup lu, yang jalanin lu, jangan patah semangat juga kalau reaksi orang-orang gak kayak apa yang lu mau.”
Niat tersebut juga harus dibarengi dengan tindakan
Sumber: dokumentasi pribadi
Kalau niat tanpa tindakan, apa gunanya? Makanya, niat harus dibarengi dengan tindakan nyata yang pantang menyerah! Begitu juga dengan Diva, dengan niat yang ia punya ia langsung bertindak dan segera mencari-cari informasi exchange di website International Office UI. Mencari informasi exchange pun gak sembarangan mencari, namun juga diikuti dengan riset mengenai program yang disediakan, latar belakang kampus yang dituju dan program studi yang ada, hingga kehidupan di negara tersebut.
“Yang gue lakuin sih mantengin info exchange, yang buka dari univ mana aja, terus research juga univ-nya gimana… Habis itu gue liat deadline pendaftaran buat ngira-ngira harus punya hasil TOEFL kapan. Udah habis itu kontakan sama International Office UI (IO), urus berkas di fakultas, dan nunggu pengumuman dari IO lagi.”
Selain sikap rajin, sikap pantang menyerah juga diperlukan dalam mendaftar exchange, karena belum pasti berkasmu akan diterima oleh universitas yang bersangkutan. Diva juga mengalami penolakan di universitas yang ia daftarkan pertama kali, namun ia tetap pantang menyerah dan mencoba di program lainnya. Akhirnya, Diva berhasil diterima di program exchange di SKKU, Korea Selatan. Keren banget, ya!
Selain itu, jika ingin mendaftar program exchange tentu kita juga harus ketahui biaya yang dibutuhkan karena tidak semua program menyediakan program fully funded atau pembiayaan penuh. Diva sendiri tidak mendapatkan tanggungan biaya hidup di Korea Selatan dari program yang ia ikuti. Namun, karena rajin mencari tahu, Diva akhirnya mendapatkan beasiswa dari pemerintah Korea Selatan untuk sehari-harinya, yaitu beasiswa GKS.
Pengalaman hidup di Korea yang gak terlupakan
Sumber: dokumentasi pribadi
Selain belajar di universitas Korea, kita juga bisa mendapatkan pengalaman yang berharga hidup di Korea, jika kita mengikuti exchange. Diva juga merasakannya, loh. Salah satu yang berkesan buat dirinya adalah berbuka puasa makanan Indonesia di Korea, bersama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Korea.
“Gue suka ke KBRI buat makan Indonesia gratis, sih. Kebetulan gue juga ngelewatin bulan puasa pas gue exchange, jadi KBRI tiap weekend tuh open house gitu buat bukber (buka bersama) dan teraweh bareng. Tentu saja aku manfaatkan hahaha.”
Selain bertemu dengan sesama orang Indonesia di Korea, Diva juga senang karena bisa bergaul dengan banyak orang dari Korea dan bahkan negara lain sesama mahasiswa exchange. Di kelas, Diva bertemu dengan seorang teman yang bersahabat dan tertarik dengan Indonesia karena pernah punya teman dari Indonesia. Sementara itu di luar kelas, Diva pernah mengikuti makrab bersama anak-anak exchange dan bisa mengenali banyak orang dari berbagai negara, salah satunya dari Eropa. Menurutnya, hal ini menarik banget karena ia jadi bisa mengetahui bagaimana sifat dan budaya orang yang berasal dari daerah yang berbeda.
Di akhir, Diva juga memberikan tips nih untuk para anakUI yang tertarik mencoba exchange ke luar negeri. Yuk, disimak:
Harus yakin. Menurut Diva, persiapan berkas exchange itu tidak sulit, namun ribet. “Lu harus yakin untuk cukup rela dibikin ribet urus berkas sana sini, ketinggalan (atau ngejar lebih keras) kuliah di UI pas lu balik, dan siap dengan kemungkinan kalo tinggal di negara orang itu beda sama ketika lu liburan.” Kata Diva. Menurutnya, memang exchange tidak akan selalu happy, namun justru itulah experience yang didapat.
Gak boleh males research. “Mulai dari alur penerimaan exchange program, univ tujuan, daerah tujuan, scholarship, tempat tinggal di sana, daan banyak lagi.” Kata Diva. Banyak research itu akan sangat ngebantu dirimu sendiri supaya tidak bingung dan kekurangan informasi nantinya.
Melatih TOEFL. Nilai TOEFL yang baik merupakan salah satu hal esensial dalam penilaian berkas exchange. Menurut Diva, tes TOEFL juga perlu dilatih agar mendapatkan skor yang memuaskan dan lolos seleksi. “Soalnya kesempatan exchange tuh menurut gue ga akan lu dapatkan semudah pas lu masih sekolah ya, apalagi di UI yang partner student exchange programnya udah lumayan banyak.“
***
Nah, itu dia pengalaman Diva ketika prosesnya mengikuti exchange ke Korea dan tips dari Diva. Wah, rasanya jadi makin tertarik untuk ikut exchange, ya! Buat kalian yang mau mendaftarkan diri exchange, semangat ya! Atau masih penasaran akan pengalaman exchange di Korea? Kalian bisa banget hubungi instagram Diva (@ddhamayantie) atau instagram International Office UI (@ui_international). Semangat!
Prokrastinasi, istilah yang sangatttt akrab dan dikenal oleh para mahasiswa. Kamu pernah melakukan hal ini? Pasti pernah. Gimana dengan saya? Pernah juga. Kamu tanya ke orang-orang di sekitarmu, mulai dari teman, orangtua, bahkan dosen sekalipun, pasti pernah melakukan prokrastinasi.
Berapa banyak waktu yang kamu butuhkan dalam melakukan prokrastinasi? Sehari sebelum tenggat waktu? tiga hari? atau mungkin seminggu sebelum tenggat waktu? Prokrastinasi itu sifatnya subjektif loh guys. Kamu gak bisa bilang seseorang itu adalah seorang procrastinator kalau orang itu gak merasa. Kok gitu? Ya iyalah. Bisa aja nih, bagimu, ngerjain tugas seminggu sebelum tenggat waktu adalah bentuk dari prokrastinasi. Tapi bagi temanmu, waktu seminggu itu merupakan waktu yang ideal di mana ide-ide terbaik mereka muncul. Hmmm.. rumit ya?
Detik demi detik berganti menjadi hari, hari berganti minggu… tumpukan tugasmu belum ada yang terselesaikan. Kamu merasa panik sebenarnya, tapi entah kenapa jiwa dan ragamu belum tergerak untuk mengerjakannya.. Waduh gimana ya? Padahal kamu sudah menyiapkan agenda yang berisi apa saja yang harus kamu kerjakan tiap harinya. Pada akhirnya kamu tersadar, prokrastinasi itu bukan karena kamu yang tidak menyiapkan apa saja yang perlu disiapkan, tapi lebih berupa bagaimana mindset kamu terhadap tugas yang seharusnya kamu selesaikan!
