Ketika saya belum masuk UI sejuta impian dan harapan bergejolak di dadaku, betapa UI universitas terkemuka di Indonesia yang bertaraf internasional (katanya rektor!).
tetapi kini setelah saya diterima masuk jadi mhs UI betapa kebanggaan ini sirna, yang ada hanya rasa sedih, terkejut dan sangat prihatin dengan kondisi gedung kuliah dan laboratorium yang ada di UI (mipa), terlihat sumpek, pengap dan kotor, tidak mencerminkan nama megah UI yang dulu saya dengar.
Apalagi kalo kita masuk di ruang praktikumnya terkesan kumuh dan peralatannya jadul (kata dosen saya peralatan laboratorium ini di boyong dari sejak jaman ui di salemba ! busyet sudah berumur 50 thn!).
Saya jadi bertanya : seperti inikah kualitas universitas yang bertaraf internasional? yang bayar sumbangan dan kuliahnya mahal? dikemanakan uang sumbangan saya? Apalagi kalo saya bandingkan dengan kondisi sekolah sma saya dulu jauh banget ibarat bagai rss dng rumah mewah.
Pertanyaan saya sekarang : Apa bisa saya nanti lulus menjadi sarjana yang berkualitas sedang memipet bahan kimia saja masih pake mulut, jangan2 saya gak bakalan lulus karena keburu mati keracunan selagi praktikum.
Ketika musim ujian tiba, suasana ujian jauh dari nyaman apalagi tenang, bayangkan 60 mhs lebih yang ikut ujian dilaksanakan diselasar gedung atau disela-sela meja praktikum yang penuh bahan berbahaya, ruangan-ruangan tersebut sangat tidak representatif digunakan untuk ujian, belum lagi lalu lalang orang yang datang dan masuk laboratorium sangat mengganggu ketenangan berfikir, seperti inikah suasana ujian di ui? kapan saya dapat nilai bagus kalau suasana ujian bagai pasar.
Yaahh saya sudah terlanjur terjebak di dalam sistem ini, yang tadinya sangat saya banggakan ternyata hanya nama besar yang ada, jauh dari kondisi standar layaknya universitas, apalagi berstandar internasional.
ini kesekian kalinya saya menulis di minggu ini. dan ternyata isinya lagi2 keluhan.
Okey….gw setuju dengan keadaan UI yang sgt parah, jauh dari kemegahan yg terlihat hanya diluarnya saja.
Tp gw ga setuju, klo diakhirnya lw cuma bisa bilang, gw ga takut ga bisa lulus keburu MATI duluan, takur keracunan.
OPTIMIS bung, senior2 lw dulu juga terbatas, dan dia tetp berjuang ko untuk berprestasi. dan sampai skrang ga ada kasus MATI karena KERACUNAN.
Thanks
@Yang ngebikin post ini, jangan ngaku angkatan 2011 ya. (n_n)
Ayah saya pernah bilang kalo kualitas seseorang itu dapat dilihat dari ucapannya. Awalnya saya emang ga terlalu paham, tapi dengan adanya posting anda ini, saya jadi benar-benar paham. Terimakasih.
Guru Matematika saya juga pernah berkata bahwa salah satu kiat unutuk menggapai kekuksesan adalah dengan tidak mengeluh. Kenapa?? Karena dengan mengeluh, sekaligus kita itu kufur nikmat. Kalo saya si, masuk UI aja udah bangga banget Mas. Bersyukur tuh ya jadiib hobi gitu loh.
Mencoba berpikiran positif, itu kuncinya.
emh, kalo saran saya, jika memang saudara cerdas, tolong hapus TULISAN ANDA ini. Terimakasih.
(n_n)
Salam saya, Warga ASLI Graphen11c (Kimia, FMIA UI 2011)
buruk muka cermin dibelah.
buruk berita penulisan kaga diakui sbg teman.
paling ya kasih tau baek2..
besok lagi..klo ada uneg2..ayo kita rembug bareng bgmn baiknya
pasti ada solusi terbaik, & baik buat semua, bukan saling mencela. jangan saling bertikai.
Manfaatkan, arahkan energy dan potensi kalian untuk menjadi lebih baik dan terbaik
Siapapun..kamu2 semua adalah adik2 saya; adik-2 yg baik, yg nantinya pasti akan jauh lebih baik dari saya.
haha, fasilkom yang udah belasan tahun ga punya gedung aja ga protes, kok anak mipa yang baru masuk udah protes….
Siapa yang ngajarin kamu mipet pakai mulut? Kalau butuh bulb pipet tinggal minta ke penanggung jawab labnya aja kok, atau ke aslabnya…
Kalau mau modal ya beli aja bulb sendiri, ga mahal kok paling 70-80 ribu di HMDK…
Biar ga “mati keracunan” di lab, kalau praktikum jangan becanda, pakai alat-alat safety seperti safety mask, safety gloves dan safety googles. Mungkin ribet untuk awalnya, tapi buat kesehatanmu sendiri, kalau bisa tiap praktikum dipakai.
Kalau perlu safety training yang komprehensif, kamu minta aja HMDK ngadain acara Pelatihan K3L buat angkatan kamu dan 2010.
Oke dek?
Tdk harus menunggu pelatihan. Coba buat Guidance Basic Safety Laboratory (Umum + khusus/ kasus per kasus); dan buat Test Wajib, sbg pra-syarat untuk bisa ikut praktikum. Materi dan Test (bisa dg program on-line) dibuat se informatif mungkin. Bukan untuk mengHambat ttp untuk mendapat Manfaat. Jadilah yg terbaik melalui perbaikan yg berkesinambungan. Dan program pelatihan dan test (on-line) tsb bisa ‘dijual’ ke industri/ perusahaan sbg bagian dari pelatihan karyawan baru dan program pelatihan refreshment!
– bertaraf internasional?
– berTARIF internasional juga.
saya juga kuliah di MIPA, SPP 12,5 juta/ semester
tapi harus kuliah di ruang serbaguna yang sempit, AC yang gak dingin, dan proyektor yang selalu mati setiap 15 menit (karena gak pernah di servis)
mungkin bukan bertaraf internasional. tapi masih setara dengan SMK
mas kayanya uang kuliah lo di buat bikin trak sepeda jadi ga kebayar untuk biaya perawatan ac
kesan UI univ bagus tuh mungkin harus di-detailkan, fakultas mana dulu.. haha. sekedar opini kurang serius, sepertinya fakultas2 seperti MIPA, teknik (fakultas saya), dan beberapa lainnya memang termasuk “beban” bagi nama besar UI. yang menopang nama besarnya itu fakultas2 seperti FK, FE, FISIP, dll.
tapi setuju banget sama opini dari crliquid, toh dgn smua kebobrokan di fakultas kita (khususnya infrastruktur), banyak juga kan yg udah lulus n jadi orang besar yg mengharumkan nama UI. jadi mungkin ekspektasi kita bahwa masuk UI bisa jd hebat itu tidak salah. yg ada ekspektasi itu salah sasaran. bukan sekedar kepada para birokrat dan pengajar kita harus menaruh harapan tapi justru diri kita sendiri dan puluhan ato ratusan teman di lingkungan departemen atau jurusan kita yg sama2 memiliki hasrat utk menjadi sarjana yang “canggih”. makanya terbentuk yg namanya kemahasiswaan. kalo birokrat gak bisa ngasi yg kita butuhin, yaa mahasiswa secara bersama2 bisa usahain sendiri lah. drpd nuntut doang, kan energinya mending dipake buat ngelakuin hal yg bisa dilakuin. IMHO.
terapkan hukum kekekalan energy….; jangan buang2 energy untuk hal2 yg mubazir..
