Baru FIK UI yang melaksanakan ujian OSCE lho begini sebagai persyaratan lulus calon Ners. Tujuannya biar para lulusan Ners semakin teruji kompetensinya sehingga dapat meningkatkan kualitas para lulusan.
Pernah stres akibat tugas menumpuk? Kewalahan dengan beban kuliah yang berat? Khawatir menghadapi ujian besok? Yuk kenali cara pengelolaan stres akademik untuk mahasiswa
Selagi masih berstatus sebagai mahasiswa UI, manfaatin sebaik mungkin layanan Klinik Makara karena kalian bisa berobat gratis selama status mahasiswamu aktif! Apa saja sih fasilitas-fasilitas gratisnya? Yuk baca artikel berikut ini
Sebagai mahasiswa yang punya tugas agent of change, bagaimana cara merubah kebiasaan membaca pada masyarakat indonesia? Bagaimana caranya untuk meningkatkan minat baca masyarakat?
Ujian praktik offline di laboratorium rasanya beda aja, lebih horor, lebih deg-degan dan kadang nge-freeze kalo nggak bisa jawab saat dosen penguji bertanya yang aneh-aneh!
Times Higher Education (THE) melakukan perangkingan terhadap 1.406 universitas dari 106 negara dengan melihat keberhasilan kampus tersebut dalam menerapkan 17 kategori UN’s SDGs dan UI berhasil meraih peringkat ke-18. Wah keren bukan?
Terkadang, sesuatu yang sepele dan hanya dibuang saja justru menghasilkan manfaat bagi orang banyak. Misalnya saja dalam proses pengolahan energi baru dan terbarukan (EBT). Sumbernya memang tidak dapat ditebak dengan mudah kemunculannya. Sesuatu yang biasa kita sebut sampah, ternyata dapat diolah untuk menggantikan konsumsi bahan bakar konvensional sehari-hari. Seperti yang dilakukan oleh rekan-rekan kita dari Grup riset FTUI di bawah bimbingan Prof. Adi Surjosatyo. Ya, di tengah kondisi pandemi yang penuh keterbatasan ini, mereka berhasil mengembangkan Mobile Biomass Gasifier 2.0 kapasitas 10 kWe dengan sekam padi sebagai bahan bakunya.
Sekam padi yang kita kenal sebagai limbah pertanian yang hanya menumpuk dan paling tidak dimanfaatkan sebagai abu gosok, kini bisa menjadi pilihan bagi mereka yang mulai beralih kepada energi ‘hijau’. Gaungnya sendiri memang belum terdengar sekeras pembangkit listrik dari batubara, diesel, panas bumi, dan jenis pembangkit lainnya. Namun, melihat beras sebagai makanan pokok di Indonesia dan besarnya produksi beras dari pertanian di Indonesia, teknologi ini sangat menjanjikan di masa depan sebagai alternatif pembangkit listrik yang dapat diintegrasikan dengan petani dan pabrik penggilingan beras di Indonesia.
Grup riset FTUI mengaplikasikan ilmu-ilmu yang dipelajari selama perkuliahan di Fakultas Teknik seperti termodinamika, reaksi pembakaran, konversi energi, mekatronika, proses manufaktur dalam mewujudkan keberhasilan teknologi ini. Limbah sekam padi yang berasal dari pabrik penggilingan padi kemudian diproses melalui proses yang dinamakan gasifikasi. Gasifikasi merupakan suatu proses pengubahan bahan bakar menjadi gas yang terjadi di dalam reaktor gasifikasi dengan suplai udara yang terbatas. Sekam padi memiliki keunggulan dibandingkan dengan biomassa lainnya yaitu ukurannya relatif seragam.
Gas yang dihasilkan disebut dengan synthetic gas ini kemudian disaring sedemikian rupa sehingga menjadi gas yang bersih. Gas ini nantinya dapat dimanfaatkan secara langsung untuk pembakaran atau dimasukkan ke dalam mesin yang dikopel bersama generator untuk menghasilkan listrik. Kapasitas panas yang dihasilkan dapat mencapai 15 kWth sedangkan listrik yang dihasilkan mampu mencapai 10 kWe. Panas yang dihasilkan dapat digunakan untuk pengeringan sedangkan listrik yang dihasilkan dapat disalurkan ke rumah-rumah masyarakat.
Bagaimana, kalian pasti bangga dong atas usaha UI mewujudkan energi yang lebih hijau untuk negara kita? Yuk dukung terus pengembangan teknologi EBT di Indonesia!
Udah dinyatakan lulus dari UI? Udah ngelamar kerja? Tapi kok belum dipanggil-panggil juga? Bosen di rumah gak ngapa-ngapain? Well, tenang aja! Kamu gak perlu khawatir.. Justru selama kamu di rumah dan belum terlalu hectic dengan pekerjaan, kamu bisa melakukan beberapa hal di bawah ini yang sebelumnya terhalang oleh kesibukanmu. Mau tau apa aja?
1. Belajar sesuatu yang ‘lain’
Sumber: Amazing Painting
Belajar gak selamanya terkait dengan sains, kan? Setelah gak ada yang harus kamu kerjakan, mungkin kamu bisa mencoba belajar hal-hal di luar zona nyamanmu. Misalnya, kenapa gak coba untuk belajar keahlian baru seperti memasak, menjahit, melukis, memanah, berenang, dan masih banyak keahlian lain yang sebelumnya tidak terpikirkan olehmu.
Pastinya bakal kangen dong karena udah gak ngerasain kuliah lagi di UI? Untuk ngatasin rasa kangen ini, kamu bisa tuh susun jadwal rutin untuk olahraga di UI. Seperti seminggu sekali jogging, sepedaan, atau mungkin sekedar jalan-jalan aja ngelilingi UI.
3. Nulis di Blog
Gak mesti sesuatu yang wow banget, kamu bisa menulis pengalamanmu selama berkuliah di UI. Mulai dari perjuanganmu selama SMA sampai dinyatakan diterima di fakultas dan jurusan yang kamu mau, atau mungkin suka duka kamu menjadi mahasiswa di UI.
4. Marathon buku
“Duh, tapi gue gak suka baca!” nah justru itu! Kalau kalian gak suka, kalian bisa pelan-pelan belajar untuk hobi baca. Well, baca buku tuh banyak banget manfaatnya loh. Gak cuma nambah-nambah ilmu, tapi juga untuk kesehatan. Supaya kamu bisa membiasakan diri membaca buku, kamu bisa pilih topik yang paling kamu suka di awal. Kalau kamu suka komik, humor, dan bacaan ringan lainnya, boleh aja tuh dicoba. Nanti setelah kamu menemukan titik nyaman dalam membaca, kamu bisa lanjut ke bahan lainnya yang sedikit lebih ‘berbobot‘
5. Bantuin riset dosen
Sumber: saig.upi.edu
Kamu yang selama ini apatis, mungkin bisa menjalin hubungan yang lebih baik dengan dosen-dosen di fakultasmu. Terlebih lagi sekarang kamu sudah lulus, dan punya ilmu sedikit lebih banyak dari mahasiswa aktif. Coba tanyakan kepada mereka, apakah mereka butuh bantuanmu dalam mengerjakan riset mereka. Gak jarang loh dari mereka yang mau memberikan insentif! Eh, tapi inget juga ya, kalau tujuan awalnya adalah untuk ngisi waktu dan belajar! Bukan untuk insentif!
Dari lima saran yang AnakUI.com saranin di atas, mana yang paling membuatmu tertarik untuk mencoba?
Haloo pembaca AnakUI.com!! udah lama banget aku ngga nulis artikel baru disini. Bahkan sejak tampilan AnakUI.com berubah aku belum pernah nulis artikel baru, wkwkwk. Alasannya sih, selain karena ide nulis lagi mampet aku juga lagi sibuk banget sama praktik klinik profesi.
Buat anak FIK pastinya tau kalo udah lulus S1, kita mesti ambil Profesi Ners biar bisa dapet izin kerja di RS. Nah, kali ini aku mau bagi-bagi pengalaman selama aku menjalani profesi yang sekarang udah tinggal KIAN alias Karya Ilmiah Akhir Ners.
Praktik klinik profesi tuh simpelnya kayak mencicipi gimana caranya kerja jadi perawat beneran. Kurang lebih mirip kayak magang atau koas di kedokteran gitu deh. Kalau pas S1 kita belajar tentang teori dan praktek di lab, profesi kita belajar full praktek di Wahana Praktik untuk semua departemen.
Saat profesi, biasanya satu angkatan dibagi menjadi tiga gerbong. Setiap gerbong memiliki jadwal praktik klinik yang berbeda dengan sistem blocking. Misalnya, Gerbong A praktiknya Jiwa, Maternitas, Anak, KMB, KGD trus Komunitas. Kalau Gerbong B praktiknya KMB, Gerontik, Komunitas, KGD trus Anak. Nah, sistem blocking itu jadi setiap departemen menjadwalkan praktik untuk beberapa minggu terus menurus.