Bicara soal mindset, apakah benar orang yang prokras adalah mereka yang perfeksionis?
Hmm.. bisa dibilang ini adalah mitos. Kalau misalnya kamu ketemu temen kamu yang prokras dan ternyata tugas yang dikerjakannya benar-benar sempurna, kamu lagi beruntung aja. Atau mungkin temenmu merupakan satu individu di atas ratusan, bahkan ribuan individu lainnya yang gak se-oke dia. Percaya deh guys, melakukan prokrastinasi itu gak bikin kamu menjadi seorang yang perfeksionis. Oke, mungkin kamu dapet lebih banyak waktu untuk memikirkan yang terbaik. Tapi kamu juga kehabisan waktu untuk merapihkan kesalahan dan kekurangan yang ada di pekerjaanmu. Pilih mana?
Adanya tekanan karena deadliner justru bikin gue kerja lebih baik!
Sebenernya, pendapat yang satu ini bisa dibilang iya, bisa dibilang enggak. Kalau kamu baca Hukum Yerkes-Dodson, kamu bakal lihat bahwa hubungan stress dengan performa kerjamu itu kayak huruf U terbalik. Yes, bayangin saat kamu bekerja tanpa tekanan, alias gak ada sama sekali tuh deadline atau kriteria-kriteria yang ditetapin, apa yang kamu rasa? Bosen. Ngeremehin. Asal-asalan ngerjainnya? Bener banget.
Menurut hukum Yerkes-Dodson, ketika kita mengerjakan suatu tugas tanpa adanya tekanan, kita justru jatohnya merasa bosan, sehingga performa yang kita berikan untuk pekerjaan tersebut ya setengah-setengah. Hasilnya justru berantakan. Tapi ketika kamu mulai mendapatkan tekanan, misalnya cuma dikasi waktu seminggu, atau bahkan cuma tiga hari untuk ngerjain tugas tersebut, kamu mulai menyusun konsep-konsep terbaik sebelum mengerjakan tugasmu tersebut.
Kamu juga pastinya udah menentukan di tiap harinya, bagian mana yang mau kerjakan terlebih dahulu. Coba sekarang bandingkan jika kamu mengerjakan tugas tersebut h-1 sebelum deadline. Kamu belum pernah menyicilnya sama sekali, sampai akhirnya kamu harus mengerjakan tugas tersebut menumpuk dalam jumlah yang banyak. Kamu akan pusing disertai dengan panik, dan yang ingin kamu lakukan hanyalah cepat-cepat mengumpulkan tugas tersebut. Boro-boro mikirin kualitas. Pokoknya yang penting mah selesai aja!
sumber: toolshero
Hati-hati, jangan-jangan kamu punya gangguan psikologis!
Coba deh kamu perhatikan, sudah berapa lamu kamu mengalami kebiasaan prokras? Apakah baru-baru saja atau justru dari kecil sampai sekarang, kamu selalu menunda-nunda pekerjaan. Dalam ilmu psikologi, seseorang bisa saja memiliki gangguan tertentu yang menyebabkan mereka melakukan prokrastinasi. Misalnya, bisa saja orang tersebut memiliki gangguan kecemasan, sehingga Ia takut dalam memulai pekerjaan. Atau mungkin orang tersebut memiliki gejala ADHD (attention deficit hyperactive disorder), yang membuatnya sulit untuk berkonsentrasi dan menghiraukan distraksi-distraksi yang ada di sekitarnya.
Bagaimana temen-temen? Semoga dengan artikel ini kamu lebih paham ya tentang prokrastinasi itu sendiri! Siap untuk berubah?
Perkuliahan Jarak Jauh (PJJ) karena pandemi COVID-19 membuat para mahasiswa UI harus melakukan kegiatan perkuliahan di rumah masing-masing via daring. Namun, biarpun terhalang oleh jarak, hal ini gak menghambat mahasiswa UI untuk mengukir prestasi loh, guys. Salah satunya, merupakan prestasi yang diraih oleh Sri Rahmawati (FISIP UI 2018), Aulia Nafitri (FISIP UI 2018), dan Nida Nur Maulida (FKM UI 2018) di kompetisi yang diadakan AIS Forum (Archipelagic & Island States) bersama UNDP & ANGIN yaitu Innovation Challenge: Creating Resilient Business 2020 yang mereka ikuti bersama tim MejaKita.
Kompetisi ini juga bukan sembarang kompetisi, loh. Kompetisi tersebut diikuti oleh 47 negara yang tergabung dalam AIS, termasuk Jepang, Singapura dan UK dan diikuti oleh 168 tim. Di antara sekian banyak tim itu, tim MejaKita berhasi meraih posisi sebagai start-up ke-5 teratas bersama tim MejaKita. Nah, penasaran kan karya apa sih yang dibuat oleh teman-teman kita dan gimana mereka bisa tetap mengukir prestasi di tengah-tengah PJJ? Yuk ngobrol lebih lanjut dengan Sri, Aulia, Nida, dan CEO dari MejaKita sendiri yaitu Aktsa Efendy.
Tentang MejaKita dan Kompetisi UNDP
Prestasi MejaKita di kompetisi UNDP. (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Pada awalnya, Sri, Aulia dan Nida sudah bekerja bersama di start-up MejaKita, yaitu platform pembelajaran online yang semenjak April 2016 telah mendukung metode belajar peer-to-peer (siswa ke siswa). MejaKita sendiri mengidentifikasi perusahaannya sebagai “impact start-up” yang membantu perbaikan pendidikan Indonesia melalui pemberdayaan siswa. Di sini, Sri, Aulia dan Nida memiliki tiga peran berbeda: Sri sebagai Marketing Director, Aulia sebagai Strategic Relations Director dan Nida sebagai Academic Director.
Lalu, kenapa bisa dari start-up tiba-tiba ikut kompetisi UNDP? Ternyata, UNDP dan MejaKita memiliki visi yang sama yaitu untuk mendukung perusahaan-perusahaan yang tidak hanya dapat bertahan dalam masa-masa krisis, tapi juga mengembangkan solusi yang dibutuhkan khalayak saat kesulitan di masa pandemi sekarang ini, begitu kata Kak Aksa.
“Karena itu, MejaKita memberanikan diri untuk berinovasi & mengembangkan konsep sistem ujian daring dengan kode nama “UjianKita”, yakni sistem tes online yang dapat meminimalisir pencontekan & kecurangan tanpa harus bergantung pada sistem konferensi video.”
Untuk persiapannya sendiri, ternyata Sri, Aulia, Nida dan MejaKita telah menyiapkan proposal dan rancangan pengembangan sistem, riset dan target pasar, serta model bisnis sampai tenggat waktu kontes. Tapi, ternyata mereka nggak hanya mengajukan satu proposal aja loh guys, melainkan dua proposal dimana proposal satunya adalah proposal dari “sister entity” MejaKita, yaitu MejaKerja.