Bila masing2 energy masih terlalu kecil untuk menggerakkan batu, cobalah menggerakkan kerikil;
namun bila memang perlu menyingkirkan batu penghaan; ayo kita rame2 gunakan energy kita bersama untuk tujuan & arah yg sama; menyingkirkan segala macam rintangan, melapangkan jalan untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya! Anda2 semua harus lebih baik dari 25 thn yll, saat masih di salemba!
Ngeluh kyk gini mah ga bakal diladenin. Lakuin sesuatu yg lebih greget dan narik perhatian dong. Demo kek, aksi kek.
Lebih bagus kalo tman2 anda dan anda sendiri bisa ber-PRESTASI di lingkungan kayak gitu n ngebuktiin MIPA tuh bukan BERHARGA sama kyk fakultas lain.
salah nulis. maksudnya ini
“Lebih bagus kalo tman2 anda dan anda sendiri bisa ber-PRESTASI di lingkungan kayak gitu n ngebuktiin MIPA tuh BERHARGA sama kyk fakultas lain.”
IMHO, tulisan kaya begini ga ada salahnya loh..
ini bentuk lain gerakan zaman sekarang.. ga harus dikit2 demo bukan? lagi juga masih ada ya yg mau demo? hehe ?:-)
udah ada dua tulisan tentang MIPA (satu lagi ini https://www.anakui.com/2010/12/08/mipa-itu-gak-keren-gak-ada-duitnya/)
dan dengan posting kaya begini tuh narik perhatian juga bukan sih? hehehe..
kalo ini dibawa dengan serius, nanya ke dekanat MIPA, “pak, kok di MIPA kondisinya begini”, bukan nggak mungkin ada perubahan bukan sih?
banyak cara bikin perubahan, ini bisa jadi salah satunya, plus ditambahin tindakan nyata (ngebawa ke pihak yang berkepentingan), plus cara2 lain (ga kepikiran sih apaan lagi)
plus, tentu saja saya setuju dengan pernyataan “Lebih bagus kalo tman2 anda dan anda sendiri bisa ber-PRESTASI di lingkungan kayak gitu”. ayo Bima dan temen2 MIPA, kalian pasti bisa! 😀
ya gw setuju jika mipa adalah fakultas yg paling memprihatinkan di UI
soalnya gw pernah liat sendiri bagaimana yg mau ujian itu tmptnya bukan di dalam kelas tapi diselasar
tapi gw tidak setuju dengan kalimat penulis yg mengatakan: “Apa bisa saya nanti lulus menjadi sarjana yang berkualitas sedang memipet bahan kimia saja masih pake mulut, jangan2 saya gak bakalan lulus karena keburu mati keracunan selagi praktikum.”
menjadi sarjana yg berkualitas itu tidak mutlak berasal dari adanya fasilitas meski fasilitas itu sangat mendukung
bahkan bnyk orang2 yg berkualitas dan sukses itu berasal dari adanya keterbatasan
krn muncul inisiatif utk bisa dan dapat melakukan sesuatu
fh pun dulunya merupakan salah satu fakultas yg memprihatinkan di UI
waktu pertama kali gw masuk dulu, fh itu tdk seperti skrng
fh jadi bagus seperti saat ini krn adanya sumbangan dari para alumni fh
jadi dulu itu ditiap2 kelas ada nama para penyumbangnya
yg bunyinya kurang lebih seperti ini: fasilitas yg ada dlm ruangan ini atas bantuan bla bla bla
tp sepertinya saat ini para alumni tidak bs menyumbang lsng utk fakultasnya krn menurut berita yg gw dengar, sumbangan alumni itu harus masuk lewat rektorat dulu dan nanti baru dibagi2 rata dengan fakultas lainnya
itulah yg membuat beberapa alumni enggan utk memberikan bantuannya krn niat mereka itu utk memberikan sumbangsih buat fakultasnya
CMIIW
apakah kebersihan ‘TOILET’ jg harus tunggu sumbangan? apakah budaya nyampah di sekitar lokasi; puntung rokok berserakan di selasar sebelum masuk gedung masih bisa diperbaiki?
Aduh mbak Sabine, kan mbak kakak kelas saya seharusnya lebih berasa donk dan lebih kritis melihat kondisi kuliah di mipa, jangan cuma nrimo aja! Sekarang saya tanya : ukuran kehebatan suatu Sekolah atau Universitas dilihat dari apanya? salah satunya adalah fasilitasnya, kalo fasilitas laboratoriumnya bobrok maka mutunya juga sangat diragkan. kalo kita gak pernah kenal dengan peralatan laboratorium yang modern dan banyak dipakai di industri saat ini, setelah lulus kita akan gagap (gaptek). Kalo kita orang mipa hanya pintar karena dari membaca buku dan diskusi maka kita akan terkenal sebagai sarjana yang omdo alias cuma ngomong doank. Peralatan laboratorium adalah fasilitas mutlak bagi orang mipa! Bagaimana penelitian kita akan sebanding mutunya dengan universitas di luar negeri sono kalo peralatan kita masih yang jadul? pake pipet karetnya kempet, ake buret keranya bocor, mau pake oven ngantri, yah….
coba ya gw tunggu aksi nyata lo di luar ini untuk mewujudkan kekritisan lo.
dan asal lo tau, penelitian orang mipa dengan fasilitasnya yang seperti itu juga banyak kali yang masuk di jurnal internasional dengan impact factor yang tinggi. mereka lebih banyak action dari pada protes-protes. ada baiknya lo mencontoh mereka juga
penelitian orang kimia ada ga yang masuk jurnal internasional. kalo pun masuk jurnal, gue rasa ga mungkin dilakukan di lab riset lantai 4, fasilitas nya aja ga da, paling paling dilakukan di lab luar…
hmmm, lo mau penelitian orang kimia yg masuk jurnal internasional? nih gw kasih satu:
http://www.biomedcentral.com/1471-2105/12/S13/S23
itu yang neliti senior gw angkatan 2006..
ngerjainnya di departemen kok ga di luar negeri..
labnya di lantai dasar
>>>Syarifah Hasna<<<< nih kakak kelas gimana sihh masa kasih jurnal bioinformatik, baca dulu emba ke, isi jurnal nya, bio informatik ga pake alat lab, dia cuma pake komputer biasa dengan software yang bisa di download bebas, lalu kita utak atik deh tuh software dan ditest lewat simulator.. gue ga nemu tuh bio informatik mengunakan hotplat di lantai 4.
memang sy sering mndgr klo fmipa itu fasilitasnya krg bgs, saran saya mas,coba mas konsultasi kan mslh ini ke bagian sapras fmipa mas,agar bisa didengar masukan mas,supaya ada tindak lanjutnya,dan saya yakin ga cuma mas aja kok yg merasakan ini 🙂 demi kemajuan bersama lah hhe
Keterbatasan infrastruktur yang dipunyai FMIPA UI memang benar adanya. Namun menurut saya hal tersebut bukan merupakan kendala untuk membuat kita menjadi sarjana yang berkualitas. Kalau penulis memperhatikan dengan obyektif karya-karya ilmiah dan paper ilmiah yang dihasilkan oleh peneliti yang ada di FMIPA UI termasuk didalamnya mahasiswa yang terlibat, mungkin akan membuat penulis menjadi lebih yakin bahwa nanti penulis juga akan menjadi sarjana yang berkualitas. Saya sendiri juga lulusan FMIPA UI dengan keterbatasan infrastruktur seperti yang penulis alami. Namun ilmu yang diberikan oleh dosen-dosen saya tidak membuat saya merasa bahwa saya kurang berkualitas. Keterbatasan infrastruktur tidak selalu membuat kita tidak bisa berkarya. Marilah kita berjuang dan berkarya dengan keterbatasan yang ada untuk menghasilkan karya yang baik dan berguna untuk orang banyak.