Misalnya kalau praktik Jiwa belum selesai, kita belum bisa mulai praktik berikutnya. Biasanya untuk bobot 1 SKS itu setara dengan 1 minggu praktik profesi. Untuk pembagian RS-nya, dikelompokin oleh departemennya berdasarkan RS yang udah sering jadi mitra departemen tersebut. Kalau Jiwa tuh seringnya praktik di RSJ dr.H. Marzoeki Mahdi (RSJMM), tapi kalau yang ekstensi pernah di RS dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Departemen Anak, KGD, KDP dan KMB tempat praktiknya di RSAB Harapan Kita, RS Persahabatan, RSPAD Gatot Soebroto, RSCM, RSUI.
Kalau Maternitas biasanya di Puskesmas sekitar Jakarta dan Depok. Untuk praktik komunitas dilakukan di rumah-rumah warga kelurahan Curug. untuk jam praktiknya, kita bisa kebagian dinas pagi, siang atau malam. Tapi, hanya di RSUI saja yang ada dinas malamnya. Selama profesi, pastinya laporan seperti kasih sayang Ibu alias tidak terhingga, mati satu tumbuh seribu deh. Jadi harus bisa mengatur waktu dengan baik biar ga ikutan jadi pasien, hehe.
Bagaimana pengalaman selama profesi di Keperawatan UI?
Sumber : dokumentasi penulis
Pengalaman selama profesi di Keperawatan UI banyak banget yang seru, ada yang sedih, lucu, dan yang pastinya ga terlupakan banget. Jadi, aku nyaranin banget kalau udah lulus S1 kudu wajib lanjutin sampe profesi karena nanggung, say. Walaupun awalnya aku juga yakin ga yakin ambil profesi, tapi aku ga nyesel ngikutin praktik profesi. Selain buat cadangan biar bisa praktik di RS, pengalamannya juga bikin aku banyak belajar.
Seru banget bisa mencoba tindakan keperawatan ke pasien beneran bukan hanya ke phantom. Kalau lagi profesi tuh mesti menyiapkan mental, jiwa dan raga karena kasus-kasus yang ditemukan bisa beragam banget. Mulai dari kasus kecelakaaan, bayi prematur, orang dengan gangguan jiwa, orang dengan disabilitas, dan masih banyak lagi.
Pengalaman pribadi waktu itu saat praktik Keperawatan Gawat Darurat (KGD) di RSCM, aku pernah mengelola pasien kode trauma yang kecelakaan karena tertabrak truk. Saat datang ke ruangan tindakan, darah pasien udah ada dimana-mana di lantai, dinding dan satu ruangan jadi bau anyir darah. Pasiennya juga gelisah dan teriak-teriak. Wah, itu pengalaman ga terlupakan banget sih liat pasien dengan luka-luka dan darah dimana-mana!
Lalu ada juga pengalaman yang buat aku sedih. Saat itu aku merawat pasien dengan thalasemia yang dateng ke IGD zona merah. Itu pertama kalinya aku melakukan RJP ke pasien karena ia tiba-tiba mengalami arrest (henti jantung). Hal yang bikin aku tambah sedih karena sebelumnya aku masih sempet interaksi ke pasien terus juga masang NGT walaupun saat itu dia sudah penurunan kesadaran. Pada akhirnya, RJP dihentikan dengan persetujuan pihak keluarga dan pasien meninggal. Ah, kalau inget itu jadi sedih lagi rasanya. Aku emang paling ga kuat kalau pasiennya ada yang meninggal walaupun aku sebenernya ga kenal. Tapi kalau ngelihat keluarga pasien yang kehilangan suka ikut merasa sedih. Jangan ditiru ya soalnya ga profesional, hehe.
Pengalaman lain yang buat aku seneng itu kalau berhasil melakukan tindakan dan saat pasien berterima kasih sudah aku tolongin. Aku inget banget pas pertama kali berhasil memaasang infus, mengambil darah, memasang kateter, memasang NGT dan lainnya. Rasanya udah jadi kayak perawat beneran hehe.
Pengalaman lain yang menarik yaitu saat pertama kali melihat orang lahiran. Wah, itu rasanya kayak melihat keajaiban gimana kehidupan itu bisa berawal. Melihat proses kepala bayi bisa keluar terus cara ngeluarin plasentanya dan lain-lain. Ternyata perjuangan seorang Ibu tuh keren banget, ya.. ada yang setelah lahiran langsung dilakukan hecting sampai beberapa jahitan yang konon lebih sakit daripada saat melahirkan.
Pengalaman selama profesi tuh membuat aku lebih bersyukur punya tubuh yang sehat, masih memiliki anggota tubuh yang lengkap, punya keluarga yang sehat dan lainnya. Profesi menjadi salah satu perjalanan yang membuatku lebih dewasa. Jadi, untuk anak-anak FIK UI kalau ga ikut profesi, nyesel deh..
Halo, anakUI! Pasti anakUI sudah gak asing dengan Skripsi, kan? Kata “Skripsi” merupakan kata yang akrab didengar di lingkungan mahasiswa tingkat akhir di Universitas Indonesia. Hal itu karena skripsi biasanya menjadi salah satu syarat utama untuk meraih gelar Sarjana.
Udah gak sabar jadi Sarjana? (Sumber gambar: fisip.ui.ac.id)
Meskipun menjadi hal yang paling menentukan kelulusan sarjana, kadang mahasiswa tingkat akhir justru tertekan dan akhirnya menjadi kesal dengan skripsi. Bahkan, sampai muncul istilah “skripsh*t” saking kesalnya mahasiswa tingkat akhir dengan skripsi, lho!
Tapi, kalau misalnya kamu ngobrol dengan mahasiswa Ilmu Komunikasi yang sudah berada di tingkat akhir, mungkin ada beberapa dari mereka yang mengatakan kalau mereka tidak “skripsian”. Wah, kok bisa ya?
Hal ini ternyata karena jalur kelulusan di Program Sarjana Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia tidak hanya skripsi saja, lho. Yuk kita simak tiga jalur kelulusan yang ada di Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia!
Jalur yang paling umum dan paling dikenal orang tentu saja, jalur kelulusan Skripsi.
Skripsi sendiri adalah sebuah karya tulis ilmiah yang digunakan untuk memaparkan hasil penelitian mengenai suatu masalah atau fenomena tertentu.
Fenomena yang diteliti bisa mengenai apa saja, namun jika berbicara mengenai skripsi di jurusan Ilmu Komunikasi, tentu fenomena tersebut adalah fenomena yang diteliti menggunakan perspektif komunikasi, mulai dari perspektif ilmu hubungan masyarakat, periklanan, kajian media maupun jurnalisme.
Dalam membuat skripsi, akan lebih baik jika kamu meneliti topik yang kamu sukai dan kamu minati agar kamu dapat bersemangat dalam melakukan pengerjaan dan penelitian. Namun, jangan lupa untuk menggunakan metodologi yang tepat serta menggunakan kaidah penelitian yang benar, ya!
Skripsi di Universitas Indonesia memiliki bobot 6 SKS, maka dari itu kamu harus memaksimalkan skripsimu agar dapat memperoleh IPK akhir yang baik.
2. TKA (Tugas Karya Akhir)
“Jadi maba bareng, jadi wisudawan juga harus bareng ya!” (Sumber gambar: pengaruh.com)
Jalur kelulusan yang selanjutnya adalah TKA atau Tugas Karya Akhir. Hm, bedanya apa ya dengan Skripsi?
Jika skripsi berbicara mengenai penelitian sebuah fenomena berdasarkan konsep-konsek komunikasi, melalui Tugas Karya Akhir kita akan menjawab sebuah permasalahan yang nyata dengan konsep-konsep komunikasi yang ada. Singkatnya, Skripsi lebih fokus untuk meneliti, sementara TKA akan lebih fokus membuat strategi.
Contohnya, seperti permasalahan komunikasi di sebuah perusahaan. Ketika mengerjakan TKA, kita perlu untuk menjelaskan dengan baik permasalahan apa yang dialami perusahaan tersebut dan produk atau karya apa yang ingin kita rancang untuk menyelesaikannya.
Maka dari itu, akan lebih baik jika perusahaan, komunitas atau yayasan yang ingin kita bahas adalah yang memang dekat dengan kita. Misalnya, kantor saat kita magang dulu atau bahkan bisnis yang sedang kita jalani. Namun kembali lagi, jangan lupa untuk melakukan analisis dengan kaidan analisis yang benar ya!
Berbeda dengan skripsi, TKA memiliki bobot 3 SKS. Karena syarat lulus adalah menyelesaikan sejumlah 146 SKS, maka dari itu mahasiswa Ilmu Komunikasi yang mengambil jalur TKA perlu untuk mengambil mata kuliah eksternal di luar mata kuliah wajib, atau istilah bekennya “belanja matkul”.
3. Makalah Non-Skripsi
Yuk semangat demi gelar sarjana! (Sumber gambar: Kaldera News)
Jalur kelulusan yang terakhir adalah Makalah Non-Skripsi. Di Makalah Non Skripsi, kita diminta untuk membuat kajian untuk studi yang pernah ada, seperti buku, artikel ataupun penelitian yang sudah pernah dipublikasikan sebelumnya.