“Puji syukur MejaKita berhasil lolos, sampai final & lalu termasuk 10 juara yang dipilih untuk dapat ikut serta pelatihan bisnis oleh akselerator UNDP sendiri, yakni Blue Startup Hub, yang akan mendukung MejaKita dalam memperkuat fundamental bisnis perusahaan kami.”
Selain telah menjadi perwakilan Indonesia dari total 168 start-up di 47 negara, Kak Aksa juga mengatakan bahwa MejaKita menjadi peserta termuda loh, karena pengelolanya semua adalah mahasiswa & mahasiswi yang sedang berkuliah.
Setelah Meraih Kemenangan, Jangan Cepat Puas!
Kompetisi yang terdiri dari dua ronde ini, yaitu ronde submisi ide bisnis dan virtual pitching, telah mewadahi mereka untuk menjadi perwakilan startup edtech dari Indonesia dalam program bimbingan bisnis yang diadakan Blue Startup Hub AIS. Dengan prestasi yang nggak main-main ini, tentu seluruh anggota tim, termasuk Aulia, merasa bangga dan senang.
“Seneng banget! Feeling so honoured to be awarded as the best 5 start-up in AIS Challenge. Satu tim merasa sangat bangga & lebih semangat buat meningkatkan kualitas dari MejaKita.”
Namun, setelah meraih prestasi tersebut, tentu mereka tidak akan diam di sana saja. Menurut Aulia, MejaKita akan tetap berusaha membuat inovasi-inovasi baru dalam pengembangan diri setiap murid di Indonesia baik melalui workshop, webinar, coaching dan mentoring, dan banyak lagi. Aulia juga berharap agar MejaKita bisa menjadi pionir P2P learning yang inklusif dan berkualitas.
Siapa yang sangka, semua prestasi ini mereka dapatkan karena ikut bergabung dalam start-up MejaKita. Tentunya, mengerjakan start-up sambil berkuliah bukan hal yang mudah, termasuk untuk Sri, Aulia dan Nida. Sri sendiri telah tergabung dengan MejaKita semenjang semester 3 berkuliah, dan menurutnya salah satu kunci untuk meniti karir di start-up adalah memperluas networking dan harus bisa beradaptasi dengan baik.
“Sejujurnya sejak SMA gue sendiri udah pake MejaKita, jadi perluas pertemanan gak cuma di organisasi kampus doang, tapi juga organisasi luar kampus. Lalu untuk berkarir di startup menurut gue kita mesti bisa adaptive, karena kerja nya dinamis banget, apalagi gue sebagai marketing director di mana harus cepet adaptif sama perubahan pasar & konsumen yang ngaruh ke strategi marketing.”
Selain itu, sebagai mahasiswa kita juga harus pintar dalam mengelola stres dan waktu. Apalagi, perkuliahan yang dilakukan oleh UI sekarang semua serba di rumah atau Perkuliahan Jarak Jauh (PJJ). Jadi, Sri menyarankan bahwa kita harus mengetahui batasan dari kuliah dan kerja, serta mengelola tugas-tugas perkuliahan dan pekerjaan.
Tips Kompetisi di Tengah Pandemi dan PJJ
Mengikuti kompetisi di tengah pandemi tentu bukan hal yang mudah, apalagi semua harus dilakukan serba online. Menurut Nida, jika kita ingin mengikuti kompetisi di tengah pandemi ini tentu kita harus aktif dalam mencari informasi lomba.
“Yang pasti sih, harus sering-sering cari info tentang lomba ya biar persiapannya gak terlalu mepet sama deadline. Trus, lo juga bisa cari mentor yang mungkin pernah menang lomba yang sama atau minta pendapat temen untuk memaksimalkan ide yang lo punya.”
Selain itu, semangat merupakan hal yang penting juga loh, guys. Urusan menang atau kalah itu belakangan, yang penting kita sudah berusaha yang terbaik! Ada sedikit pesan penyemangat nih dari Nida untuk kalian yang mau mengikuti kompetisi selama pandemi.
“Semangat buat yang mau coba ikutan lomba selama pandemi! Gapapa coba-coba aja dulu, urusan kalah/menang mah gak usah terlalu dipikirin karena guru terbaik adalah pengalaman~”
Cerita Mereka Yang Ngalamin Sidang Online 2020. Halo pembaca setia anakUI.com, semoga sehat selalu dan tentunya semakin rajin bacain artikel-artikel dari anakUI.com yang dipublish setiap harinya..
Kira-kira, isu paling hot yang paling banyak dibahas dan bersileweran di media sosial kalian apa sih akhir-akhir ini? Jangan COVID lagi ya! Bosen! Mending bahas yang positif-positifnya aja nih… kayak misalnya… sidang online!
Untuk kalian mahasiswa UI yang lulus di tahun 2020 ini, baik kalian yang berasal dari jenjang D3 maupun S1, penulis ucapkan selamat! Kalian hebat! Di tengah situasi yang gak pasti seperti ini, kalian masih bisa fokus dalam menyelesaikan studi kalian. Gak mudah loh, dan pastinya kalian sudah melakukan semuanya yang terbaik. Seharusnya kalian bangga dengan pencapaian kalian dan semakin terpacu untuk mengejar cita-cita!
Sumber: anakrantau.id
Nah, meskipun kalian dan momen sakral kalian (alias sidang skripsi) harus tetap dilakukan #DiRumahAja, pastinya momen-momen seru dan tak terlupakan selama sidang berlangsung masih tetap ada dong, ya? Berikut ini anakUI.com merangkum cerita-cerita dari teman-teman kita yang melaksanakan sidang online di tahun 2020. Check this out!
1. Mati Lampu
Sumber: bbc.com
Wah kalau gini pasti bukan main paniknya. Cerita ini datang dari salah satu teman mahasiswa, yaitu S dari Vokasi yang bercerita bahwa satu jam sebelum sidang berlangsung, listrik di rumahnya tiba-tiba mati tanpa adanya pemberitahuan terlebih dahulu. Alhasil, S harus melaksanakan sidang di teras rumahnya karena kamarnya gelap.
“Gue kesel banget sih. Kenapa ya pake mati lampu segala? Mana pas gue mau sidang.. Kan kacau. Padahal pemerintah kan pastinya tahu banyak orang yang work from home dan juga pembelajaran jarak jauh. Kok malah tiba-tiba listrik dimatiin” katanya.
Untuk mengakali kemalangan yang dialaminya, S meminta satpam yang berjaga di pintu masuk jalan rumahnya untuk mengingatkan kendaraan yang lewat untuk tidak membunyikan klakson atau menginjak gas kencang-kencang agar tidak berisik. Haduh… kasian ya? Tapi menurut S, hal ini menjadi pelajaran untuknya lebih berhati-hati dan lebih bersiap dalam menghadapi situasi seperti ini.