Ayo EMIL, ajak adik2 kelas (anak ?) didik untuk lebih aktif berpartisipatif! atau sekarang Anda sdh jarang nengok Jurusan?
Memang benar kondisi laboratorium di FMIPA cukup memprihatinkan. Walaupun fasilitas bukan segalanya, tetapi seharusnya tidak se-memprihatinkan ini dong. Apalagi dengan biaya yang kita keluarkan setiap semester untuk kuliah di UI yang tentunya tidak sedikit
Sungguh Saya sangat heran membaca komen2 yg ada disini ttg tulisan saya. Padahal saya mencoba memberanikan diri menuliskan fakta yg ada di universitas kita (mipa). Yg komen disini beberapa terkesan kebakaran jenggotnya, ada yg menganggap saya mengeluh, bahkan ada yg nantangin saya demo dijalanan, tapi ada juga yg menyarankan agar saya nrimo apa adanya tapi harus tetap berprestasi? Kalo hanya seperti ini tanggapan (pola pikir) para senior saya yg nota bene adalah mhs ui, kapan ui bisa maju? pokok pemikiran yg saya tulis adalah ” Pantaskah ui disebut berkelas internasional kalo masih ada sarana dan prasarana di salah satu fakultasnya ketinggalan zaman? Saya tidak pernah menuliskan mutu sarjana2 alumni mipa ui, tapi yg saya tuliskan mutunya akan merosot kalo kondisi laboratoriumnya ketinggalan zaman!. Salahkah kalo saya mengkawatirkan hal ini? kalo kondisi lab mipa ui sekarang ini sama dengan 50 thn yg lalu, apakah ini dpt disebut kemajuan? Kalo masalah kualitas hasil penelitian dosen2 mipa bertaraf internasional, tolong yg komentar ini silahkan membaca jurnal2nya dulu baru komen, pernahkah anda tau, mereka itu menggunakan peralatan lab yg ada di luar negeri sono atau di luar ui bukan peralatan yg ada di mipa ui, bahkan sebagian besar dosen melakukan penelitiannya dinegeri sebrang sono dengan meninggalkan tugas mengajarnya beberapa bulan di mipa ui.
Wajarkah? kalo kita mau berperang di zaman sekarang ini msh dengan persenjataan menggunakan bambu runcing ato golok?
Wajarkah? kalo kita mau menjadi pemain bola kaliber internasional kalo latihannya msh dilapangan kampuang yg becek? Silahkan anda renungkan sendiri, tapi jangan ajak saya demo dijalanan karena bukan itu solusinya dan saya tidak mau disebut mhs pendemo bayaran, karena sekarang lg ngetren pendemo bayaran.
SEDIH, PRIHATIN, EMOSI, GALAU, ITU PRASAAN SEBAGIAN MAHASISWA KIMIA UI YANG MASIH BERJIWA BERSIH DAN LURUS
MUNGKIN CUMA SAYA HANYA BISA BANTU BUKA HATI DAN MATA MEREKA YANG SUDAH MEMBATU JIWA NYA
“Pertanyaan saya sekarang : Apa bisa saya nanti lulus menjadi sarjana yang berkualitas sedang memipet bahan kimia saja masih pake mulut, jangan2 saya gak bakalan lulus karena keburu mati keracunan selagi praktikum.”
itu kata2 siapa ya? mungkin kata2 lo yg satu itu yang membuat org2 mengira lo mengeluh.
oke lah, fasilitas jurusan memang sangat mengecewakan, tapi ga seharusnya karena hal tsb lo pesimis untuk bisa jadi mahasiswa berkualitas.
senior2 dan dosen2 lo (yang notabenenya senior lo juga) udah bisa kok membuktikan mereka berkualitas. padahal mereka juga memakai fasilitas yg mungkin jauh lebih jadul daripada yang sekarang, tapi apakah lantas mereka gaptek, ga bisa make alat2 canggih? ga juga kan. buktinya penelitian mereka (yg lo anggap semuanya dilakukan di luar negeri yg alat2nya pada canggih) berkualitas kok. kalo mereka bisa, masa lo engga?
klo lo mau lebih konkret lagi, daripada cuma nulis disini, tulis sekalian keluhan lo ke kesma hmd, lalu dekanat, lalu ke pihak rektorat, supaya lebih didenger.
gue sengaja tulis di sini karena jika gue tulis langsung ke kesma hmd, lalu dekanat, lalu ke pihak rektorat, tidak akan berguna paling cuma jadi bungkus kacang surat gue, tapi kalo semua mahasiswa jurusan kimia yang bersuara pasti akan lebih didengar dan mudah mudahan di langsung di perbaiki
apakah masih ada asisten yg mengajarkan mipet pake mulut! Tolong STOP! apapun, meski hanya Aquadest! Termasuk: apakah mencuci glass-ware masih menggunakan bikromat asam?. Apakah sudah ada pemilahan dan pemisahan limbah di laboratorium? dan bgmn penanganan selanjutnya!
memang seyogyanya, Univ. atau dunia pendidikan adalah 1 langkah di depan industri; atau setidaknya berjajar seiring. Dg kondisi (terutama Lab, khususnya Kimia); memang sangat jauh tertinggal. bgmn kita men-siasati ketertinggalan tsb. jgn jadikan ketertinggalan dan keterbatasan sarana pendidikan sbg hambatan dalam mengedepankan pola pikir; untuk menjadi 1 langkah lebih maju!
Bagaimana jika kita bicarakan saja baik-baik secara langsung. Silahkan, anda bisa ke HMD Kimia, atau anda ingin mengkonsultasikan hal ini dengan Teman-teman Kimia?? Silahkan.
Tidak ada keputusan yang lebih baik selain keputusan hasil musyawarah mufakat.
(n_n)
ikut komen aaaahhh :
1. hai bung bim..w mau nanya ke lu.. Lu anak kimia 2011??? Setau w ga knl lu di angkatan 2011 (InsyaAllah w kenal sluruh anak kimia 2011)
2. kalo lu bilang keburu mati, harusnya w sama alumni2 n senior2 yg laen udh mati jg…hehe
3. mslh yg mipet pake mulut, w juga dulu berfikir “ngapain diajarin mipet pake mulut? kan bahaya”…
tng bung,. alasannya bukan karena qt ga mampu beli bulb, tp supaya qt tau teknik dasarnya loh (bnran dah, teknik dasarnya sblm pake bulb itu pke mulut mipetnya). qt bs melatih akurasi, presisi, dan ketelitian qt saat memipet nantinya…n insyaAllah bahan2 yg disuruh mipet pake mulut itu ya udh diperkirakan lah..masa iya guru mau bunuh muridnya (kata guru w kyk gt).
