Bagi anak UI, Kota Depok adalah kampung  halaman kedua, sudah seharusnya kita tahu sejarah kampung halaman kita.
Depok adalah wilayah dengan berbagai peristiwa Revolusi, mengapa saya berpendapat demikian, inilah opini saya.
Depok pada abad 3 M adalah wilayah kerajaan salaka negara, kerajaan ini berpusat di wilayah Tanggerang Banten pada saat sekarang. Daerah ini adalah cikal bakal kerajaan Regno Cumda (Sunda).Pada masa ini Depok adalah wilayah perlintasan dari pemukiman masyarakat di pedalaman dengan masyarakat yang hidup di pesisir pantai. Banyak peninggalan prasasti di wilayah perlintasan yang mengagung-agungkan kerajaan Regno Cumda agar masyarakat didaerah pedalaman dan perlintasan menjadi lebih taat dan takluk terhadap kerajaan yang berada dipesisir. Sebagai daerah perlintasan masyarakat wilayah Depok adalah masayarakat yang terbuka dan terpengaruh dari dua unsur kebudayaan masyarakat yang berorientasi daratan dengan masyarakat yang berorientasi lautan ini opini saya adalah cikal bakal Revolusi Kebudayaan di tanah Sunda.
Pada masa Hindu Budha, wilayah Depok kerap dijadikan wilayah untuk berguru dan bertapa tokoh-tokoh kerajaan, sehingga masyarakat Depok hingga sekarang masih banyak mengetahui beberapa petilasan-petilasan tokoh sejarah kerajaan salah satunya adalah petilasan Prabu Siliwangi. Pemilihan Depok sebagai petilasan untuk bertapa kemungkinan besar adalah cikal bakal nama Depok itu sendiri yang berati Padepokan, dalam opini ini saya katakan sebagai Revolusi metode pendidikan, karena dengan padepokan berarti sudah ada cikal bakal pemberi ilmu dan penuntut ilmu, inilah cikal bakal kemajuan Sunda pedalaman yang nantinya akan mengganti peran strategis Sunda Pesisir (salaka negara /Taruma negara)
Begitu kuatnya ajaran Hindu dan Budha pada masyarakat Depok menyebabkan banyaknya peninggalan-peninggalan yang tersisa seperti yang terdapat pada Situs Pancoran Mas Kota Depok. Di tempat tersebut terdapat pancoran yang kemungkinan besar pada masa lalu digunakan sebagai tempat bertapa dan air / balong yang ada dijadikan sumber air suci.
Sangat strategisnya wilayah Depok, karena wilayah ini adalah pintu masuk untuk memasuki kerajaan Sunda Pedalaman yaitu Pakuan Pajajaran yang berada di wilayah Bogor.
Pada masa abad 13, penyebaran Islam begitu masif, banyak syekh, ulama, tokoh agama dari semenanjung Arab dan Sumatera mencoba melakukan Islamisasi Pulau Jawa. Hal ini dapat terlihat dari ranji-ranji asal usul penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Hingga puncaknya pada abad ke 15 wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur dapat di Islamkan yang menyebabkan pengaruh Majapahit (Hindu) mulai tenggelam. Pada masa ini Sunda masih berbasiskan agama Hindu, oleh kerajaan Islam Sunda dianggap sebagai kekuatan yang harus ditaklukan selain kerajaan Blambangan dan Bali yang berada di timur Pulau Jawa.
Pemikiran untuk menaklukan Hindu di tanah Jawa adalah sebuah pemikiran Revolusioner pada saat itu, maka disusunlah rencana-rencana strategis militer, pada tahun 1520 disiapkanlah pasukan Islam dari Jawa Tengah/Jawa Timur untuk menaklukan Banten yang pada saat itu sudah menjadi daerah taklukan sunda pedalaman tidak seperti 1200 tahun yang lampau, maka takluklah wilayah banten, setelah Banten takluk maka pada tahun 1527 terjadilah peperangan besar untuk memutus perdagangan Sunda Pedalaman dengan merebut pelabuhan besarnya yaitu Sunda Kelapa dan digantilah menjadi Jayakarta (kota kemenangan). Peran Strategis Depok pun sangat penting pada masa ini karena wilayhnya sebagai pintu Gerbang rencana penaklukan Sunda Pajajaran (Hindu). Di Depoklah Empat pasukan dari wilayah berbeda (Lampung (Sumatera) Jawa Timur/Jawa Tengah dan Jawa Barat (banten dan Jakarta)) bersatu selama 6 tahun perjuangan menaklukan Sunda Pajajaran Nantinya, dalam opini saya inilah cikal bakal Revolusioner Islam dalam penyebaranya yang sangat masif ke Seluruh Nusantara. Peninggalanya dapat terlihat dari masjid-masjid tua di Wilayah Jawa Barat banyak terdapat di Kota Depok sekarang.