Bedanya Makalah Non-Skripsi dengan Skripsi dan TKA adalah Makalah Non-Skripsi tidak melakukan studi baru dengan penelitian turun lapangan. Ketika membuat Makalah Non-Skripsi, yang kita lakukan adalah melakukan sebuah kajian akademik mengenai penelitian atauhal-hal yang berkaitan dengan ilmu komunikasi sebelumnya, misalnya strategi iklan sebuah brand, film atau peristiwa, artikel, dan lainnya.
Makalah Non-Skripsi akan terdiri dari pengantar, argumen, serta rangkuman yang mengkaji penelitian atau artikel berdasarkan sudut pandang dan teori dan konsep komunikasi yang dipilih. Kita juga perlu menunjukkan kelebihan serta kekurangan dari penelitian atau artikel tersebut, serta membuat kesimpulan di akhir.
Selain tidak melakukan penelitian turun lapangan, teman-teman yang mengambil jalur kelulusan Makalah Non-Skripsi juga tidak perlu untuk melakukan sidang uji karya akhir, loh. Jika teman-teman Skripsi dan TKA perlu untuk melakukan sidang outline dan sidang akhir, teman-teman Makalah Non-Skripsi hanya perlu men-submit karya akhir yang sudah selesai. Namun, sama seperti teman-teman Skripsi dan TKA, pengerjaan Makalah Non-Skripsi juga harus dibimbing oleh dosen pembimbing, nih. Artinya, kamu juga tidak akan lepas dengan revisi-revisi yang akan diberikan oleh dosen pembimbingmu nanti, nih.
Selain itu, berbeda dengan Skripsi dan TKA yang memiliki bobot SKS sejumlah 6 SKS dan 3 SKS, Makalah Non-Skripsi yang kita kerjakan tidak memiliki bobot SKS, nih. Artinya, mahasiswa yang mengambil jalur kelulusan Makalah harus mengambil 6 SKS tersebut dari mata kuliah eksternal sebagai syarat lulus.
Tips mengerjakan tugas akhir
Nah, untuk kamu mahasiswa yang sedang berada di tingkat akhir, ada sedikit tips nih untuk kamu dalam menyelesaikan tugas akhir!
Pilih topik yang membuatmu tertarik mendalami lebih lanjut
Dalam memilih topik tugas akhir, akan lebih baik bila kita memilih topik yang dekat denganmu atau yang membuatmu tertarik. Jika kamu tertarik dengan isu lingkungan hidup, kamu bisa mengambil topik tersebut. Jika kamu merupakan penggemar K-Pop, kamu juga bisa mengambil topik tersebut. Selain itu, cari juga fenomena serta konsep Komunikasi yang kamu rasa dapat membuatmu tertarik mengerjakannya.
Pilih jalur kelulusan yang sesuai dengan topik dan kemampuan
Ketika memilih jalur kelulusan, plihlah jalur kelulusan yang sesuai dengan topik yang kamu pilih. Selain itu, kamu juga perlu untuk memilih jalur kelulusan yang sesuai dengan kemampuan dan targetmu kedepannya, karena masing-masing jalur kelulusan punya kelebihan dan kekurangannya.
Cari informasi dengan kakak tingkat
Kamu bisa banget untuk tanya-tanya mengenai topik tugas akhir dengan kakak-kakak tingkat. Informasi mengenai cara menyelesaikan tugas serta dosen pembimbing yang mereka dapat juga bisa kamu cari tahu untuk memberikan gambaran, loh.
Tentukan target
Agar pengerjaan tugas akhirmu nanti tidak berantakan, kamu dapat membuat target yang harus kamu selesaikan dalam kurun waktu tertentu. Misalnya, dalam dua bulan hal apa saja yang harus sudah kamu selesaikan? Tapi ingat, susun target dengan rasional serta mempertimbangkan kapasitas dan jadwal lainnya yang sedang kamu jalani, ya.
Kerjakan dengan happy
Tugas akhir yang baik adalah tugas akhir yang selesai, namun kesehatan metalmu selama mengerjakan tugas akhir juga perlu kamu awasi. Jangan terlalu dibawa stres ya, dan jangan lupa istirahat! Kamu juga dapat bercerita baik ke teman seperbimbingan maupun keluarga ketika kamu merasakan kesulitan.
***
Itulah tiga jalur kelulusan yang ada di Ilmu Komunikasi UI! Hm, kira-kira kamu mau pilih jalur kelulusan yang mana, nih?
Buat yang belum tahu, UI tidak hanya punya program S1 saja untuk lulusan SMA, tetapi juga ada program D3 dan D4. Kedua program tersebut tersedia di Program Pendidikan Vokasi UI. Sedikit berbeda dengan fakultas pada umumnya, pemilik makara triwarna ini terbadi menjadi tiga rumpun, yaitu Administrasi dan Bisnis, Sosial Humaniora, dan Kesehatan.
Penasaran dengan Vokasi UI? Kenal UI kali ini akan membahas tuntas tentang Vokasi UI.
Awal Pendirian
Gedung Vokasi. Foto: vokasi.ui.ac.id
Sebelum berdiri menjadi program pendidikan tersendiri, beberapa fakultas di UI membuka program D3, seperti FK, FMIPA, FKM, FEB, FIB, dan FISIP. Mulai tahun 2008, program D3 tersebut diselenggarakan secara terpusat dengan berbagai penyesuaian. Dari sinilah Program Pendidikan Vokasi UI bermula.
Vokasi UI adalah program pendidikan pada jenjang perguruan tinggi yang bertujuan untuk mempersiapkan tenaga yang dapat menerapkan kehalian dan keterampilan di bidangnya, siap kerja, dan mampu bersaing secar global. Mulanya, makara triwarna ini hanya membuka program D3. Namun, baru-baru ini makara triwarna ini membuka program Sarjana Terapan atau D4.
Tahun ini Membuka Prodi Baru
Pembelajaran prodi Bisnis Kreatif. Foto: istimewa
Pada penerimaan mahasiswa baru tahun ajaran 2021/2022 lalu, program pendidikan ini membuka jenjang D4 untuk enam prodi. Daftar prodi tersebut yaitu sebagai berikut.
Fisioterapi
Terapi Okupasi
Manajemen Rekord dan Arsip
Manajemen Bisnis Pariwisata
Bisnis Kreatif
Produksi Media
Dari enam prodi tersebut, Bisnis Kreatif dan Produksi Media merupakan prodi baru yang ada di sini. Sementara itu, prodi yang lain sebelumnya sudah ada untuk jenjang D3.
Lembaga Vokasi UI (LEMKASI) adalah lembaga pelatihan pendidikan vokasi yang menghasilkan lulusan siap kerja. LEMKASI didirikan pada tahun 2014, tepatnya pada perayaan Dies Natalis Vokasi UI yang ke-6.
LEMKASI bertujuan untuk melaksanakan pelayanan dan pengabdian masyarakat dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan dan keahlian sesuai dengan bidang ilmu vokasional. Unit kerja khusus ini memiliki empat kegiatan utama, yaitu Program Kajian Terapa, Program Pelatihan, Sertifikasi Profesi, dan Konsultan Bisnis.
Pusat Kajian Vokasi UI
Potret pembelajaran di Vokasi. Foto: Wikipedia
Selain LEMKASI, Vokasi UI juga punya unit kerja khusus lain. Namanya Pusat Kajian Vokasi UI atau biasa disebut Puska Vokasi. Lembaga ini dikhususkan untuk penelitian dan pengembangan dalam pendidikan vokasi. Selain itu, lembaga ini juga memfokuskan kegiatan kontributif pada ranah praktis/terapan yang didukung dengan background akademik yang kuat dan kerjasama eksternal dengan jaringan industri terkait.
Lembaga ini memiliki tiga kegiatan utama, yaitu publikasi ilmiah riset terapan, prosiding konferensi, dan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) dari dosen-dosen tetap di program pendidikan ini.
Tahun ini Telah Mensertifikasi Lebih dari 700 Mahasiswa
Mahasiswa Vokasi. Foto: Lysandra via intipkuliah.com
Pada Juli dan Agustus 2021 lalu, Vokasi UI telah melaksanakan uji kompetensi dan tertifikasi terhadap 737 lulusan semester genap tahun akademik 2020/2021. Terdapat 12 skema yang diujikan dalam ujian tersebut, yaitu sebagai berikut.
Public Relations Officer
Perancangan Strategis Kreatif dan Pembuatan Iklan (Creative)
Fotografer Madya
Teknisi Akuntansi Madya
Credit Officer
Analisis Perpajakan Penghasilan Orang Pribadi
Pengelolaan Underwriting Asuransi Level 5
Office Executive Administrative Assistant
Orthopedic Manipulative Physiotherapy
Pemeriksaan Kondisi Umum dan Tanda-Tanda Vital
Pengelolaan Kearsipan Dasar
Kepemanduan Wisata.
Selain menggunakan kurikulum 70% praktik dan 30% teori, lulusan program pendidikan ini memang diwajibkan untuk mengikuti ujian sertifikasi vokasi. Hal ini menjadi bukti bahwa mereka mampu bersaing di dunia kerja.
