Keinginan UI untuk merebut piala Adikarta Kertawidya tahun ini kembali belum bisa diwujudkan karena UI tidak mampu menjadi juara umum di kompetisi mahasiswa terbesar di Indonesia ini. Namun walaupun demikian secara keseluruhan UI mampu meningkatkan prestasinya di ajang ini jika dibandingkan dengan PIMNAS tahun lalu. Prestasi UI dalam PIMNAS tahun ini antara lain 1 emas dan dua perunggu dari PKMP, juara 1 KKTM Pendidikan, juara 2 KKTM IPA, juara 2 AKSOSS untuk kategori desktop, juara 3 lomba debat bahasa Arab. Pada PIMNAS XXI di Universitas Negeri Lampung UI hanya meraih satu emas dari PKM, juara 1 Information and Communication Competition, Juara 2 lomba debat debat bahasa Mandarin serta beberapa perunggu.
PIMNAS tahun ini, seakan didominasi oleh universitas-universitas yang berasal dari Jawa Timur. Universitas Brawijaya menjadi juara umum dan mematahkan dominasi UGM dan IPB yang menjadi langganan juara dengan perolehan medali sebanyak 4 emas dan 3 perak. Hasil tersebut melengkapi selebrasi Unibraw karena universitas yang bersangkutan akan menjadi tuan rumah PIMNAS XXII pada tahun depan. UGM berada di peringkat 2 dengan 4 emas, 1 perak, dan lima perunggu. Pada peringkat 3, Universitas Negeri Malang meraih 3 emas. Universitas Airlangga berada di peringkat 4 dengan 2 medali emas serta 2 perak. Sedangkan peringkat 5 diraih IPB Bogor dengan 1 emas, 7 perak dan 6 perunggu.
Yang mungkin menarik untuk diperhatikan adalah kegagalan UI dalam meraih gelar juara untuk lomba stand dan display. Untuk gelar stand terinovatif diraih oleh Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya. ITS menampilkan sepeda lipat serta display audio visiual untuk menampilkan hasil-hasil penelitiannya yang disajikan melalui televisi layar lebar. Gelar stand terkreatif diraih oleh Universitas Airlangga. Konsep yang dibuat oleh Unair memang cukup menarik dengan bentuk seperti toko parfum dilengkapi dengan minibar. Gelar stand terinteraktif diraih oleh stand IPB. Stand IPB menampilkan berbagai karya dan hasil penelitian mahasiswanya yang pada umumnya berbasis pertanian. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa mahasiswa IPB secara aktif berusaha mempromosikan stand miliknya sehingga menarik perhatian orang untuk datang. Selain itu, mereka juga pro aktif dalam menjawab pertanyaan setiap pengunjungnya. Lantas gelar terakhir yakni stand terfavorit direbut oleh stand tuan rumah UNISSULA. Lantas bagaimana dengan stand UI? Banyak pihak yang menyayangkan bahwa stand UI tidak mempunyai konsep. Stand UI hanya dibuat monoton dengan poster-poster visual. Walaupun, di stand tersebut juga dipasang beberapa peralatan hasil penelitian serta disediakan sudut untuk konsultasi hukum. Tidak adanya konsep yang jelas membuat kontingen UI ”harus merelakan” gelar juara di lomba ini. Padahal kontingen UI harus membayar uang sewa stand dalam jumlah mencapai 16 juta rupiah. Sekedar informasi bahwa stand UI merupakan stand terluas. Dan setiap universitas, stand yang akan dibangun tidak dibatasi seberapa luasnya, sepanjang universitas yang bersangkutan mampu membayar biaya sewa stand tersebut.
PIMNAS XXII akan diselenggarakan di Universitas Brawijaya Malang Jawa Timur. Semoga selama setahun ke depan universitas tercinta kita, Universitas Indonesia, mampu membuat persiapan yang lebih matang sehingga prestasi di tahun mendatang bisa lebih baik. Sampai jumpa di PIMNAS tahun depan.