“Mungkin mulai sekarang gue pake genset aja kali ya?” Pikirnya.
Kalau kejadian kedua ini dialami oleh teman kita B yang memutuskan untuk tetap tinggal di kos-kosan saat prosesi sidang berlangsung dengan alasan rumahnya terlalu ramai dengan adik dan keponakannya yang nanti bisa mengganggunya. Tapi naas, tak lagi diganggu adik dan keponakkan, B malah justri diganggu dengan kehadiran tukang ember keliling yang menawarkan dagangan. Anehnya lagi, tukang ember tersebut berhenti tepat di depan kos-kosannya. Menurutnya, kejadian ini adalah kejadian teraneh dan ajaib yang pernah terjadi dalam hidupnya.
“Gue baru sekali ini selama ngekos, denger tukang ember lewat, apalagi berhenti di depan kos-kosan gue teriak-teriak nawarin dagangan. Cobaan banget”
Buat kalian yang masih belum tahu, selain berteriak-teriak, tukang ember biasanya akan membanting-banting ember dagangan untuk mendemonstrasikan kekuatan dari barang dagangnya tersebut. Hal ini juga dialami oleh B sebelum dan selama sidang skripsinya berlangsung.
“Kenapa gak gue usir aja? Soalnya banyak ibu-ibu yang lagi pada nawar. Hadeh, daripada gue makin ribet urusannya nanti. Yaudah gue diemin aja” Ujar B.
Cerita ini datang dari temen kita F dari FT yang sebenernya… agak ceroboh. Semula berawal dari S yang merasa ‘gerah’ harus memakai pakaian formal lengkap padahal sidang yang dilaksanakan secara online (yang berarti bagian tubuh yang terlihat hanya dari kepala sampai pinggang). F pun memutuskan tetap menggunakan boxernya meskipun atasan yang Ia pakai adalah kemeja formal.
F tidak tahu bahwa sebenarnya meja yang Ia gunakan sebagai alas cukup rendah sehingga webcam dari laptopnya masih bisa menangkap gambar tubuhnya termasuk boxer yang sedang Ia kenakan. Barulah di akhir sidang ketika dosen penguji menyatakan bahwa F lulus (meski banyak revisi) F menyadarinya. Dosen penguji F berpesan agar F tidak lagi mengenakan celana boxernya di situasi penting dan formal lainnya.
“Haduh.. malu banget. Gue takut aja dinyatain gak lulus. Untuk penguji masih ngertiin. Lain kali gue ga akan mager-mageran lagi deh”
Dari segi keabsurdan, cerita terakhir ini adalah cerita paling kacau menurut penulis. Gimana engga, dosen yang menguji R yang saat sidang di rumah sendirian, mengaku melihat sesosok perempuan berbaju merah berdiri di belakang punggung R.
“Gue bilang, maaf Pak, jangan nakut-nakutin dong, terus si penguji bilang nanti malem perempuan ini bakal dateng di mimpi gue”.
Ternyata benar. Pada malam hari teman kita ini mengaku memimpikan sosok perempuan yang dilihat dosen pengujinya itu. Untungnya sih cuma hantu ya guys, dibanding ditakut-takutin gak lulus.. Wah kalau kayak gini sih, horor abis ya…
Gimana nih temen-temen pembaca, ada yang mengalami hal yang sama kayak mereka selama sidang online berlangsung? Kalau ada kalian bisa cerita di kolom komentar yang sudah disediakan di bawah. Atau mungkin buat kalian yang merasa punya cerita menarik lainnya selama sidang? Boleh banget ikutan cerita! Lumayan kan amal berbagi pengalaman dengan adik tingkat yang belum ngerasain yang namanya sidang skripsi? Hihihihi
Cerita Horror Misteri Pocong Di Gedung C Asrama Universitas Indonesia. Setelah kembali dari kegiatan kampus, gue langsung balik ke asrama UI karena rencananya gua langsung mau istirahat. Saat itu sekitar jam 7 malam, gua balik menggunakan bikun dan sampai di asrama sekitar jam 7.20 PM.
Seperti biasanya setelah tiba di Asrama UI ternyata suasana di situ sangat ramai. Banyak yang mengobrol, membuat laprak, bercanda dengan teman. Ada yang makan dengan lahap, ada yang ber-download ria memanfaatkan wifi di asrama.
Di suasana ramai itu gua berusaha buru-buru ke gedung H1 tempat kamar gua berada, untuk segera istirahat dan tiduran. Tetapi ketika gua sedang berjalan tiba-tiba ada suara yang memanggil gua.
Oy Mohan!!
Tentu gua bingung dan berusaha melihat sekitar ternyata setelah menengok ke belakang, yang memanggil gua adalah W teman sejurusan gue. Aneh juga dia memanggil gua, karena sebenarnya gua tidak begitu akrab dengan dia, tapi ya sudahlah.
“Lu baru balik jam malam begini, dari mana lu han?” Kata W
“Ya, biasalah tugas, eh lu udah makan? gua mau makan ni”. Bales gua
“Belum, ayo dah makan bareng, cari tempat aja dah lu, gua yang pesenin makanan, sama apa lu menunya?”
“Oke-oke, hmm, gua sama tuna balado aja, kasih sayur asamnya ya, nih uangnya. Gua duduk disana deh” (sambil menunjuk kursi di ujung deket ibu-ibu yang jualan jus)
“Oke sip dah, cepet sono, nanti ditempatin orang”. Kata W
Gue segera duduk di kursi tersebut dan mengamankan kursi satunya lagi untuk si W, sambil menunggu dia, gua buka-buka Line dan Whatsapp gua, siapa tau ada pesan dari gebetan 😀
5 menit kemudian si W datang sambil membawa dua piring.
“Nih han makanan lu.” Kata W
“Wih siap, tumben lu ngajak gua nongkrong”. Bales gua
Tiba-tiba W menatap mata gua dengan melotot dan itu membuat perasaan gua tidak enak, creepy juga saat itu dan suasana itu membuat gua tidak enak.
“Yah, sebenarnya han gua mau cerita sesuatu, tapi ini rahasia dan gua tau lu orangnya bisa jaga rahasia”. Kata W
“Ehh, tau dari mana lu kalo gua bisa jaga rahasia”. Bales gua
“Lu kan satu-satunya anak di kelas yang paling sedikit ngomong dan nongkrong, lu kan mahasiswa kupu-kupu”. Kata W
“Huftt, yaudah lu mau cerita apa emangnya, kayaknya serius banget?” Bales gua
“Serius lu bisa jaga rahasia gak? Kalo gak bisa jaga rahasia mah gak jadi deh”. Kata W
“Bisa lah, udah buruan cerita?” (Gua maksa W karena gua semakin penasaran)
Tiba-tiba seketika itu W berhenti makan dan menatap gua seolah ini permasalahan yang serius.