Nah, itu tadi lima fakta dari Vokasi UI. Sebagai informasi tambahan, kalau kamu tertarik jadi mahasiswa di sini, kamu bisa pilih jalur SIMAK UI atau Talent Scouting, ya.
Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) UI merupakan salah satu fakultas rumpun sosial humaniora di UI. Fakultas makara merah ungu ini merupakan fakultas termuda di UI, loh! Walaupun masih muda, FIA UI nggak bisa dipandang sebelah mata. Terbukti dari semua prodinya yang sudah terakreditasi A.
Daripada kelamaan basa-basinya, simak fakta unik dari fakultas ini, yuk!
Fakultas Termuda di UI
FIA UI. Foto: Forsquare
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, FIA UI merupakan fakultas termuda di UI. Fakultas ini sebelumnya merupakan sebuah departemen di FISIP UI. Jauh sebelum menjadi departemen, cikal bakal fakultas ini berawal dari Prodi Ilmu Administrasi Fiskal yang didirikan pada tahun 1981 di Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial (nama lama dari FISIP UI).
Akhirnya, pada 10 Maret 2015, fakultas ini pun diresmikan dengan tiga departemen, yaitu Departemen Administrasi Negara, Departemen Ilmu Administrasi Fiskal, dan Departemen Ilmu Administrasi Niaga.
Membuka Executive Development Program
Potret kegiatan EDP. Foto: fia.ui.ac.id
Executive Development Program (EDP) adalah lembaga di bawah naungan FIA UI yang menyediakan program-program pengembangan eksekutif di hampir semua bidang fungsional manajemen dan alat bantu keterampilan manajerial. Selain itu, lembaga ini memberikan pelayanan yang mampu mengakses berbagai kepentingan, baik akademisi maupun profesional.
EDP menyediakan tiga jenis pelatihan, yaitu Analisis Kebijakan, Strategi Peningkatan Kapasitas Kepemimpinan, dan Bimbingan Teknis UU Pajak dan Retribusi Daerah. Program tersebut dirancang untuk meningkatkan leadership capabilities dan managerial skills bagi para profesional. Selain dilakukan di FIA UI, pelatihan tersebut juga dapat dilakukan di lokasi klien.
Klaster riset merupakan kelompok riset berbasis kelimuan, keahlian, atau peminatan dari delapan Guru Besar di FIA UI. Sesuai jumlah guru besar, fakultas makara merah ungu ini memiliki delapan klaster riset yang memberikan dana hibah rieset untuk membentuk pengembangan riset berbasis professorship di fakultas ini. Klaster-klaster riset tersebut antara lain sebagai berikut.
Inovasi dan Government (CIGO) – Prof. Dr. Martani Huseini
Policy, Governance and Administrative Reform (PGAR) – Prof. Dr. Eko Prasojo, Mag.rer.Publ
Politik Perpajakan, Kesejahteraan dan Ketahanan Nasional (PolTax) – Prof Dr. Dra. Haula Rosdiana, M.Si
Governansi, Kerangka Hukum Transparansi, Efektif-Efisien dan Akuntabilitas Perpajakan (GAP) – Prof. Dr. Gunadi, M.Sc, Ak
Democracy and Local Governance (DeLOGO) – Prof. Dr. Irfan Ridwan Maksum, M.Si
Collaborative Governanve and Dynamic Public Services (CG-DPS) – Prof. Dr. Amy YS Rahayu, M.Si
Competitiveness and Governance of Village Owned Enterprises (CCGV) – Prof.Dr. Chandra Wijaya, M.Si, M.M
Institusi Keuangan (Inkeu) – Prof. Dr. Ferdinand D Saragih, MA
Tax Center UI
Potret kegiatan Tax Center UI. Foto: fia.ui.ac.id
Tax Center UI merupakan salah satu unit kerja khusus di bawah naungan FIA UI. Lembaga ini merupakan lembaga pendidikan dan penelitian yang mendukung kegiatan akademik dengan fokus utama pada penelitian akademik atau studi dan layanan masyarakat di bidang perpajakan, bea cukai, dan cukai.
Tax Center UI memiliki lima program utama, yaitu Program Pendidikan Brevet Konsultas Pajak (Plus), seminar dan diskusi, pelatihan (workshop) dan kajian ilmiah perpajakan, pengembangan database, dan publikasi. Lembaga ini juga memiliki beberapa kegiatan yang dapat diikuti akademisi, institusi, dan masyarakat umum.
FIA UI mengelola jurnal ilmiah bernama Bisnis dan Birokrasi: Jurnal Ilmu Administras dan Organisasi (JBB). Jurnal yang terbit sejak tahun 1993 ini bertujuan sebagai forum diseminasi dan perukaran pengetahuan dalam hal penelitian asli dan artikel review di bidang publik, fiskal, dan administrasi dan kebijakan bisnis.
Jurnal yang terbit tiga kali dalam satu tahun ini telah mendapat akreditasi dari Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi (Kemenristek/BRIN). Selain itu, JBB juga terindeks dalam ASEAN Citation Index, Proquest, Google Scholar, Science and Technology Index (SINTA), dan Indonesian Publication Index (IPI).
Nah, itu tadi lima fakta FIA UI. Semoga bisa jadi penambah semangat buat kamu yang ingin menjadi mahasiswa fakultas makara merah ungu ini, ya.
Apa yang muncul di benakmu ketika mendengar farmasi? Apotek atau obat-obatan? Padahal, farmasi tidak hanya sekadar itu, loh! Kamu juga bisa belajar tentang skincare atau kosmetik. Menarik, kan? Nah, kamu bisa mempelajari itu semua di Fakultas Farmasi UI.
Farmasi UI merupakan salah satu fakultas di Rumpun Ilmu Kesehatan (RIK) UI. Buat kamu yang belum tahu, fakultas makara biru hijau ini lokasinya di belakang FMIPA UI, tepatnya dekat dengan gudang bikun atau biasanya disebut “kuburan bikun”.
Kira-kira, fakta unik apa yang dimiliki FF UI, ya? Simak artikel berikut ini, yuk!
Dulu Tergabung dengan FMIPA UI
Gedung Farmasi UI. Foto: arsip anakui.com
Sebelum menjadi fakultas tersendiri, Farmasi UI dulunya adalah salah satu jurusan di FMIPA UI yang sebelumnya bernama FIPIA UI. Jurusan tersebut didirikan pada tahun 1965. Kemudian, pada tahun 2001, Jurusan Farmasi UI resmi berubah nama menjadi Departemen Farmasi FMIPA UI.
Seiring berjalannya waktu, pada 29 November 2011 departemen tersebut resmi menjadi Fakultas Farmasi UI. Hal tersebut guna menujang pendirian RIK yang teintegrasi di lingkungan UI. Fakultas ini terdiri dari program sarjana, profesi apoteker, magister, dan doktoral.
Nggak Cuma Belajar tentang Obat-Obatan
Aktivitas mahasiswa Farmasi UI di laboratorium. Foto: arsip anakui.com
Selama ini, orang awam selalu beranggapan bahwa farmasi berhubungan dengan obat-obatan, mulai dari mengenali bahan, meracik, hingga meresepkan obat. Namun, farmasi tidak belajar tentang itu saja, loh! Di fakultas ini, ada satu mata kuliah yang akan membuat ciwi-ciwi tertarik. Namanya Teknologi Kosmetika.
Di matkul tersebut, kamu akan mempelajari bahan-bahan dan cara membuat kosmetik dan produk skincare. Selain itu, kamu juga akan belajar membuat label wadah, kode produksi, dan uji kelayakan. Secara tidak langsung, kamu akan dilatih untuk menjadi enterpreneur di bidang kosmetika. Keren, kan?
Farmasi UI memiliki dan mengelola jurnal ilmiah resmi bernama Pharmaceutical Sciences and Research (PSR). Jurnal tersebut dimulai pada tahun 2004 dengan nama Majalah Ilmu Kefarmasian (MIK). Namun, MIK sempat vakum selama satu tahun. Setelah vakum, MIK berdiri kembali dengan nama PSR, sebuah jurnal terakreditasi internasional.
PSR bertujuan untuk mempublikasikan sumber informasi lengkap dan dapat diandalkan tentang penemuan dan perkembangan terkini di bidang farmasi. Jurnal yang terbit tiga kali dalam setahun tersebut mencakup tema ilmu farmasi yang luas dan beragam dengan penekanan kuat pada orisinalitas dan kualitas ilmiah.
Pusat Studi Obat Bahan Alam
Foto: farmasi.ui.ac.id
Apakah kamu pernah mengonsumsi obat herbal seperti obat tradisional atau jamu? Kalau pernah, mungkin saja obat yang kamu konsumsi tersebut merupakan salah satu hasil kerja sama antara fakultas ini dengan perusahan produsen obat. Sebelum menjadi obat yang siap dikonsumsi, bahan-bahan herbal yang akan digunakan tersebut diteliti terlebih dahulu di Pusat Studi Obat Bahan Alam (PSOBA).