4. w setuju sih sma pendapat lu ttg fasilitas..tp kalo mempengaruhi mutu itu relatif loh.. jaman skrg juga walaupun qt bljr pake alat jadul, qt bs “bermutu tinggi”…knp? karena qt walaupun cuma pake alat jadul, tp qt tahu dasar2 dan kuat dalam prinsip kerjanya. contoh: spektrofotometer UV-Vis itu udh bnyk bgt yg canggih, tp tetap awal mulanya adalah dr spektronik-20…kalo udh nguasain prinsipnya, mau pake spektrofotometer apapun (mau itu hach DR-5000 kek atau Spekktro Pharo), lu pasti bs…jgn salah, di Jerman pun belajarnya spektronik-20 jg..
sooo…..tng aja. buktikan bahwa di balik kesederhanaan, qt dapat berkembang menjadi insan yg unggul 🙂
buka otak loo jangan bandingkan dengan spectro uv vis dah ga jaman kali sekarang sudah pake ICP, ICPMS, GCMSMS, Real Time PCR, DNA Sequencer, HPLC DAD dan lain nya. kalo lo mau belajar harus ikutin jaman dong jangan gatek. kita harus tau basic uv vis tapi kita harus tau perkembangan jaman sekarang specro uv vis dah bergeser ke nano view lo hanya perlu 5 micro liter sample untu analisa UV Vis, jurusan kimia punya ga. padahal harga nya murah paling 100 juta
hahaha…..bener bung qt harus ngikutin jaman, bener bgt.. tapiiii jgn gara2 “ah, ketinggalan jaman” ngebuat lu ga mau bljr yg basic2 yaa.
bener bgt bung alat2 skrg emang canggih2, spektro uv-vis mah emang ktinggalan jaman..eiiiitss, jgn salah.. msh bnyk dipake bung di seluruh belahan dunia dalam berbagai bentuk dan kemampuan yg mgkn super canggih…teteeeep, qt pahami aja dulu yg dasar2 lah :)…ntar jg lu bs pake alat2 canggih yg laen. (spektro uv-vis yg w tulis di atas tuh contoh doang masbro…
nano view?? emang ada..masalah buat lo???hehe…kalo murah ya monggo beli, trus ksh deh ke lab…kalo ga mau ngasih, ya buka aja univ atau prusahaan sndri… 🙂 kidding
komen saya sebelumnya itu cuma mau mengajak qt aja supaya mensyukuri apa yg ada. jgnlah qt bnyk mengeluh…walaupun bgtu, tetep qt berharap supaya fasilitas di MIPA ditingkatkan..malu kan sbgai world class university??? jgn pesimis n ngedumel mulu lah..bersyukur n blajar aja yg bnr lah (buat w jg nih)..
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.>>>>Ibrahim ayat 7
semangat Bung!!!
dengan kondisi spt di negara kita; misal penentuan pH dg indikator alami spt yg saat ini sdh diajarkan ke anak SMP seharusnya banyak bermanfaat untuk pemantauan kondisi LINGKUNGAN, Pencemaran. ga perlu alat canggih (rentang pH sesuai baku mutu biasanya 6-9?). namun bgmn aplikasi di lapangan? Penggunaan spekro kolori metri, perbandingan warna jg sudah cukup untuk melihat kadar sesuai kebutuhan. masih banyak jg alat Filter fotometer sederhana. UV-Vis juga ada banyak variasi termasuk sistem penyimpanan data. Kecanggihan alat mengan diperlukan, sesuai dg tuntutan/ kebutuhan. Timbangan ultra pun ada. termasuk berbagi alat instrumentasi yg cepat sekali perkembangannya. Ibarat komputer, TV dan alat elekronik yg lain; umur 2-3 tahun sdh ketinggalan zaman! Bila bbrp alat di Lab Univ tidak ada; bisa minta surat pengantar untuk belajar tentang alat tsb di perusahaan yg memiliki. Gunakan waktu ‘luang’ atau saat libur kuliah untuk menambah khazanah. Gunakan surat sakti dari Jurusan untuk mendekati perusahaan dimana kepala lab nya mungkin salah satu alumni UI? KKN yg positif! Realisaikan ide2 Murah untuk bisa mendapatkan >100 juta!
kp hrs sewot dan tidak mengakui ada teman seangkatan krn menuliskan sebagian kebenaran?
Klo ada yg masih mipet pake mulut ya kita tahu itu salah, cobalah diluruskan.
Ada alat yg sejak sy kuliah di Salemba masih berfungsi? bila memang alat tsb masih dlm kondisi baik, dan berfungsi mengapa dipermasalahkan?
Kondisi kumuh: artinya Andapun berkontribusi; Ayo kita benahi bersama spy tdk kumuh.
Suasana dan tempat ujian: keterbatasan sarana? krn saat ujian harus ada jarak supaya mhsw tdk saling nyontek?
Kesan pertama: harus diakui…memang jauh dari suasana menarik!
Untuk itu, jangan mari kita tengok sejenak apa makna yg ditulis sbg kritik yg menggelitik.
Demi kebaikan….mari kita perbaiki yg memang harus dan perlu dibenahi!
Thanks masukanya.
Tapi ini bukan masalah bersyukur atau tidak bersyukur tapi masalah masa depan kita semua dan seluruh warga negara indonesia. gue bangga bisa masuk kimia ui, tapi lo harus tau allah ga akan menurunkan rizkinya kepada orang orang yang hanya bisa meminta tanpa berusaha. percuma kalo kita hanya doa, sholat tanpa ada usaha begitu pun sebalik nya, ga akan tuh alat lab turun dari langit. semua harus ada usaha dan doa.
gue binggung kenapa jurusan kimia penuh orang orang yang spesimis, takut berusaha, takut memulai, berpikiran kerdil, coba buka mata lo semua liat keluar, liat jauh kedepan, apa yang lo bisa kasih untuk bangsa lo kalo lo semua cuma bisa teori tapi nol besar di lapangan.
seharusnya lo semua mau sama anak smk yang sudah bisa bikin mobil, bisa ga lo buat hal yang sama misalkan buat senyawa organik yang sedikit kompleks dan memiliki kemurnian yang tinggi, gue yakin pasti lo semua bilang bisa tapi nol besar di lapangan, bimana buat nya kalo fasilitas lab riset ga ada??/
lo jangan bandingkan univ di german pake spectronic 20 trus ui juga pake alat yang sama, lo harus liat secara keseluruhan alat apa yang ada untuk lab risetnya hampir semua alat analitik instrument mereka punya dan yang sederhana jadikan media untuk kuliah/ mempelajari cara kerja alat tersebut.
sorry semua gue ingetin sekali lagi gue bukan ngedumel atau ga bersyukur tapi gue lagi coba berusaha ajak lo semua berpikir lebih maju dan buka mata kalo jurusan kimia sedang kritis atau mungkin sekarat.
BERUSAHA DAN BERDOA UNTUK KEMAJUAN JURUSAN KIMIA UI
lo maba kan ya? mungkin skrg lo belom ngerasain kuliah analisis instrumentasi. nanti di matkul itu lo diajarin kok make alat2 yang ada di afiliasi (cukup canggih kok, sampe ada perusahaan kimia besar yang langganan make jasa afiliasi). ada yang baru dtg, LCMS, yg mana gw kurang beruntung sehingga gw ga sempet nyoba mempelajarinya di matkul tsb, tapi pas giliran lo pasti dipelajari kok.
biarpun sekarat tapi departemen lo itu berani loh mau ikut akreditasi setingkat asean.
yup gw setuju ama kalimat terakhir lo.
tapi, tolong jangan lo menjudge “jurusan kimia penuh orang orang yang pesimis, takut berusaha, takut memulai, berpikiran kerdil, bla bla bla.”