“Lu percaya gak kalo gua baru mengalami kejadian horror?” Kata W
“Nih dek jus jambunya”. Kata ibu kantin (Gua memesan jus jambu, kebetulan gua suka jus jambu :D.)
“Makasih bi, nih uangnya”. Bales gua ke ibu kantin.
“Eh tadi lu ngomong apa? Mengalami kejadian horror?” Kata gua
“Iya, lu percaya gak sama gua?” Bales W
Karena gua penasaran sama cerita si W dan gua gak mau si W berhenti cerita maka gua menjawab bahwa gua percaya ceritanya (Walaupun gua gak pernah percaya dengan yang namanya hantu)
“Gua sih percaya, soalnya emang banyak cerita hantu kan di sini”. Bales gua
“Tapi emang lu dimana mengalami kejadian horrornya?”. Kata gua
“Di gedung C, di kamarnya si I”. Kata W
“Eh maksud lu si I temen sejurusan kita? Bales gua
“Iya, si I yang suka duduk di belakang itu”. Kata si W
“Coba ceritain kejadiannya”. Bales gua
“Nah, waktu itu kan gua balik selesai kuliah kan, karena gua capek banget, gua langsung memutuskan balik ke asrama dan langsung tidur. Setelah itu gua bangun jam 10 malam. Abis bangun seperti biasanya gua ngecek WhatsApp dan yah seperti biasanya WA gua sepi. Terus gua mandi dan ganti baju dari baju tidur ke baju main dan setelah selesai ganti baju gua segera kunci kamar dan ingin berangkat ke kantin, karena mau wifian. Tapi di tengah jalan gua ke pikiran mau nanya tentang tugas Logika ke si I, yaudah gua segera ke gedung C dong dan gak jadi ke kantin”. Kata si W
“Terus?” Bales gua
“Bentar, bi pesen jus jambunya satu ya”. Kata si W
“Siap dek, kasih susu gak?” Kata ibu kantin
“Iya dong bi, biar enak :D,” kata si W
“Terus gimana kelanjutannya?” Kata gua
“Nah setelah itu gua segera ke gedung C dong, sepi banget sumpah han, dan gua segera ke ruangan Cxxx yaitu kamarnya si I. Sepanjang lorong itu gua ngerasa di awasin tau han, padahal gak ada orang sama sekali tapi ngerasa kaya diawasin gitu. Yaudah gua jalan buru-buru, gak nengok kanan-kiri. Dan sampailah gua di depan kamarnya si I.” Kata W
“Terus?” Bales gua
“Nih jus jambu nya dek”. Kata ibu kantin
“Berapa bi? delapan ribu ya?” Kata si W.
“Iya dong seperti biasanya”. Kata ibu kantin
“Sip, nih bi uangnya”. Kata si W
“Terus gimana kelanjutannya?” Kata gua
“Eh bentar han, makanan lu dilaletin tuh,udah makan dulu sono”. Kata si W
“Lah iya anjirrr”. Kata gua
“Tumben lu lahap gitu makannya han, lu gak makan ya dari pagi?” Kata si W
Nih si kampret gak sadar apa, kalo gua makan-makanan ini karena takut dia gak cerita kelanjutannya kalo gua gak makan-makanan ini.
“Nah udah abis, terus gimana lanjutannya?” Kata gua
“Setelah gua sampai di kamarnya si I perasaan gua gak enak tuh, karena gua tau rumor yang beredar bahwa kamar di samping kamarnya si I itu pernah ada penampakan pocong”. Kata si W
“Hah, pocong?” Bales gua
“Iya, katanya dulu ada mahasiswa yang tinggal di kamar sampingnya si I dan pada saat itu katanya dia itu keluar sekitar jam 7 malam karena ada urusan dan dia balik sekitar jam 11 malam, nah pas dia balik, ternyata pintu kamarnya gak di kunci. Padahal dia ngerasa udah mengunci kamarnya, aneh kan? Nah si penghuni ini terus masuk ke kamar dan katanya pas di kamar lu tau gak ada apaan?”
“Apaan emang?” Kata gua
“Lu tau rembesan air di atap gak kalo hujan? Nah rembesan itu kan ngebentuk pola gitu kan, nah anehnya polanya itu bentuknya seperti pocong. Nah si penghuni ini takut dan akhirnya dia mutusin pindah kamar. Jadi kamar di samping kamarnya si I itu kamar kosong han”
“Wajar aja si pindah, serem juga sih tidur sambil ngeliat atap ada gambar pocongnya.” Kata gua
“Iya, nah terus setelah gua berada di depan kamarnya si I, gua segera ketok-ketok kamarnya dong sambil manggil si I. Terus setelah gua ketok-ketok, ada suara sahutan, suaranya mirip si I. Suaranya bilang “iya bentar dulu”. Gua tunggu tuh, lama banget tapi gak dibuka-buka. Aneh kan? Katanya bentar dulu tapi kok gak dibuka-buka. Ya akhirnya terpaksa gua paksa buka tuh pintunya. Ternyata pintunya gak ke kunci, dan lu tau gak ternyata gak ada siapa-siapa di dalam. Langsung dong gua telpon si I, dan ternyata si I lagi dikantin. Lah kalo si I di kantin terus siapa yang yahutin gua, padahal suaranya persis banget si I. Otomatis gua merinding dong, apa lagi kamar di samping kamarnya si I itu kamar kosong yang horror”. Kata si W
“Shittt, serius lu ngalamin itu? Terus lu ngapain?” Bales gua
“Yaudah gua tutup pintunya dan sambil lari gua ninggalin gedung C karena takut”. Kata si W
“Gila, anjir, gua kira cerita horror di UI itu boongan, tapi lu ngalamin sendiri”. Kata gua
“Iya, nah sekalian gua mau ngajak temen gua yg cewe, nanti malam kita ke gedung C buat berburu hantu, sekalian lu download aplikasi Ghost Detector di HP lu, gua masih penasaran siapa yang yahut gua pas di gedung C”. Kata si W
“Gua boleh ikut? haha”. Bales gua
“Ga boleh lah, bisa ditangkap satpam asrama UI lu ntar haha, malem-malem gua kesononya, sepi, sekalian gua mau bikin vlog, sekalian bawa senter”. Kata si W
“Hmm, yaudah deh, nanti malem gua siapin barangnya, tapi lu yakin mau bikin vlog?” Bales gua
“Iya gua mau bikin, inget jam 11 malem ke kantin oke, nanti gua ajak temen gua ke gedung C bareng-bareng, sekalian nanti gua mau minjem kunci kamar kosong horrornya sama penanggung jawab gedung C.” Kata si W
Kamar kosong di samping kamarnya si I? Emang boleh? Bales gua
“Ya selow aja, lu kan tau gua jago social engineering, gampang dapetin kuncinya mah”. Kata si W
(Mana gua tau anjir, kita aja baru ngobrol kali ini)
“Oke deh”. Bales gua
Lorong Gedung C Asrama UI saat sepi ditinggalkan penghuninya (saat liburan semester) Sumber: alamisteri.com
Bersambung!!!! Next Episode ya, kelanjutan dari kisah ini, gak mau terlalu panjang, nanti ngebosenin, jadi di potong dulu ya ceritanya, dan di lanjutin di next episode.