PSOBA merupakan sebuah lembaga bertujuan untuk meningkatkan jumlah dan mutu penelitian serta publikasi obat bahan alam. Beberapa kegiatan yang dilakukan yaitu mengumpulkan data bahan alam Indonesia yang berkhasiat obat, melakukan penelitian botani dan budidaya tumbuhan obat Indonesia, dan melakukan penelitian khasiat, toksisitas, dan keamanan obat bahan alam.
Sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, berbagai produsen khususnya di bidang obat-obatan dan kosmetik berlomba-lomba untuk memproduksi produk halal. Selain untuk meningkatkan penjualan, produk halal juga dinilai mengandung bahan-bahan yang aman dikonsumsi.
Sebagai bentuk kontribusi pada masyarakat, Farmasi UI mendirikan Pusat Studi Halal pada tahun 2015. Unit khusus tersebut menjadi pusat riset gelatin dan bahan farmasi, kosmetik, dan herbal yang mengandung porsin dan non-porsin. Selain itu, Pusat Studi Halal juga mempublikasikan hasil penelitiannya pada jurnal nasional dan internasional.
Nah, itu tadi lima fakta unik dari Farmasi UI. Semoga bisa menambah semangat kamu yang ingin masuk ke fakultas makara biru hijau ini, ya!
Fakultas makara biru muda – biru tua – biru muda ini merupakan salah satu fakultas rumpun ilmu kesehatan di UI. Salah satu ciri khas dari fakultas ini adalah jumlah mahasiswa ceweknya yang lebih banyak dari cowok. Stigma perawat sepertinya memang melekat pada profesi perempuan, ya.
Selain ciri khas itu, FIK UI juga memiliki beberapa fakta unik yang wajib kamu ketahui. Simak ulasan berikut ini.
Fakultas Ilmu Keperawatan Pertama di Indonesia
Gedung FIK.
FIK UI merupakan fakultas ilmu keperawatan pertama dan terbaik di Indonesia. Asal-usul berdirinya fakultas ini berawal dari Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) yang dibuka oleh FKUI pada tahun 1985. PSIK membuka dua Program Strata 1, yaitu Program A untuk lulusan SMA dan Program B untuk lulusan D3 Keperawatan/Akper.
Akhirnya, pada 15 November 1995, PSIK disahkan menjadi FIK UI. Seiring berjalannya waktu, fakultas ini membuka program profesi ners, magister, dan doktoral di bidang keperawatan.
FIK UI memiliki Pusat Krisis COVID-19 sebagai bentuk komitmen untuk mengedukasi masyarakat dan tenaga kesehatan serta memberikan dukungan mental pada masyarakat di tengah pandemi. Tugasnya antara lain mengedukasi kesehatan masyarakat, memberikan layanan konsultasi dan konseling, serta merekrut dan memberikan pembekalan bagi para relawan yang akan membantu di rumah sakit.
Salah satu kegiatan Pusat Krisis COVID-19 adalah membuat konten poster dan video edukasi mengenai kesehatan. Selain itu, Pusat Krisis COVID-19 juga mengadakan webinar sebagai bentuk kampanye kesehatan yang dapat diikuti oleh masyarakat luas.
FIK UI memiliki unit khusus bernama Nursing Training Center (NTC) UI. NTC UI membuka pelatihan keperawatan bagi mahasiswa, praktisi pendidikan keperawatan, perawat, dan masyarakat luas. Pelatihan yang tersedia dibagi menjadi tiga jenis, yaitu pelatihan umum, in-house training, dan e-training.
Selain itu, NRC juga mengadakan seminar atau webinar untuk masyarakat umum. Topik yang dibawakan biasanya mengenai kesehatan umum yang dekat dengan masyarakat. Kegiatan ini diharapkan dapat membuat keluarga Indonesia mampu menjaga kesehatannya.
Menyediakan Pedoman dan Protokol Khusus Terkait Pandemi COVID-19
Momen mahasiswa FIK saat menjadi relawan COVID-19 di RSUI. Foto: nursing.ui.ac.id
Dalam situs resminya, FIK UI menyediakan halaman khusus yang berisi pedoman dan protokol terkait pandemi COVID-19. Pedoman dan protokol tersebut diprioritaskan untuk sivitas akademika FIK UI secara khusus dan sivitas akademika UI secara umum.
Dalam halaman tersebut, terdapat puluhan dokumen form dan panduan yang dapat diunduh. Mayoritas panduan yang tersedia berkaitan dengan kehidupan kampus, seperti panduan kantin di masa normal baru, panduan penggunaan penggunaan ruang kelas di masa normal baru, dan daftar protokol persiapan dan pelaksanaan normal baru di UI.
FIK UI ini bisa dibilang kebalikan dari FTUI. Kalau FTUI banyak cowoknya, fakultas ini lebih banyak ceweknya. Berdasarkan data yang dihimpun oleh BEM UI, pada tahun 2020 jumlah mahasiswa perempuan di FIK UI adalah 168 orang, sedangkan laki-laki berjumlah 20 orang. Jumlah tersebut merupakan gabungan dari S1 Reguler dan S1 Ekstensi.
Buat kamu cowok-cowok yang jomblo, mungkin FIK UI bisa jadi referensi untuk tempat cari gebetan. Siapa tahu jodoh, hehe.
Itu tadi lima fakta unik dari FIK UI. Buat kamu ciwi-ciwi SMA yang pengin jadi perawat, fakultas makara biru muda-biru tua-biru muda ini bisa jadi pilihan kamu untuk melanjutkan kuliah. Ehh, buat cowok-cowok juga boleh, kok. Tidak ada jurusan di UI yang pandang gender.
Apa yang terlintas di benakmu ketika mendengar tentang Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom) UI? Sate terenak se-UI yang ada di kantinnya? Atau mahasiswanya yang (katanya) kebanyakan wibu? Ups, canda wibu hehe.
Fasilkom UI merupakan salah satu fakultas rumpun saintek yang memiliki dua prodi S1, yaitu S1 Ilmu Komputer dan S1 Sistem Informasi. Salah satu yang unik dari fakultas ini adalah jaringan wifi-nya yang lebih cepat dibanding fakultas lain. Hhmm… apa benar gitu, Sobat AnakUI dari Fasilkom?
Nah, kalau lima hal yang akan dijelaskan berikut ini jelas merupakan fakta dari fakultas makara biru merah ini. Yuk, disimak!
Berawal dari Pusilkom UI
Gedung Lama Fasilkom UI. Foto: arsip anakui.com
Sebelum Fasilkom berdiri, UI memilki Pusat Ilmu Komputer (Pusilkom). Lembaga ini didirikan untuk mengembangkan kompetensi sivitas akademika UI di bidang ilmu komputer. Pusilkom UI berkonsentrasi pada penyediaan layanan di bidang teknologi informasi pada kalangan industri, bisnis, dan pemerintahan di Indonesia.
Pada tahun 1986, Pusilkom UI menyelenggarakan prodi Ilmu Komputer untuk jenjang sarjana. Program magister pada prodi yang sama didirikan pada tahun 1988. Seiring dengan berjalannya waktu, Fasilkom UI pun akhirnya didirikan pada tahun 1993 dengan kedua prodi tersebut berdiri di bawah naungan fakultas tersebut.
Merilis Aplikasi Web Program Magang Kampus Merdeka
Halaman depan Aplikasi Web MKM
Program baru yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk mahasiswa dan perguruan tinggi adalah Kampus Merdeka. Salah satu kegiatan dalam program ini adalah magang. Untuk menyukseskan kegiatan tersebut, Fasilkom UI merilis aplikasi web Magang Kampus Merdeka (MKM)
MKM merupakan aplikasi web yang dapat digunakan oleh mahasiswa untuk terhubung dengan perusahaan, instansi, atau lembaga yang memfasilitasi program magang. Fasilkom UI juga telah bekerja sama dengan berbagai mitra untuk memfasilitasi mahasiswa dalam program tersebut. Aplikasi web ini diharapkan dapat membantu mahasiswa yang ingin mencari magang untuk memenuhi jumlah SKS.
PPL Propensi Exhibition
Channel YouTube PPL Propensi Fasilkom UI
Sejak tahun 2020, Fasilkom UI mengadakan “Awarding Moment Proyek Perangkat Lunak (PPL) dan Proyek Pengembangan Sistem Informasi (Propensi) Exhibition” yang ditayangkan melalui kanal YouTube. Acara ini merupakan pameran sekaligus penghargaan bagi mahasiswa Fasilkom yang telah menghasilkan produk teknologi informasi (TI) untuk memenuhi mata kuliah PPL dan Propensi.
Acara ini tidak sekadar menjadi syarat untuk mendapatkan nilai untuk mata kuliah tersebut, tetapi juga sebagai ajang bagi mahasiswa fakultas ini untuk unjuk gigi memperlihatkan kemampuan mereka di bidang TI. Pada tahun 2021, ada 55 produk TI yang dihasilkan dan dipamerkan di ajang tersebut. Produk-produk tersebut diharapkan dapat bermanfaat untuk masyarakat umum.