ckckck, org2 yg lo bilang pesimis itu udah terbukti loh prestasinya. gw harap prestasi lo lebih besar (atau minimal sama) dengan mereka, cz kalo ngga, berarti sebenernya lo sendiri yang “pesimis, takut berusaha, takut memulai, berpikiran kerdil”
>>>> ka sari <<< yang saya bicarakan fasilitas lab secara ke seluruhan jangan di pisah pisah. memang untuk lab afiliasi alat cukup baik dan terawat. terlebih yang baru di beli, kata kaka yang di afiliasi mananya lcmsms itu alat tercangih saat ini untuk jenis HPLC, tapi coba ka sari liat di lantai 3, 4, 5 ada ga alat cangih nya yang bisa berfungsi dengan baik.. jangan kan alat instrumen hotplat aja paling punya 4 tidak sebanding dengan jumalh mahasiswa yang sedang penelitian. dah di dalam lab jorok banget banyak kecoa nya, gue pernah tanya ke alumni ini meja kerja/ meja lab dari tahun berapa?? dia bilang gue masuk tahun 85 dah ada tuh meja. emang hebat meja nya bisa bertahan 37 tahun lebih
seharusnya ka sari sebagai senior lebih merasakan keadaan fasilitas lab disana banyak ynag tidak layak. mungkin kita harus duduk bersama dengan staf kimia, mahasiswa, dekanat dan rektor supaya tau kenapa ini bisa terjadi. kalo ternyata masalah dana itu gue yang ga percaya.
atau mungkin kita perlu ajak rektor untuk lihat keadaan lab di lantai 3,4,5
gue rasa kalo rektor lihat tuh lab langsung tuh di perbaiki atau mungkin di rubuhin jurusan kimia trus dia buatin gedung yang baru.
Lab jorok? Alat tak berfungsi? lamunan saya kembali saat masih di Salemba; saat saya masih aktif asistensi di lab. Buat Reagen, membersihkan lab. Termasuk membersihkan dan memfungsikan (memperbaiki) timbangan (neraca mekanis) yg ‘rusak’. Saya lap, beli brasso spy mengkilap lagi. saya buka semua lemari. Saya kumpulkan alat2 gelas yg rusak, pecah, gompel dan atas seizin kepala Lab untuk dirusak dan dibuang. Saat itu, dg uang kuliah yg ‘hanya’ Rp 22500 per semester; banyak mhsw yg ‘nakal’. tidak melaporkan alat gelas yg rusak/ pecah; atau tidak mengganti dg kualitas yg semestinya: Pyrex diganti RRC; buret bocor; dlsb. Terpaksa asisten harus tegas! thd adik2 kelas. Anda2 mhsw sekarang sdh dilayani pegawai pembuat reagen. drpd berdemo negatif; Ayo berdemo positif; mintalah izin kepala Lab; untuk bersama, menawarkan tenaga, membersihkan Lab. menginventaris alat/ glassware; mendata kebutuhan alat; mencari solusi untuk melengkapi (termasuk sumbangan alat bekas dari perusahaan?). menginventarisasi Reagent; mana yg masih layak; mana yg kudu dibuang; dibuang kemana/ diapakan? Saat akhir praktikum. lakukan pembersihan bersama sebelum serah terima; inventarisasi dan mengganti yg rusak/ pecah! mendata reagent yg kosong/ habis.Berpartisipasi secara Aktif. bangun kebersamaan untuk hal2 positif. Mas Mardji dulu adalah rekan saya saat bersih2 di Lab!
terus terang, klo urusan inject meng-inject spt misal di GC, HPLC…gw kalah banget dibanding anak bimbing gw dulu yg ex SmakBo ato ex AKA…; Gila..tangan mrk spt auto-injector yg belum tentu ada di setiap alat krn harganya yg aduhai dan jumlah sample yg tidak banyak. saat uji reproducibility kedapat-ulangan; 3x inject dari larutan standar hasilnya mirip…Bgitu gw yg nginject; belasan kali..kaga ada yg mirip! Tapi Gw kaga berkecil hati; untuk urusan bgmn aplikasi yg cocok, dlm pemilihan jenis kolom, pelarut pembawa, pengaturan temp, komposisi pembuatan larutan standar dlsb… Gw masih dipercaya memang masih layak saat itu sbg dosen pembimbing lapangan/ praktek dlm memberi pengarahan2 sesuai dg ke-kimiawi-an; meski Gw sangat kurang dalam kecanggihan sbg tukang inject! Jadi nilai Praktikum Instrumentasi Gw? Coba Klo ketahuan bu Endang, bisa dicabut SarKim Gw! Tolong jangan dilaporkan! Gw ktemu beliau Jum’at yll; masih energik spt dulu. dan denger2 masih ‘pelit’ untuk urusan nilai (tp untungnya tidak berlaku thd saya!)
kaka2…si acong sama bima bramantyo mah bukan anak 2011 ka (dan entah anak mana)…hehe (skedar ksh tau aja, no offense…ya walaupun menyamarkan namanya, tetep yg baik qt terima n yg buruknya qt buang jauh2..hohoho enjoy saja lah
ehh, air kenapa lo ketakutan sama kaka lo?
nanti kalo lab kimia jadi di rehab, malu tuh, kaka lo, yang pada nentang, pada hal hati kecil mereka mau banget punya lab bagus, jangan jadi generasi tempe deh lu
untuk acong, dan Bima
mohon berikan bukti bahwa acong & bima adalah anak 2011 (atau angkatan berapa sebenarnya, agar identitasnya bisa diperbaiki),
dan untuk AIR, mohon berikan bukti bahwa Acong & Bima bukan anak 2011.
di anakUI.com, identitas yang nyata itu adalah hal serius dan penting.. demi kenyamanan semua anak-anak UI ngobrol di sini..
apabila ada “pemalsuan” entah sengaja atau tidak sengaja di anakUI.com, itu berarti melanggar “sumpah” kepada diri sini yg sudah dicentang di form pendaftaran di anakUI.com
jadi, siapapun di atas harus ngaku identitas sebenarnya, atau akunnya bisa dideaktifasi 🙂
just FYI, acong sudah saya email untuk klarifikasi identitas, namun sampai sekarang belum dibalas
dan just FYI lagi, 4 tahun lalu ada anak UI yg berani nulis hal kritis di anakUI.com sampai dipanggil rektorat, karena dia orang yang bertanggung jawab menggunakan identitas asli 🙂
– Admin
utk bang Akbar, saya,faisal, dan andhika (pokonya anak kimia yg komen di sini) brani nunjukkin data2 anak kimia 2011 kalo memang perlu dan diminta :)…karena kami ga mau ada yg ngadudomba kami dgn senior2. kami sangat menghormati senior2 kami dan berusaha menjaga ukhuwah yg mulia ini.. 🙂 makasih ya bang
seperti nya 2011 perlu di ospek ulang nih biar mentalnya jadi. dan lebih dewasa, kalo ada senior yang marah atau ga suka itu berarti dia biang nya, yang tidak suka akan rencana kemajuan kimia ui.
saya sudah mengirimkan email ke Anda tapi nggak dibalas2.. dan Anda tidak mengklarifikasi di sini setelah ada yang mengatakan bahwa Anda bukan Kimia 2011.. jadi saya mengasumsikan Anda menggunakan identitas yang palsu..
ini bukan masalah senioritas (ups, hari gini masih senioritas?) atau “tidak setuju kemajuan Kimia UI”, tapi apa yang Anda dan Bima lakukan (pastinya masih menunggu data Kimia 2011 untuk dikroscek), yaitu tidak menggunakan identitas asli di anakUI.com, sudah melanggar peraturan di anakUI.com..
secara teknis, akun Anda bisa kami hapus. tapi yang paling penting adalah secara non-teknis, Anda (dan Bima apabila juga terbukti) tidak gentlemen dan tidak bertanggung jawab dalam menyampaikan pendapat, karena tidak berani mengungkapkan identitas asli.