Selamat malam jumat pembaca setia anakUI.com! Apa kabar semuanya? Semoga selalu diberikan kesehatan dan juga kebahagiaan meskipun harus #DiRumahAja. Nah, kali ini, anakUI.com menghadirkan suatu artikel yang berisi pengalaman teman-teman kita sesama mahasiswa UI yang tidak tahu kenapa bisa naas, harus bertemu dengan sosok mbak-mbak cantik penunggu Perpusat.
Sumber: okezone.com
Eitts.. Jangan seneng dulu. Mbak-mbak cantik ini bukan mbak-mbak mahasiswa atau karyawan UI yang kita kenal, melainkan sosok jahil yang sering banget berkeliaran di sekitaran Perpusat dan juga danau UI. Tentunya, perlu pembaca ingat juga bahwa mbak-mbak ini tidak berasal dari dunia yang sama dengan kita. Makanya, bertemu dengannya sebisa mungkin kita hindari.
Oke, cerita pertama datang dari teman penulis sesama mahasiswa psikologi
Sebagai anak psikologi, rasanya emang sulit banget untuk meyakini kehadiran dari sosok hantu karena tentunya di ilmu kami, hal tersebut memiliki penjelasan secara ilmiah dibaliknya. Tapi ternyata, teman penulis saat itu mengaku dengan jelas melihat dengan kedua matanya sendiri, sosok yang cukup terkenal. Yup, saat itu dia baru saja pulang dari kos-kosan temannya di daerah Barel.
“Saat itu jam menunjukan pukul 09.00 malem. Gue santai aja, karena gue pikir masih belom terlalu malem. Rencanya gue mau ke parkiran Fasilkom karena cowok gue nunggu di situ. Pas gue lagi jalan di sepanjang trotoar MUI, gue lihat samar-samar ada perempuan duduk di tempat penyimpanan spekun. Tahu kan lo” Cerita narasumber.
Narasumber pun lanjut mengatakan bahwa sosok perempuan itu berambut panjang sepinggang dan duduk membelakangi jalanan.
“Makanya gue gak lihat mukanya. tapi pas gue jalan mulai agak mendekati dia, dia berdiri dan langsung berjalan lurus ke arah danau. Aneh sih, masa langsung ngilang gitu aja, ke arah danau lagi. Gue ga meriksa lagi sih dia ke arah mananya. Pokoknya ilang gitu aja. Semoga saat itu dia beneran mahasiswa deh. Hehehe”
Coba perhatikan, ada yang aneh?
Terlepas dari manusia atau tidaknya yang dilihat teman penulis tersebut, cerita lain datang dari salah satu mahasiswa FIB yang terpaksa melihat sosok ini di sore hari menjelang adzan maghrib.
Sebut saja S, saat itu Ia sedang berjalan pulang menuju kos-kosannya di daerah Kutek setelah membeli minuman di Perpusat.
“Saat itu gue jalan sambil main hape aja. Tiba-tiba gue denger suara perempuan ngikik gitu. Ya lo pikir aja, kanan-kiri gue udah sepi. Tumben banget, tapi gue masih positive thinking. Palingan ada cewek lagi ngobrol sama pacarnya ketawa keasikan, ya kan.. Tapi gimana sih gue tengok kanan-kiri gak ada siapa-siapa dong, padahal tuh suara kayak di belakang gue. Deket banget”
Untungnya, S dapat pulang ke kosan dengan selamat. Kira-kira menurut kalian yang membaca, siapa ya yang ketawa? Apakah manusia? Atau mungkin.. Hmmm
Nah, cerita terakhir ini datang dari penulis sendiri.
Sebenernya, penulis gak mau langsung menyatakan apa yang penulis lihat itu adalah sosok yang sama yang ditemui oleh kedua narasumber di atas. Semua penulis serahkan kepada pembaca, apakah sosok yang penulis ceritakan di bawah adalah sesosok hantu, atau mungkin salah satu mahasiswa yang iseng ngerjain penulis. Intinya, apa yang penulis alami cukup menyebalkan, dan semoga tidak ada yang mengalami hal serupa seperti ini.
Jadi begini ceritanya, saat itu UI sudah mulai memasuki musim liburan. Penulis sendiri saat itu sudah libur, dan datang ke UI di waktu sore karena masih harus les bahasa di LBI UI.
Saat itu, penulis berencana untuk meminjam beberapa buku untuk mengisi waktu libur. Tentunya keadaan Perpusat sudah sepi. Tidak semua gerai makanan dan minuman yang biasanya ramai dipenuhi mahasiswa buka. Hanya segelintir mahasiswa yang masih lalu lalang dan mengerjakan tugas (mungkin skripsi, ya?) di Perpusat. Kalau dibilang seram apa enggak, ya enggak sih. Toh sinar matahari juga masih ada ngintip-ngintip dari balik jendela kaca. Tapi entah kenapa suasana agak berbeda dari biasanya.
Lanjut…
Selesai meminjam buku di lantai dua. penulis memutuskan untuk turun ke bawah karena sebentar lagi les akan dimulai. Penulis pun berniat menggunakan tangga dan bukannya lift, karena sudah terbiasa menggunakan tangga di FPsi.
Sembari melihat berkeliling, penulis ternyata tidak sendirian. Ada seorang mahasiswa perempuan dengan rambut panjang sepinggang dan memakai kaus berwarna merah (sama seperti yang diceritakan teman penulis) sepertinya juga ingin turun ke lantai dasar dan berjalan tepat di depan penulis. Meskipun kemunculan dari perempuan ini sangat tiba-tiba dan menyebabkan penulis heran, penulis pada awalnya menyangka mungkin mbak-mbak ini adalah hanyalah mahasiswi biasa. Mbak-mbak ini pun berbelok ke arah salah satu tangga yang biasanya langsung mengarahkan ke lantai dasar. Tapi jalannya cepat sekali, padahal tidak berlari dan tidak terlihat terburu-buru.
Tumpukan kursi rusak.
Ya, itulah yang penulis temukan di ujung tangga keluar. Tidak ada jalanan yang bisa dilewati yang mengarahkan ke lantai dasar. Lampu-lampu pun hanya sedikit yang menyala dan sangat redup. Waduh, penulis panik setengah mati. Sangat tidak mungkin seseorang bisa melewati tumpukan kursi rusak tersebut sekalipun mereka atlet profesional, karena tumpukan kursi itu hampir menyentuh langit-langit Perpusat. Sosok perempuan yang tadi berjalan di depan penulis pun hilang seperti tidak berbekas. Tidak terdengar suara apapun, seperti tidak pernah menuruni tangga ini. Padahal, jelas-jelas tadi Ia berjalan di depan penulis memandu penulis untuk ikut turun di tangga ini.