Juara Umum GEMASTIK 5 Tahun Berturut-turut
Foto: Humas Fasilkom UI
Sejak tahun 2016 sampai 2020, Fasilkom sebagai perwakilan dari UI berhasil meraih juara umum Pagelaran Mahasiswa Nasional Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (GEMASTIK). Ajang tahunan tersebut merupakan kompetisi tingkat nasional di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang diadakan oleh Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas) Kemendikbud RI.
Pada GEMASTIK XIII 2020 lalu, fakultas makara biru merah ini memborong tiga medali emas, dua perak, satu perunggu, dan dua juara harapan. Pencapaian tersebut membuat UI mendapatkan piala bergilir “Samakbya Padhesa Widya” lima kali berturut-turut. Semoga tahun ini bisa memborong medali lagi, ya!
BEM Fasilkom UI memiliki acara tahunan bertemakan TI terbesar di UI, yaitu COMPFEST. Biasanya, acara ini diselenggarakan di Balairung. Namun, selama pandemi, acara ini diadakan secara daring.
COMPFEST memiliki berbagai rangkaian acara, mulai dari workshop, kompetisi, seminar, sampai job fair. Tahun ini, COMPFEST diadakan pada Mei hingga November 2021. Untuk mengetahui informasi lebih lanjut, kamu bisa langsung kunjungi laman resminya, ya!
Nah, itu tadi lima fakta unik dari Fasilkom UI. Melihat perkembangan zaman yang kini bergerak ke arah digital, lulusan fakultas ini memiliki prospek yang cukup bagus. Jadi, tidak ada alasan untuk tidak mempertimbangkan fakultas makara biru merah ini sebagai pilihan kamu, deh!
Buat siswa SMA jurusan IPS se-Indonesia, salah satu goals-nya adalah menjadi mahasiswa di jurusan yang berbau sosial dan politik. Salah satu yang menjadi tujuan mereka adalah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UI.
Fakultas dengan makara oranye ini merupakan salah satu fakultas rumpun soshum yang populer di UI. Bahkan, pada tahun 2021, dua prodinya masuk dalam tiga besar prodi dengan keketatan tertinggi di UI untuk jalur SBMPTN, yaitu Ilmu Komunikasi dan Ilmu Hubungan Internasional. Keduanya memiliki rasio keketatan 0,01. Wow!
Lantas, seperti apa sih fakta menarik yang dimiliki oleh fakultas dengan stigma mahasiswanya yang gaul dan berjiwa sosial tinggi ini? Yuk, simak artikel berikut ini.
Dahulu Menjadi Satu dengan FHUI
Taman Tunas Bangsa. Foto: fisip.ui.ac.id
Sebelum berdiri menjadi fakultas tersendiri, FISIP UI awalnya merupakan bagian dari FHUI, tepatnya Fakultas Hukum dan Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan (FH-IPK). Dalam fakultas tersebut, terdapat Jurusan Publisistik yang merupakan cikal bakal dari Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UI.
Pada tahun 1968, bagian Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan dipisahkan dari fakultas tersebut dan menjadi Fakultas Ilmu Pengetahuan Kemasyarakat (FIPK UI). Lalu, pada tahun 1970 FIPK UI berubah nama menjadi Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial (FIS) UI. Nama FISIP UI baru muncul pada tahun 1982.
Satu-satunya PTN yang membuka Prodi Kriminologi
FISIP UI merupakan satu-satunya fakultas Perguruan Tinggi Negeri yang membuka prodi S1 Kriminologi.
Pada masa lampau, studi Kriminologi di Indonesia diawali dengan didirikannya Lembaga Kriminologi UI (LKUI) pada tahun 1948. Pada tahun 1988, LKUI berganti nama menjadi Pusat Pelayanan Keadlian dan Pengabdian Hukum. Namun, lembaga ini ditutup pada 2006.
Walaupun demikian, lembaga tersebut secara tidak langsung menjadi cikal bakal berdirinya Departemen Kriminologi UI yang kini terbuka untuk tingkat sarjana, magister, hingga doktoral.
Merilis 7 Rekomendasi Kebijakan untuk Penanganan COVID-19
Webinar tentang rekomendasi kebijakan untuk penanganan Covid-19. Foto: Humas FISIP UI
Pada masa pandemi saat ini, FISIP UI turut aktif dalam penanganan COVID-19. Dalam rangkaian webinar yang diadakan pada 29 Juli sampai 16 September 2020, merilis FISIP UI Policy Brief 2020 yang berisi tujuh rekomendasi kebijakan untuk penanganan COVID-19.
Jumlah kebijakan tersebut sesuai dengan jumlah departemen yang ada di FISIP UI dan mewakili bidang dari masing-masing departemen. Ketujuh kebijakan tersebut antara lain sebagai berikut.
Ilmu Komunikasi: Strategi komunikasi publik pemerintah di masa pandemi COVID-19, dari komunikasi krisis menjadi komunikasi risiko untuk membangun Engagement
Sosiologi: Pembatasan Sosial Berbasis Komunitas (PSBK), membangun ketangguhan sosial menghadapi pandemi COVID-19 di era new normal.
Ilmu Politik: Respon terhadap pandemi COVID-19, alternatif kebijakan pemerintah.
Kriminologi: Pencegahan cyber crime pada masa pandemi COVID-19 melalui pendekatan multi-agent partnership dan virtual community policing.
Ilmu Kesejahteraan Sosial: Penanganan pandemi COVID-19 dengan pendekatan intervensi sosial pada berbagai tingkatan (multilevel social intervention).
Ilmu Hubungan Internasional: Pandemi COVID-19 dan tantangan diplomasi multilateral Indonesia.
Antropologi: Pendekatan sosial budaya berbasis komunitas kolaborasi pengetahuan dan keterlibatan kritis dalam upaya penanggulangan pandemi COVID-19.
Punya Dua Unit Kerja Khusus
Gedung FISIP. Foto: ui.ac.id
FISIP UI memiliki dua unit kerja khusus (UKK) yang bergerak di bidang sosial politik, yaitu Pusat Kajian dan Advokasi Perlindungan dan Kualitas Hidup Anak (PUSKAPA) dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan Sosial dan Politik (LPPSP).
PUSKAPA merupakan lembaga non-profit yang terdiri dari peneliti, pemikir kebijakan, dan pelaksana program interdisipliner yang bergerak di bidang perlindungan anak.
Sementara itu, LPPSP merupakan gabungan dari 11 pusat kajian bidang sosial politik yang berfokus pada riset terapan dan pengabdian masyarakat.
Punya Gedung Baru
Gedung Mochtar Riady
Pada 2 Mei 2019, FISIP UI bersama Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan meresmikan Gedung Mochtar Riady Social and Political Research Center. Gedung yang awalnya merupakan Gedung C FISIP UI tersebut digunakan untuk pusat riset sosial dan politik dan perkuliahan.
Lokasi gedung ini berada di bagian depan lingkungan FISIP dan berbatasan dengan Fakultas Psikologi. Selain itu, ada coffee shop di lantai 1 yang bisa menjadi pilihan mahasiswa untuk tempat nongkrong atau belajar bareng.
Nah, itu tadi fakta menarik dari FISIP UI. Semoga bisa menambah semangat kamu yang sedang berjuang masuk fakultas makara oranye ini, ya!
Kalau ditanya soal rumpun sains dan teknologi, bayangan orang-orang pasti tidak jauh dari jurusan yang berbau saintis, matematis, dan sesuatu yang berkaitan dengan alam dan makhluk hidup. Hal-hal seperti itu dapat kamu temukan di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UI.
Fakultas makara biru hitam ini merupakan fakultas tertua ketiga di UI. Di dalamnya terdapat sembilan prodi S1, yaitu Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Geografi, Geofisika, Geologi, Statistika, dan Ilmu Aktuaria.
Ingin tahu fakta dan informasi lain dari FMIPA UI? Simak ulasan berikut ini.
Dulu Bernama Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam
Gedung FakuItas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UI. Foto: sci.ui.ac.id
Sebelum menjadi FMIPA UI, pada awal pendiriannya tahun 1959, fakultas ini bernama Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam (FIPIA). Lokasinya pun bukan di Depok, melainkan Bandung. Namun, fakultas tersebut diserahkan ke Institut Teknologi Bandung (ITB) dan UI mendirikan FIPIA di Jakarta pada tahun 1960
Akhirnya, pada tahun 1982, FIPIA berubah nama menjadi FMIPA. Perubahan nama ini didasarkan pada Peraturan Pemerintah No.27 tahun 1981, tertanggal 14 Agustus 1981 (Lembaga Negara RI No. 41) tentang Penataan Fakultas pada Universitas dan Institut Negeri. Lima tahun kemudian, tepatnya tahun 1987, semua kegiatan FMIPA pun pindah dari Salemba (Jakarta Pusat) ke Depok.
Punya Prodi Baru pada Tahun 2018
Tahukah kamu kalau fakultas ini memiliki prodi terbaru? Pada tahun ajaran 2018/2019 lalu, FMIPA UI membuka prodi S1 Ilmu Aktuaria. Itu berarti, angkatan pertamanya akan lulus pada tahun 2022 mendatang.