sangat disayangkan, padahal isu yang diangkat penting banget dan positif, tapi harus “ternoda” dengan identitas yang tidak nyata (sekali lagi, kalau terbukti bukan Kimia 2011)
lebih tepatnya lo yang perlu diospek ulang.. jelas2 yang bermental pengecut itu elo, yang pake identitas palsu, tanda esensi ospek ga nyampe ke elo.
buat AIR, gw sebagai senior lo ga merasa diadu domba kok sekalipun anak 2011 beneran yang post ini. postingan ini memang benar, hanya saja penulisnya menyampaikan dengan cara yang kurang elegan
AIR, tolong kirimkan ya ke admin[at]anakui.com di-CC ke ilman[at]anakui.com, data anak kimia 2011 🙂
terimakasih
sepertinya penulis bukan anak kimia ui 2011,, saya, Irhas, Dhika insya Allah hapal seluruh angkatan 2011,, dan juga kami punya data.. ga cuma penulis, acong pun bukan angkatan 2011..
menyikapi tulisan Anda, saya merasa Anda kloning diri Anda sebagai Bima (alias).. Kalo Anda benar mahasiswa kimia 2011,, mari rundingkan masalah ini bersama kami, keluarga kimia..
kalo Anda memilih kimia sebagai pelabuhan pendidikan Anda, yasudah nikmati saja toh, tentunya memilih MIPA yang harus diincar adalah ilmunya, bukan peralatan laboratoriumnya, atau bahkan fasilitasnya.,
haii semua rekan ku di jurusan, tidak perlu kamu tau siapa saya, jang jelas saya ada di antara kalian kuliah bareng kalian, belajar bareng kalian, makan di kantin dalas bareng kalian tidak usah malu, tidak usah takut jika akan dimarahi dosen, desen-dosen tidak akan marah kepada kita. justru mereka akan bangga, akan anak didiknya yang berani menyuarakan kebenaran yang mungkin sangat menyakitkan jika mendengarnya, mereka (dosen) akan senang karena kita membantu menyuarakan isi hati mereka yang selama ini terdiam, terkunci, tertutup, atau mungkin tidak berani bicara, mereka sangat mendambakan fasilitas laboratorium yang baik dan memadai untuk menjalankan tugas mulia yang di embanya dan juga sebagai amanat bangsa dan negara. untuk mendidik para generasi penerus bangsa ini. jadi berhetilah menentang apa yang sedang kita suarakan karena kita sedang memperjuangkan masa depan generasi penerus bangsa ini.
acong adalah acong bima adalah bima
tidak sama tidak di kloning dan juga bukan di mutasi gen, dua orang yang berbeda,
Membaca ada tulisan dari adik kelas saya seperti ini, membuat saya sebagai salah satu alumni kimia UI ingin ikut memberikan beberapa komentar,
sebagai maba tahun 2006, mungkin saya masuk UI bukan karena UI adalah salah satu universitas dengan “embel2” bertaraf internasional. Keinginan saya waktu itu hanya karena ingin masuk suatu universitas no 1 di Indonesia dengan Jaket kuningnya yang cukup mencolok mata. Ya..Cukup hanya dengan alasan itu saja…hehehe.
Mungkin bisa saya artikan beberapa isi “curhat” bima di atas sebagai suatu “shock Therapy” yang pasti dirasakan oleh semua MaBa yang baru menginjakkan kakinya di departemen kimia UI. Hal ini tidak salah untuk disuarakan ke permukaan, namun bukan berarti keadaan demikian membuat bima dan teman2 berkecil hati dengan keadaan ataupun kondisi yang ada. Kekurangan yang telah dibeberkan di atas mungkin bisa menjadi masukan untuk para direktorat, pengurus departemen atau kita semua sebagai para alumni untuk menengok kembali ternyata depatemen kita tercinta ini sudah “minta” untuk dibenahi dan dilengkapi oleh orang-orang yang pernah dibesarkan disana.
Namun terdapat beberapa isi “curhat” bima di atas yang saya sayangkan,
“Tetapi kini setelah saya diterima masuk jadi mhs UI betapa kebanggaan ini sirna, yang ada hanya rasa sedih, terkejut dan sangat prihatin dengan kondisi gedung kuliah dan laboratorium yang ada di UI (mipa), terlihat sumpek, pengap dan kotor, tidak mencerminkan nama megah UI yang dulu saya dengar. seperti inikah kualitas universitas yang bertaraf internasional? yang bayar sumbangan dan kuliahnya mahal? dikemanakan uang sumbangan saya? Apalagi kalo saya bandingkan dengan kondisi sekolah sma saya dulu jauh banget ibarat bagai rss dng rumah mewah”
Untuk pernyataan di atas , alangkah baiknya bagi bima yang telah mengenal kualitas “rumah mewah” tersebut untuk dapat diterapkan di kimia tercinta kita. Misalkan bima dengan teman2 HMD melakukan kegiatan “make over Depkim” tentu hal tersebut merupakan langkah yang sangat bagus dan gebrakan luar biasa yang dilakukan angkatan bima yang tidak dilakukan atau bahkan tidak terpikirkan oleh angkatan2 sebelumnya. Untuk persoalan kemanakah sumbangan biaya pendidikan yang mahal tersebut, apakah bima lupa bahwa setahu saya UI melakukan gerakan subsidi silang untuk para mahasiswanya.
“Pertanyaan saya sekarang : Apa bisa saya nanti lulus menjadi sarjana yang berkualitas sedang memipet bahan kimia saja masih pake mulut, jangan2 saya gak bakalan lulus karena keburu mati keracunan selagi praktikum.”
Seharusnya pernyataan bima ini bisa membuat bima dan rekan2 menjadi sarjana kimia yang benar2 berkualitas, hal ini saya utarakan demikian karena pernyataan tersebut menjadi suatu bekal belajar yang sangat baik untuk pengenalan bahan kimia kedepannya, tidak salah memang hal ini dilakukan untuk melatih sense of chemistry yang kita miliki. Hal ini seharusnya akan membuat bima dan teman2 semua lebih mengenal dan membaca yang dinamakan MSDS dari bahan kimia sedini mungkin. Karena pengetahuan ini sangat diperlukan ketika kita memasuki dunia pasca campus, dimana tidak ada lagi dosen yang membimbing dan kita harus bergerak mandiri dengan benar dan tepat.
Untuk peralatan lab kita yang dibilang “jadul” itu. Hal ini melatih kita untuk belajar konsep dan dasar dari suatu analisa. Karena pada dasarnya seorang sarjana tersebut dididik untuk “Mengerti” bukan hanya “terampil”. Setelah memasuki dunia pasca kampus bima dan teman2 lainnya akan mulai menyadari, bahwa pada umumnya seorang sarjana yang telah keluar dari kampusnya tidak “digunakan” hanya untuk duduk di belakang meja laboratorium, menjalankan suatu alat/ instrument dan melakukan suatu analisa setiap detiknya, hal itu bukan ruang lingkup skill sarjana yang diharapkan oleh dunia luar dari kita semua. Karena ranah atau ruang lingkup “terampil” tersebut akan diisi oleh rekan2 kita dengan latar belakang SMK. Seorang sarjana kimia harus mampu menjalankan prinsip “learning by doing” atau “think fast and think smart”. Karena kita dituntut untuk dapat melakukan dan memahami prinsip analisa tersebut hanya dengan 1x membaca suatu dokumen yang dikenal sebagai instruksi kerja atau istilahnya “work instruction” dan bagaimana dengan membaca tersebut kita dapat mengajari rekan2 analis yang posisinya ada dibawah kita. Kita akan dituntut bagaimana melakukan “problem solving” berbagai masalah dari analisa tersebut, bukan bagaimana melakukan analisa tersebut.