Apa yang terjadi berikutnya?
Well, penulis buru-buru meninggalkan lokasi tersebut, sambil berharap Tuhan tidak akan mempertemukan penulis dengan sosok itu lagi. Kalau boleh jujur, penulis ketakutan setengah mati, mengingat bisa saja sosok itu membalikan badan dan menampakan wajah seramnya. Hiihhh.. Untung saja.
Nah sekian cerita dari penulis dan teman-teman penulis! Semoga apa yang kami alami tidak menjadikan teman-teman pembaca semua menjadi takut dengan Perpusat, apalagi menghindari! Apa yang kami ceritakan di atas mungkin hanya terjadi pada orang-orang tertentu yang sosok ini pilih dan belum tentu terjadi pada kalian! Tetap gunakan sarana ini sebaik-baiknya ya teman-teman!
Masing-masing penghuni kampus pasti punya karakteristik yang berbeda. Mulai dari yang baik hati hingga tukang modus. Di sini penting bagi kamu untuk mengenal dan membangun hubungan baik dengan senior di kampus. Supaya bila ada kesulitan, senior dapat segera membantu kamu menyelesaikan permasalahan terkait perkuliahan. Yuk simak dulu 5 tipe senior saat kuliah yang sudah Anak UI rangkum untuk kalian!
1. Selebgram
Sumber: spanish.fansshare.com
Tipe senior yang satu ini gampang banget dikenali. Dengan tampang rupawan dan tampilan bak selebriti papan atas, gak heran kalo mereka punya ribuan hingga ratusan ribu pengikut. Nah, umumnya senior yang masuk dalam kategori ini punya teman yang sama eksisnya seperti mereka. Karena lingkup pergaulan yang terlihat berbeda, senior tipe ini sering dianggap sombong dan doyan pilih teman. Padahal, mungkin mereka gak sombong, kok. Hanya saja mereka sibuk mengurus endorse dan paid promote yang masuk di akun media sosial mereka, sehingga mereka gak punya waktu untuk ikut organisasi atau sekedar basa-basi.
Katanya, yang muda harus hormat pada yang tua. Eits, tapi kalo hormat berlebihan ya gak bener juga.
Di awal perkuliahan, kamu pasti bakal nemu modelan senior gila hormat. Misalnya nih, junior dilarang makan di meja kantin tertentu, senior yang doyan merintah, nyerobot antrian, hingga gak boleh membantah omongan senior. Pokoknya junior dilarang kurang ajar dan harus selalu sopan dengan senior. (Padahal definisi kurang ajar versi senior ini sering gak masuk akal sih).
Nah, jika kamu harus berhadapan dengan senior modelan seperti ini, gak ada salahnya kok mengingatkan sesama untuk saling menghargai satu sama lain, terlepas dia kakak tingkat atau bukan. Pokoknya, jangan segan untuk menegur perlakuannya jika kelewat batas ya!
3. Tukang Modus
Sumber: bloomgist.com
Masa orientasi kehidupan kampus merupakan ajang yang tepat bagi senior untuk tebar pesona di hadapan mahasiswa baru. Biasanya, dari hari pertama, senior ini udah pasang target untuk deketin maba. Biasanya, senior yang masuk kategori ini sangat tenar di kalangan junior. Tak jarang, mereka gencar melakukan beragam kebaikan penuh modus untuk menggaet perhatian junior favoritnya.Kalo kamu ketemu senior yang seperti ini, gak ada salahnya kok merespon sikap mereka. Ya siapa tau jadian dan langgeng kan. Lumayan, nanti kamu punya kenangan manis yang bisa diceritakan setelah lulus nanti.
Senior modelan ini biasanya dapat kamu temukan saat mengikuti orientasi kampus. Tugasnya sebagai komisi disiplin membuat mereka harus jaga image dan terlihat garang di depan maba. Saat orientasi dimulai, mereka juga akan bertugas untuk memeriksa barang bawaan dan kelengkapan para mahasiswa baru. Nah, kalo kamu ketahuan membawa barang ‘haram’, siap-siap aja diomeli habis-habisan dan barang bawaanmu disita.
Bila kamu perlu berurusan dengan senior tipe ini, anggap saja bahwa sikap galak mereka adalah perwujudan niat untuk membimbing kamu supaya jadi mahasiswa tangguh dan tahan banting. Toh, selepas orientasi, mereka akan berubah wujud menjadi sosok yang ramah kok!
5. Senior ‘Malaikat’
Sumber: fimela.com
Kalo tadi ada senior galak, sekarang kita masuk ke tipe senior selanjutnya. Yup! Senior ‘Malaikat’. Dibilang malaikat karena senior tipe ini senang membantu mahasiswa dan mendengarkan keluh kesah mahasiswa baru terhadap pelaksanaan orientasi kampus. Karakternya yang bagaikan malaikat; ramah, murah senyum, dan penuh perhatian layak jadi senior favorit mahasiswa baru!
Sumber: Twitter OKK UI
Itulah berbagai tipe senior yang kerap kamu temui saat menjalani perkuliahan. Kalo kamu pernah ketemu senior yang tipe seperti apa sih? Yuk, ceritakan pengalamanmu di kolom komentar!
Akunnya udah lama ilang sih. Semoga gak basi ya kalau di tahun 2020 ini masih ada aja yang bahas..
Buat kamu anak UI angkatan tua, pasti tahu banget apa itu UI Cantik. Eh gak mesti angkatan tua sih, mungkin buat adek-adek maba angkatan 2020 ada juga yang tahu akun ini? Ya siapa tahu aja dari SD atau SMP udah iseng ngepoin akun ini hehehe. Lagian, akun ini bisa dibilang akun mahasiswa paling populer di zamannya. Kenapa? Hmmm bisa dibilang popularitas dari akun ini udah gak diragukan lagi.
Dengan jumlah followers dan postingan yang gak main-main, akun IG UI Cantik berhasil menarik minat warga net dari berbagai kalangan (bukan cuma anak UI, lho) untuk mengikuti atau sekedar kepo dan nge-stalk. Akun ini juga berhasil menginspirasi mahasiswa dari universitas lain untuk membuat akun serupa (tentunya dengan nama pengguna yang mirip-mirip, dong), dan membuat kaum adam dari segala penjuru dunia berandai-andai dan asik mengobjektifikasi si gadis yang fotonya dicomot oleh akun ini.
Maaf ya agak negatif. Tapi tenang, penulis juga sadar kok, gak semua orang dirugikan dengan keberadaan akun ini. Mungkin ada segelintir wanita yang merasa masuk akun UI Cantik adalah sebuah pencapaian, dan ada juga yang merasa terbebani ketika semua teman peer-nya masuk dan hanya dia sendiri yang tidak. Ada yang merasa belom jadi anak UI kalau belum jadi UI Cantik, dan kesel setengah mati ketika akun ini dikabarkan tidak lagi aktif. Pokoknya banyak banget deh pendapat tentang akun ini, dan mau negatif atau positif, semua tergantung individu masing-masing.