Prodi yang berada di bawah naungan Departemen Matematika FMIPA UI bekerja sama dengan institusi-institusi yang berkaitan dengan bidang aktuaria, seperti Persatuan Aktuaris Indonesia, untuk mengembangkan profesi aktuaris yang tersertifikasi. Dalam salah satu mata kuliahnya, terdapat penyetaraan ujian profesi Aktuaris
Sama seperti fakultas lainnya, fakultas ini juga memiliki unit khusus yang menyediakan jasa bagi sivitas akademika UI, institusi pemerintah dan swasta, serta masyarakat umum. Unit tersebut yaitu Lembaga Sains Terapan (LST).
Lembaga yang berada di Lantai 6 Gedung Laboratorium Riset Multidisiplin Pertamina FMIPA UI tersebut didirikan dengan fokus pada kegiatan konsultasi, pelatihan, uji laboratorium, dan sertifikasi di bidang sains terapan. LST menjadi wadah bagi kolaborasi antara FMIPA UI, pemerintah, dan industri. Selain itu, keberadaan LST juga diharapkan mampu meningkatkan kapasitas SDM FMIPA UI dan penciptaan inovasi sains untuk masa mendatang.
Pada Juni 2021 lalu, FMIPA UI meresmikan Alumni Lounge di Lantai 3 Gedung Laboratorium Riset Multidisiplin Pertamina FMIPA UI. Fasilitas baru ini digunakan sebagai co-working space dan tempat pertemuan, diskusi, dan silaturahmi alumni fakultas makara biru hitam ini. Selain itu, tempat ini juga dilengkapi dengan kursi dan meja rapat, layar proyektor, sofa, wifi, dan pantry.
Selain untuk alumni, tempat ini juga dapat dimanfaatkan oleh lulusan baru yang akan memulai karir. Mereka akan difasilitasi berbagai pelatihan untuk dunia kerja dan pembekalan menjadi enterprenuer. Pihak fakultas berharap para alumni terdahulu dapat berkontribusi untuk alumni juniornya.
Nama Kantin yang Unik
Kantin Dallas. Foto: sci.ui.ac.id
Hampir semua fakultas di UI memiliki kantin. Namun, hanya fakultas ini yang memiliki kantin dengan nama yang unik, yaitu Dallas. Dallas adalah singkatan dari “Di bawah lindungan Allah SWT”. Unik, kan?
Pemberian nama tersebut bukan tanpa alasan. Lokasi kantin yang berada di bawah Musala membuat kantin tersebut dinamai seperti itu. Jadi, orang-orang yang makan di sana seakan-akan dilindungi Allah karena hampir setiap waktu salat pasti mendengar azan dan doa-doa lainnya, hehe.
Itu tadi lima fakta menarik dari fakultas makara biru hitam. Semoga bisa jadi motivasi kamu yang sedang berjuang untuk jadi bagian dari fakultas ini, ya!
Kalau kamu pernah menonton berita di televisi atau berita di media massa dan daring, kamu pasti tidak asing pada narasumber yang merupakan seorang epidemiolog. Bahkan, beberapa epidemiolog tersebut merupakan sivitas akademika UI, loh. Mereka berasal dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UI.
FKM UI merupakan salah satu fakultas di Rumpun Ilmu Kesehatan UI. Fakultas dengan makara ungu ini memiliki empat prodi S1, yaitu Kesehatan Masyarakat, Ilmu Gizi, Kesehatan Lingkungan, dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
Lantas, seperti apa fakta unik yang dimiliki oleh fakultas ini? Yuk, simak artikel berikut ini.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Tertua di Indonesia
Gedung FKM UI. Foto: ui.ac.id
FKM UI disebut-sebut sebagai fakultas kesehatan masyarakat tertua di Indonesia. Awalnya, fakultas ini merupakan pecahan dari FKUI. Kepala Departemen Kesehatan Masyarakat dari FKUI Dr. Mochtar adalah sosok yang memprakarsai terbentuknya fakultas ini.
Mulanya, departemen tersebut membuka program Magister Kesehatan Masyarakat. Lalu, pada tahun 26 Februari 1965, diputuskan bahwa FKM dibentuk di bawah naungan UI. Kemudian, melalui Surat Keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan No. 153 Tahun 1965, ditetapkan tanggal berdirinya FKM UI yaitu pada tanggal 1 Juli 1965.
FKM UI merupakan salah satu fakultas di UI yang aktif berkontribusi dalam penanganan pandemi COVID-19 di Indonesia. Pada situs resminya, terdapat menu khusus yang menyediakan informasi mengenai COVID-19, seperti webinar, opini tentang COVID-19, kumpulan berita daring tentang COVID-19, dan publikasi mengenai COVID-19, baik nasional maupun internasional.
Fakultas ini aktif melakukan sosialisasi tentang pandemi COVID-19, terutama via daring. Salah satunya adalah rangkaian webinar yang diunggah di YouTube FKM UI. Selain itu, epidemiolog dari fakultas ini juga sering menjadi narasumber utama dalam berita yang membahas soal COVID-19.
Ciptakan Buku Saku Pencegahan COVID-19
Cover buku saku pencegahan COVID-19
Selain dosen dan para pakarnya, mahasiswa fakultas makara ungu ini juga tidak ingin ketinggalan untuk berkontribusi dalam pencegahan COVID-19. Salah satu yang dilakukan adalah membuat Buku SakuDesa Tangguh Bencana Lawan COVID-19. Pembuatan buku saku ini dilakukan oleh 10 mahasiswa dari Prodi K3 dalam rangka Pengalaman Belajar Lapangan (PBL).
Buku saku yang merupakan kerja sama UI dengan Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Kesehatan, Badan Nasional Penanggulan Bencana, Direktorat Pusat Riset dan Respon Bencana UI, dan Perhimpunan Ahli Kesehatan Kerja Indonesia (PAKKI) tersebut akan didistribusikan pada lebih dari 74 ribu desa di Indonesia. Selain itu, versi digitalnya juga dapat diakses melalui tautan bit.ly/bukusakudestana.
Maklumat Pelayanan FKM UI. Foto: laman resmi FKM UI
Pada 30 Juni 2020, Pj Dekan FKM UI beserta jajarannya menandatangani Maklumat Pelayanan. Maklumat tersebut merupakan pernyataan bahwa FKM UI menyelenggarakan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan dalam mewujudkan Zona Integritas sesuai kaidah Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM).
Sebagai bentuk implementasi dari pernyataan tersebut, fakultas ini membuat aturan mengenai gratifikasi, Whistle Blowing System (WBS), dan benturan kepentingan. Jika terdapat tindakan yang dicurigai sebagai gratifikasi, kamu dapat melaporkan tersebut pada kontak yang tersedia di laman tersebut.
Juara Bertahan Parade Olimpiade
Prajurit Ungu. Foto: laman FKM UI
Nah, fakta unik yang satu ini pasti sepertinya harus diketahui oleh mahasiswa FKM UI 2020 dan 2021 yang belum pernah kuliah offline deh, hehe.
Jadi, BEM UI memiliki tiga acara tahunan yang diadakan secara bersamaan, yaitu Olimpiade Ilmiah Mahasiswa (OIM), Olimpiade UI, dan UI Art War. Sebagai pembuka ketiga acara tersebut, setiap fakultas akan melakukan parade dari fakultas masing-masing sampai ke Balairung sebagai bentuk dukungan terhadap kontingen mereka yang berkompetisi pada tiga ajang tersebut.
Nah, rombongan parade fakultas makara ungu ini yang disebut sebagai Prajurit Ungu merupakan juara parade selama satu dekade, mulai tahun 2010-2019. Penetapan juara tersebut dilihat berdasarkan yel-yel, maskot, dan kekompakan suporter.
Semenjak pandemi melanda tahun 2020, parade tersebut tidak diadakan lagi. Untuk parade selanjutnya yang entah kapan, semoga FKM bisa juara lagi, ya!
Itu tadi lima fakta unik dari fakultas makara ungu. Menarik, kan? Semoga bisa menjadi motivasi kamu yang ingin jadi mahasiswa di fakultas ini, ya!
Gimana perasaanmu saat menjadi mahasiswa UI? Pastinya bangga, dong. Menjadi bagian dari universitas terbaik di Indonesia merupakan pengalaman yang mungkin nggak semua orang bisa merasakannya. Nggak hanya belajar, kamu juga diberi kesempatan untuk mengembangkan diri, seperti gabung organisasi atau mengikuti berbagai macam kompetisi.
Namun, sebagai mahasiswa dari kampus top di Indonesia, kamu pasti sering dipandang berlebihan oleh orang awam. Mereka sering berekspektasi bahwa anak UI pasti serba bisa dan ibaratnya punya spek dewa.
Nah, berikut ini empat pandangan umum dari orang awam tentang anak UI. Kamu pasti relate sama salah satunya, deh.