Pemikiran Revolusioner Penjajah Belanda dengan menjadikan Batavia (sunda kelapa-jayakarta-batavia) sebagai pusat pemerintahan adalah sesuatu yang menarik, karena selain dari sisi perdagangan nusantara wilayah ini juga sangat cocok di jadikan sebagai basis militer, kepulauan seribu dapat dijadikan benteng alami pertahanan kota Batavia, VOC menyadari bahwa mobilisasi untuk menaklukan kota ini sangat rentan dari utara, sedangkan wilayah Selatan Depok dan Bogor mempunyai bentang alam yang sangat sulit dilalui pasukan besar. Namun pemikiran revolusioner lainnya dari VOC adalah menjadikan Depok sebagai daerah vandal (daerah bawahan batavia dan memiliki pemerintahan sendiri), karena wilayah Depok adalah wilayah selatan yang harus dimakmurkan serta memiliki pasukan bersenjata sendiri hal ini berfungsi sebagai benteng awal apabila ada penyerangan dari sisi selatan (bogor dst).
Penyebaran agama Kristen di Nusantara tidak dapat dipisahkan dengan sekolah Zending Pertama di Asia Tengara, yang berada di Kota Depok. Pemikiran Cornelius Castelein (seorang kristen taat) dimana bangsa Belanda harus memuliakan manusia menyebabkan ia memberikan tanahnya dan membebaskan para pekerja pribumi untuk mengolah tanahnya diwilayah Depok. Pemikiran Revolusioner lainya dari VOC adalah tidak mungkin kolonialisasi berlangsung dengan baik apabila diwilayah jajahan masih banyak yang belum berkeyakinan sama (kristen) hal ini menurut opini saya adalah pemikiran revolusiner penjajahan yang motiv awalnya hanya menguasai jalur perdagangan menjadi mendapat motiv baru yaitu penyebaran agama di wilayah jajahan.
Pada masa perjuangan perang kemerdekaan wilayah Depok sudah memiliki presiden dan pemerintahan sendiri tetapi masih dibawah pemerintahan Belanda (vandal). Pemikiran Revolusioner para pejuang kemerdekaan adalah mengepung kota Depok dan memaksa mereka masuk kedalam wilayah NKRI pada tahun 1948 yang dikenal sebagai peristiwa “Gedor Depok”.
Pada masa orde baru awal Suharto menyadari bahwa UI sebagai universitas yang berperan dalam membentuk orde baru berisi putra-putri Indonesia yang berpikir kritis dan disinilah pemikiran Revolusioner Orde Baru yaitu memindahkan kampus UI ke wilayah Depok. Hal ini dimaksudkan untuk menjauhkan mahasiswa UI dari masyarakat dan wilayah ini dikepung wilayah kemiliteran seperti Yon Zikon 13 dan Mabes Brimob sebagai sarana mempermudah mengetahui pergerakan mahasiswa apabila ingin melakukan aksi masa besar. Namun hal ini tidak berjalan dengan baik karena pada masa 1998, rakyat/TNI dan Polisi bersatu berjuang untuk masa baru yaitu Reformasi sehingga penahanan mobilisasi mahasiswa dari kampus UI Depok tidak terjadi dan mereka dapat berdemontrasi besar-besara ke Ibu Kota Jakarta.
tulisan saya ini hanyalah sebuah opini dari peristiwa dan sejarah apabila ada yang kurang berkenan mohon dimaafkan.
Rizky Afriono
Alumni Arkeologi UI angkatan 2005