Untuk peralatan yang jumlahnya tidak memadai di lab penelitian, dimana untuk memakai suatu alat kita harus saling meminjam dengan rekan penelitian yang lain, atau bahkan terdapat alat yang tidak dimiliki oleh departemen kimia waktu itu. saya juga merasakan hal yang sama ketika berada di masa penelitian. Namun, hal itu tidak membuat saya berkecil hati. Kondisi demikian mendorong saya dan partner penelitian untuk lebih kreatif dalam merancang penelitian kami. Dimana kami dapat belajar untuk mengoptimalkan yang namanya time line atau time schedule, kami mengenal yang namanya usaha untuk meraih target dan dead line. Ketika harus memakai alat di luar, hal ini mengajarkan kami bagaimana bentuk birokrasi, perizinan, dan bagaimana bernegosiasi. Tentu awalnya kami dulu sempat menggerutu kondisi demikian, dan kadang merasa iri dengan rekan penelitian yang lain dimana segala sesuatunya sudah disiapkan oleh dosen pembimbingnya. Namun semua itu ada hikmahnya, ketika sudah keluar dari kampus, pengalaman2 demikian membuat kami pahami betul apa penelitian kami, bagaimana metodenya, dari mana bahan tersebut kami dapatkan. Hal ini melatih cara komunikasi kami, dan bagaimana kami bercerita pengetahuan kami ketika menjalani proses yang namanya “Interview di perusahaan”, dimana kami lancar untuk dapat menceritakan daya jual yang ada dalam diri kami. Selain itu, kondisi tersebut juga mengajarkan kami sedini mungkin untuk membuat the real time schedule and how to get your targets, karena pengalaman ini akan dipakai ketika satu bulan pertama kita masuk pada suatu perusahaan. Dimana seorang lulusan sarjana kimia harus mampu untuk dapat berbuat dan berkontribusi kepada perusahaan pada masa 1 bulan pertamanya. Disamping itu, kepuasaan dan rasa senang akan bima rasakan ketika memakai baju toga, dimana setiap balutan benangnya merupakan bentuk perjuangan belajar bima untuk mendapatkan baju tersebut.
Dan patut diingat oleh rekan2 kimia semua terutama mungkin untuk adik2 yang masih dibangku kuliah, alumni kimia UI diluar sana terkenal dengan kepribadiannya yang cerdas, luwes/ cepat adaptasi, kreatif, gigih, dan tahan banting menjalani job desk pekerjaannya dibandingkan alumni universitas lainnya. Jangan buat keadaan yang terbatas tersebut membuat adik2 semua menjadi kerdil dan takut bersaing atau bahkan menghancurkan “pandangan” orang luar untuk alumni kimia UI “Berikutnya”.
“Ketika musim ujian tiba, suasana ujian jauh dari nyaman apalagi tenang, bayangkan 60 mhs lebih yang ikut ujian dilaksanakan diselasar gedung,… belum lagi lalu lalang orang yang datang……sangat mengganggu ketenangan berfikir, seperti inikah suasana ujian di ui? kapan saya dapat nilai bagus kalau suasana ujian bagai pasar.”
Memang departemen kimia kita belum memiliki ruang yang layak untuk ruang ujian dalam kapasitas yang besar, mungkin hal ini bisa menjadi masukan untuk pengambangan departemen kimia kedepannya. Tapi menurut saya hal ini tidak ada hubungannya dengan ketenangan berfikir dan lulus ujian. Bukankah pada awalnya adik2 sebelum masuk kimia UI juga melakukan tes masal dengan nama SIMAK atau SNMPTN yang kondisinya sama? Buktinya kondisi tersebut tidak mempengaruhi nilai adik2 semua untuk lulus dan diterima menjadi Mahasiswa UI. Karena menurut kaca mata saya lulus dan nilai yang diperoleh tersebut lebih dipengaruhi oleh kesiapan dalam pengerjaannya. Selain itu, jika saya boleh berbagi cerita, tempat bekerja lulusan kimia tersebut tidak hanya dalam ruang laboratorium yang tenang, damai dan ber-AC. Ada kalanya kita akan masuk dalam suatu ruang kerja out door atau dimana kita akan “berjalan-jalan” ditengah mesin produksi yang sedang beroperasi, naik-turun tangga tangki produksi, merasakan panasnya proses produksi, bisingnya suara mesin, dll. Tapi walaupun dalam kondisi demikian, kita harus tetap dapat berfikir dengan jernih mengenai langkah apa yang harus diperbuat demi kelancaran proses produksi yang sedang mengalami “trouble” tersebut. Sebagai sarjana kimia UI yang dikenal oleh dunia luar, kita dituntut untuk dapat mengambil keputusan terbaik dalam kondisi berfikir se-ekstrim apapun.
“Yaahh saya sudah terlanjur terjebak di dalam sistem ini, yang tadinya sangat saya banggakan ternyata hanya nama besar yang ada, jauh dari kondisi standar layaknya universitas, apalagi berstandar internasional.” Tolong untuk direnungkan lagi pernyataan ini…..
Saya berkata apa adanya tentang pengalaman saya mengenai pandangan orang luar/ harapan perusahaan kepada setiap orang anak kimia UI yang mereka terima. Mereka akan mengharapkan sesuatu yang “lebih” dari lulusan kimia UI yang tidak akan mereka jumpai di lulusan universitas lainnya. Oleh karena itu, jika adik2 mau memikirkan sisi positif dari dari kondisi departemen kimia kita, ternyata departemen kimia tersebut telah mengajarkan banyak hal kepada kita. Tidak hanya hard skill, namun juga soft skill yang dapat kita petik dari gedung “tua” tersebut.
Sungguh saya bertambah heran dengan sikap mhs kimia baik temen kelasku maupun kakak kelasku dan sekarang bertambah satu admin anakui.com. Dengan membaca komen2 tulisan saya, saya tambah yakin “Hanya seperti inilah kualitas hms ui sekarang ini” yang katanya kampus perjuangan ternyata isinya mhs ui yg penuh ketakutan dan berjiwa tempe “kata si Acong” Saya mencoba menuliskan fakta yang ada di ui (mipa) fakta yang memang benar adanya, kalo tidak percaya silahkan kunjungi semua laboratorium2 di ui (mipa), untuk mengutarakan kebenaran ini perlu keberanian dan apa yg saya peroleh malahan cacian dan makian, inilah penyebab utama mengapa kita tidak pernah maju, Orang yang berani menyatakan kebenaran malahan dihujat, semua berlindung dibalik legalitas, masalah identitas palsulah, masalah administrasilah, dan semua itu dimunculkan untuk menutup kebenaran itu sendiri! Jadi sekali lagi silahkan uji kebenaran fakta yg saya sampaikan, setelah itu mau diblok kek mau diapain kek saya tidak peduli yang penting saya telah menyampaikan sebuah fakta kebenaran dan sdh dibaca sebagian mhs dan alumni. Dan bagi admin kalo anda bersikap seperti itu maka kredibelitas anakui.com akan jatuh sendiri, ternyata sikap anda sudah menjadi bukti bahwa ui bukan kampus perjuangan lagi, karena mhsnya tidak mengutamakan kebenaran tetapi lebih berpihak keurusan legalitas diri dan remehtemeh yang lain. Semoga tulisan terakhir saya ini dapat menyadarkan semua mhs ui , kembalilah ke jiwa jaket kuning yang sebenarnya penuh semangat dan mengabdi penuh pada rakyat dan berani menyuarakan kebenaran. Kebenaran memang terasa pahit. Salam!