Otaknya Encer alias Pinter Banget
Ilustrasi: Pixabay/sasint
Butuh perjuangan ekstra untuk menjadi mahasiswa UI. Itulah sebabnya nggak semua orang bisa lolos seleksi. Kalau kamu berhasil lolos, kamu akan dianggap hebat oleh orang lain. Tak hanya itu, selama kuliah sampai kamu lulus pun, orang umum masih berekspektasi bahwa kamu adalah orang pintar.
Sebenarnya, pandangan ini nggak ada salahnya, kok. Namun, hal yang perlu ditegaskan adalah nggak semua anak UI pintar di bidang akademik. Ada juga yang kemampuan akademiknya kurang, tapi dia jago banget di bidang non-akademik.
Nah, kamu termasuk yang mana nih? Unggul di akademik, non-akademik, atau justru dua-duanya?
Serba Bisa atau Multitasking
Ilustrasi: Freepik
“Katanya anak UI, kok gitu aja nggak bisa?”
Pernah nggak mendengar pertanyaan itu dari orang awam? Atau, jangan-jangan kamu sendiri yang pernah mendapatkannya?
Selain dianggap pintar, orang awam sering berekspektasi kalau anak UI itu serba bisa alias multitasking. Saat terjun ke masyarakat, magang, atau saat mulai bekerja, ada saja oknum yang iseng memberi pekerjaan lebih untuk anak UI yang baru lulus. Mereka kemudian menyindir si anak baru tersebut dengan dalih “katanya anak UI”.
Sebenarnya, pandangan itu nggak ada salahnya juga. Itu jadi bukti bahwa mahasiswa atau lulusan UI bisa diandalkan di masyarakat. Namun, kalau kamu disepelekan seperti itu, kamu bisa membela diri dengan sopan. Jangan sungkan untuk bilang “tidak” selama itu nggak merugikan diri sendiri dan orang lain, ya.
Penampilannya Good Looking
Ilustrasi: Pixabay
“Anak UI mah cantik, badannya juga bagus,”
Ehh bukan, ya? Hehe.
Bisa dibilang, mayoritas anak UI memang menjaga penampilan sebagai bentuk self-branding. Mulai dari gaya berpakaian yang rapi-rapi sampai yang cenderung rebel sekali pun, mereka memiliki ciri khas gaya fashion sesuai dengan fakultasnya masing-masing. Terlebih lagi, mereka yang hits di media sosial umumnya memiliki tampang yang cakep dan keren. Itulah sebabnya orang awam beranggapan bahwa anak UI pasti good looking.
Pandangan itu nggak seratus persen salah, nggak juga sepenuhnya benar. Kalau kamu ingin tahu gimana kebenarannya, sering-sering aja mampir ke fakultas-fakultas di UI kalau kuliahnya sudah tatap muka nanti. Kamu nilai sendiri deh, penampilan mahasiswa UI sebenarnya seperti apa.
Berasal dari Keluarga Berada
Ilustrasi: Pixabay
Nah, pandangan yang satu ini bisa dibilang disebabkan oleh faktor eksternal. Lokasi UI yang berada di dekat ibu kota sering kali dianggap sebagai kampus yang mahal. Tak hanya itu, biaya hidupnya juga dianggap perlu merogoh kocek yang dalam. Itulah sebabnya orang awam (khususnya mereka yang berasal dari daerah) beranggapan bahwa hanya anak dari keluarga berada saja yang bisa kuliah di UI.
Faktanya, UI nggak memandang kondisi finansial mahasiswanya. Masyarakat dari latar belakang sosial ekonomi apapun boleh kuliah di sini. Kalau ingin biaya kuliah yang murah, UI menyediakan BOPB (Biaya Operasional Pendidikan Berkeadilan) yang biayanya disesuaikan dengan kondisi finansial penanggung biaya kuliahmu. Kamu juga bisa memanfaatkan beasiswa, seperti Bidik Misi dan beasiswa lain yang melimpah di kampus ini.
Nah, itu tadi empat pandangan umum dari orang awam tentang anak UI. Kamu relate, nggak? Tulis pandangan lain yang pernah kamu terima di kolom komentar, ya.
Kalau kamu pernah naik bikun (bis kuning), fakultas apa yang pertama menjadi tempat pemberhentian bikun jalur biru? Ya, tepat sekali, Fakultas Psikologi UI. Fakultas ini letaknya memang cukup strategis karena dekat dengan Stasiun UI dan Bundaran Makara. Jadi, kamu tidak akan bingung kalau mencari fakultas makara biru muda ini.
Selain tempatnya yang strategis, Psikologi UI juga menyimpan fakta-fakta unik, loh! Mau tahu seperti apa? Simak penjelasan berikut ini.
Awal Pendirian
Taman Akademos, taman yang ada di Psikologi UI. Foto: istimewa
Psikologi UI berdiri pada tahun 1960. Fakultas ini menjadi salah satu pionir dari berdirinya fakultas psikologi di Indonesia. Lahirnya fakultas ini berawal dari pidato ilmiah Prof. Dr. Slamet Iman Santoso dalam pengukuhannya sebagai Guru Besar UI.
Pada momen yang sekaligus merupakan Dies Natalis UI tersebut, beliau mengemukakan penggunaan pemeriksaan psikologis untuk mendeteksi the right man on the right place, dan menghindari the right man on the wrong place, the wrong man on the right place, serta the wrong man on the wrong place.
Pada tahun 1953, Kementerian Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan mendirikan Lembaga Psikologi. Lembaga tersebut kemudian diubah namanya menjadi Pendidikan Asisten Psikologi dan berada di bawah pimpinan UI. Pada tahun 1955, lembaga pendidikan tersebut menjadi Pendidikan Sarjana Psikologi yang berada di bawah naungan FKUI.
Hingga akhirnya, pada 1 Juli 1960 Fakultas Psikologi UI didirikan secara resmi oleh Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan RI.
Termasuk dalam Rumpun Soshum
Potret mahasiswa Psikologi UI. Foto: istimewa
Buat yang masih beranggapan kalau psikologi itu selalu berhubungan sama hal klinis, anggapan kamu tidak sepenuhnya benar. Buktinya, Psikologi di UI dan beberapa universitas di Indonesia termasuk dalam rumpun sosial humaniora, loh! Jadi, kamu yang berasal dari jurusan IPS di SMA punya peluang untuk jadi mahasiswa psikologi.
Sebagai informasi, perbedaan psikologi soshum dan saintek terletak pada fokus studinya. Psikologi soshum fokus pada permasalahan sosial dalam individu atau masyakarat yang dikaitkan dengan psikologi. Sementara psikologi saintek fokus pada keadaan psikologis seseorang dilihat dari sudut pandang kesehatan.
Kalau kamu keliling-keliling di fakultas ini, jangan kaget kalau lihat ada banyak anak kecil, ya. Pasalnya, di sini terdapat Tempat Pengembangan Anak Makara (TPAM). Tempat ini sejenis daycare atau tempat penitipan anak usia 2—4 tahun, tetapi dengan model yang sesuai dengan kaidah ilmu kesehatan dan psikologi untuk balita.
Tempat yang juga merupakan Laboratorium Perkembangan dan Pendidikan Anak Usia Dini tersebut didirikan pada tahun 2008 di bawah Program Studi Magister Psikologi Terapan. TPAM merupakan bentuk kolaborasi dengan FKUI, FKG UI, dan FIK UI. Mahasiswa fakultas ini juga bisa magang di sini, loh.
Klinik Terpadu Psikologi
Salah satu kegiatan di Klinik Terpadu Psikologi UI. Foto: istimewa
Selain TPAM, Psikologi UI juga punya Klinik Terpadu Psikologi. Klinik yang didirikan pada tahun 2008 tersebut merupakan teaching clinic yang bertujuan untuk memberikan pelayanan psikologi yang komprehensif, profesional, dan terintegrasi dengan masyarakat luas.
Layanan yang disediakan oleh klinik ini yaitu konseling dan psikoterapi untuk individu dan pemeriksaan psikologis. Selain itu, Klinik Terpadu Psikologi juga melayani kerja sama dengan berbagai institusi yang ingin mengadakan pemeriksaan psikologis dan Tes Potensi Akademik (TPA) untuk kebutuhan seleksi dan asesmen.
Lembaga Psikologi Terapan
Layanan lain yang dibuka oleh Psikologi UI untuk masyarakat luas adalah Lembaga Psikologi Terapan (LPT) UI. Lembaga ini berdiri sejak 1970 membuka layanan psikologi untuk pengembangan individu dan organisasi, di antaranya talent mapping, personal empowerement, workplace learning, dan organizational assessment and human performance system.
Di masa pandemi ini, LPT UI juga sering mengadakan webinar yang dapat diakses oleh masyarakat umum. Lembaga ini juga sudah menangani berbagai jenis klien dari perusahaan terkemuka. Jadi, sudah pasti berkualitas tenaga profesionalnya.
Itu tadi lima fakta unik dari Psikologi UI yang jarang diketahui orang banyak. Semoga bisa menjadi tambahan referensi buat kamu yang ingin menjadi mahasiswa di fakultas makara biru muda ini atau sekadar butuh layanan psikologi dari fakultas ini, ya!