Tapi pastinya tahu dong siapa yang paling diuntungkan sama akun ini?
Ya pastinya si admin lah. Dapet endorse-an sana sini. Padahal cuma nyomot foto. Gak pake izin. Yang punya foto juga gak dapet insentif. Kan, ujung-ujungnya pasti ngomongin duit deh
Nah buat kalian yang belum tahu, sini deh penulis ceritain panjang kali lebar tentang apa itu UI cantik dan semoga buat kalian yang udah lupa, bisa kembali ingat!
Jadi, apa itu UI Cantik?
Sumber: instagram @ui.cantik
UI Cantik adalah sebuah akun instagram yang meskipun menggunakan embel-embel UI dan profile picture makara UI, akun ini bukanlah akun resmi yang dikelola oleh pihak Universitas Indonesia. Akun ini berisikan foto-foto mahasiswi Universitas Indonesia, yang tentunya sesuai dengan namanya, berparas cantik.
Selain foto, akun Instagram UI Cantik juga tidak lupa mencantumkan asal fakultas dan angkatan dari si empunya foto di setiap foto yang diunggah. Komentarnya kebanyakan positif. Tapi gak jarang juga kita temukan komen-komen bandel dari cowo-cowo gak sopan yang rasanya pengen kita bungkus terus buang jauh-jauh ke segitiga bermuda. Sekilas dari pengamatan atau ya… opini dangkal kita yang gak merasakannya, masuk akun UI Cantik pastilah suatu prestise alias kebanggan. Memiliki kecantikan yang divalidasi oleh puluhan ribu (bahkan ratusan ribu) orang, siapa sih yang nggak seneng?
Balik lagi, itu kan cuma pendapat kita-kita yang gak merasakan, jadi jangan asal ngejudge! Kita kan gak tahu! Makanya, sekarang penulis akan ngasi tahu nih, gimana sih sebenarnya, menjadi ‘Si Cantik’ yang ternyata oh ternyata, gak se-indah yang kalian bayangkan! Check this out!
Mungkin hal ini terdengar remeh, tapi tahu gak sih kalian, gak semua wanita yang fotonya diunggah mau untuk ‘dikenal’ orang dengan jumlah sebanyak followers akun ini. Belum lagi julukan dari teman-teman sekitar yang bener-bener nyebelin. Salah satu narasumber penulis yang punya sifat pemalu sempat loh menangis ketika tahu fotonya diunggah oleh akun ini. Ia pun harus mengirim berpuluh-puluh pesan ke email dan dm akun ini meminta untuk dihapus fotonya. Kasian ya?
“Mungkin semua orang mikir, masuk UI Cantik tuh hebat, bisa dikenal banyak orang, padahal sumpah, gue malu. Gue aja jarang ngepost foto selfie di ig, karena gue semalu itu kalau wajah gue diliat banyak orang. Eh tiba-tiba si admin nyomot muka gue gak izin, terus dipost. Ngeliat muka gue mejeng di instagram online sambil dikomenin cowo-cowo gak jelas, gak banget”
SKSD
Sumber: humaverse.com
Gak selamanya punya banyak followers itu indah. Kira-kira itulah yang dirasakan oleh sebagian teman-teman kita yang pernah jadi bagian UI Cantik. Gara-gara akun ini, followers instagram doi meningkat drastis dan tentunya banyak yang SKSD, alias sok kenal sok dekat. Narasumber penulis bilang bahwa pernah suatu ketika Ia pulang menggunakan KRL, ada anak dari universitas lain yang menyapanya dan memaksanya ngobrol selama perjalanan. Serem juga sih..
“Gue cerita ya, jadi seperti biasa gue selalu balik rumah pake KRL. Pas banget gue baru mau duduk di kursi, seberang gue ada cowok senyum-senyum. Gue diemin tuh. Tiba-tiba dia berdiri dan nyamperin gue, langsung nyebut nama gue. Katanya kenal muka gue dari akun ui cantik. Mau gak mau gue jawab. Sampe gue turun, tuh cowok berdiri di depan gue, berusaha ngajak ngobrol. SKSD Abis”
Bukan cuma artis lho guys yang bisa punya haters, UI Cantik juga. Lho-lho gimana sih? Nah, penulis denger dari narasumber kalau misalnya gak jarang dari mereka dapet dm dari cewek-cewek gak dikenal (bahkan mungkin bukan anak UI juga..) yang marah-marah gak jelas ke mereka. Alasannya sih karena mereka merasa cowok mereka digoda sama si UI Cantik. Hihihihi, sebenernya lucu juga ya, kenal aja enggak…
“Menurut gue ini yang paling absurd. Beberapa bulan setelah foto gue dipost, di dm gue ada sekitar lima atau enam pesan masuk dari cewek. Tiga diantaranya akun bodong, alias fake account. Isinya death threat. Bayangin deh, dia bilang mau bunuh gue. Alasannya karena gue ngerebut cowoknya. Cowoknya tergila-gila sama gue karena foto gue ada sesuatunya. Pas gue cek, tuh akun domisili Jogja. Gimana ceritanya gue ngerebut cowok yang gak gue kenal, siapa namanya, usianya berapa, kerjaannya apa, jarak jauh lagi.. Kalau bisa mah gue pelet sekalian Lee Min Ho kali ah, hahahahaha”
DM Mesum
Plis banget deh, ternyata mas-mas yang sering komen gak sopan kayak gak mengenyam bangku sekolah itu gak cuma muncul di komen. Mereka juga punya keberanian untuk menyusup langsung ke dm si cantik (makanya jangan ada yang ngasih tahu username-nya, dasar!!). Oh ya, salah satu narasumber penulis cerita bahwa Ia yang awalnya senang saat tahu fotonya diunggah akun ini berubah jadi ketakutan dan terpaksa mengganti username instagramnya karena dm-nya penuh cowok-cowok aneh yang ngirim pesan gak sopan. Bahkan ada yang senekat itu ngirim foto alat kelaminnya! Ihh….
“Kalau ditanya yang paling buruk, ya ini. Bayangin deh, malem-malem gue mau tidur, buka dm.. ngeliat alat kelamin orang… nyesel banget tuh gue buka. Sampe hp gue kebanting karena gue kaget. Ini orang kepedean tingkat dewa kali ya.. Dia pikir dia siapa woy asal ngirim foto privasi kayak gitu ke orang gak kenal”
Tuh kan guys, ternyata kasian juga ya mereka-mereka yang fotonya dicatut sama akun ini. Kalau pendapat kalian gimana? Apakah menurut kalian jadi UI Cantik itu adalah berkah? Atau malah musibah? Hihihihi