Sudah ada 53 comments, tetapi kenapa hanya ada 1 comment dari dosen (pa emil) mana dosen, mana ka jur, mana staf admin, mana yang lainnya?…….. utarakan pendapat anda atau rencana anda untuk memajukan jurusan kimia, meningkatkan fasiltas jurusan kimia, sangat sulit di mengerti jika jurusan kimia tidak memiliki pengurus yang mau memperjuangkan nasib institusinya sendiri,
…….kenapa mereka tidak memberikan comment sedikit pun, setuju/ tidak dengan aksi ini, atau mungkin mereka sangat senang hanya dengan menjadi penonton?…
ini bukan layar tancep ini perjuangan masa depan bangsa, ayo seluruh pengurus jurusan kimia sampaikan aspirasi kami, bawa aspirasi kami ke rektorat, sampai kan bahwah jurusan kimia sedang berada di 50 tahun silam sangat membutuhkan bantuan. jangan kau tutupi keadaan yang selama ini kacau, jelaskan pada mereka keadaan yang sesungguh nya, jangan takut kami akan selau mendukung mu,
untuk 2011 maaf saya tidak pakai nama asli, tapi saya ada di sekitar anda, saya rasa anda mengerti mengapa saya tidak pakai nama asli.
untuk dosen jangan dimarah yah sama 2011, dan selamat memperjuangkan aspirasi kami
untuk admin silahkan blok akun saya, saya bisa pakai cara lain sihhhh,
buat “bima” dan “acong” (atau buat lo lah yang pake identitas palsu)
terus terang gw ga mengerti alesan lo kenapa ga mau pake identitas asli. lo malu2in anak kimia aja. berani ngomong hal “berat” tapi ga berani nunjukin identitas.
berani nulis di sini, tapi pas gw saranin nulis ke pihak yg berwenang lo malah bilang “bakal cuma jadi bungkus kacang”
emang lo udah nyoba nulis dan beneran cuma dijadiin bungkus kacang ama pihak yang berwenang tersebut??
dan soal masalah identitas palsu, kenapa lo harus pake identitas palsu? lo pikir karena lo mengutarakan hal2 begini lo bakal di bully ama tmn2 lo, lo bakal takut dijauhin tmn2 lo? toh lo nulis hal yang benar (di luar hal lebay kayak mati sebelum lulus), kenapa lo harus khawatir? lebih enak kalo lo tunjukin siapa identitas lo sebenernya, bermusyawarah ama tmn2 yang lain secara off line seperti yang diusulin ade kelas lo AAK
atau lo cuma orang yang berani bekoar dan lebih suka liat orang lain yang gerak karena tulisan lo?
yeah, tulisan lo ini udah awal yg bagus, gw salut dengan keberanian lo. tapi kalo ujung2nya lo cuma bekoar disini (apalagi pake identitas palsu), yaaa lo ga usah protes lah kenapa orang2 komentar sinis dan menganggap lo mengeluh. kalo memang lo ga pake identitas palsu, cukup lakukan apa yang diminta admin kan, tentunya itu bukan hal yang “membutuhkan keberanian”
tentunya lo bukan termasuk “mhs ui yg penuh ketakutan dan berjiwa tempe” kan?
dan tentunya gw berharap, saat nanti direalisasikan aspirasi lo ini, lo ga hanya “menonton” rekan2 lo membenahi kimia, tapi juga ikut berkontribusi secara aksi nyata 🙂
100% setuju dengan rekan yang satu ini. segala argumen yang cukup berisi langsung mentah ga ada artinya karena trnyt berasal dari orang yang ga jelas.
salam kenal buat yg ngepost…
mm..dr komen2 d atas..pake nama palsu sepertinya..PENGECUT yg hanya bisa mengeluh..
kalo merasa mampu, knp kuliah d kampus yg KATANYA ‘bertaraf ato berstandar internasional’? kenapa ga pergi ke luar negeri yg BENER2 INTERNASIONAL? Ato dipaksa orang tua juga untuk kuliah d UI? cari beasiswa jika anda mampu..
jika merasa kecewa silahkan ceritakan ke orang tua anda, mintalah keluar..
jika masih merasa sayang sama orang tua anda yg udah ngeluarin biaya untuk anda nimba ilmu di UI, buat mereka bangga, kreatif lah..
smoga mendapat pencerahan..
Jadi salah guwee?? Salah temen2 guweeee?? 😀
halahhhh…
cuma IP satu koma yg ngeluh cari-cari alasan..
[personal mode]
tahukah lo berdua bahwa ada yang pernah nulis di sini yang pernah dipanggil rektorat? ada juga yang sampe berani diomongin senior2nya bahkan dosennya di di dunia nyata karena tulisan di anakUI.com? dan dia dengan gigih mengklarifikasikan yang dia tulis..
itu baru namanya siap menerima cacian & makian, itu baru namanya perjuangan!
apa lo berdua udah menyampaikan hal ini langsung ke dosen/dekan/bagian fasilitas mipa? nggak ada penjelasan lagi soalnya, tindakan selain posting anonim di anakUI.com aja
maaf kalau mengguruin, tapi ini gw mengutip kata2 Roby Muhamad, dosen Psikologi UI, peneliti tentang jejaring sosial dan bagaimana perubahan sosial itu diciptakan.
dia bilang kurang lebih begini, “tidak ada yang menjamin cara apa untuk menciptakan perubahan/epidemi sosial yang masif. semua alternatif cara harus dicoba, dorong yang memberikan hasil, dan tinggalkan yang hasilnya tidak baik”
[/personal mode]
[admin mode]
sudah ya, sudah jelas bahwa ada dua orang di sini (bima, penulis, dan acong) yang tidak memiliki identitas nyata, jadi melanggar aturan kita semua di anakUI.com. diskusinya kami tutup, dan akun mereka pun tidak akan dapat mereka akses lagi 🙂
reply to bima:
“Dan bagi admin kalo anda bersikap seperti itu maka kredibelitas anakui.com akan jatuh sendiri, ternyata sikap anda sudah menjadi bukti bahwa ui bukan kampus perjuangan lagi, karena mhsnya tidak mengutamakan kebenaran tetapi lebih berpihak keurusan legalitas diri dan remehtemeh yang lain”
silakan, saya menghargai pendapat Anda. tapi apakah dengan peraturan “identitas harus jelas” kredibilitas anakUI.com akan jatuh? mungkin jatuh di mata Anda (& acong), tapi lihat, komentar2 yang ada di sini tidak ada yang mendukung Anda, jadi apakah kredibilitas anakUI.com jatuh?
plus, siapa yang bilang anakUI.com tidak mendukung UI jadi kampus perjuangan? silakan Anda cari, banyak banget postingan yang mengkritik kampus seperti ini, beberapa bahkan lebih ekstrim lagi, tapi semua ditulis dengan BERTANGGUNG JAWAB (itulah poinnya, maaf harus dihuruf kapitalkan) karena penulisnya siap mempertanggung jawabkan apa yang dia tulis. 🙂
reply to acong:
“untuk admin silahkan blok akun saya, saya bisa pakai cara lain sihhhh”
ya, sudah dilaksanakan! saya harap “cara lainnya” itu dengan menggunakan identitas yang nyata (kalau mau tetep berjuang melalui anakUI.com), kalau tidak ya mohon maaf, tempatnya bukan di sini 🙂
[/admin mode]