BMKG telah berhasil melakukan finishing terhadap hasil wawancara dengan dosen mengenai rapat pleno. Awalnya BMKG sempat ragu apakah hasil wawancara ini merupakan sensitive informations, dan dosen yang bersangkutan mengkonfirmasi hal itu. Namun, dosen tersebut juga menyatakan bahwa sensitive informations itu bisa disebarluaskan dengan catatan sebagai berikut, “Tau apa yang terjadi di rapat pleno gak akan membantu mahasiswa juga, kok.”
Tapi tentu mahasiswa kepo, apa sih yang terjadi di rapat pleno? Yuk, kita simak hasil rumusannya.
BACA JUGA: Yuk, Simak Apa Kata Dosen Tentang Mahasiswa-mahasiswanya?
Ngebahas Pencapaian Mahasiswa
Ya, rapat yang diadakan adalah per mata kuliah dan yang dibahas tentu adalah pencapaian mahasiswa. Untuk yang belum pernah paham metode pengajaran, pengajaran itu gak sesederhana yang kalian pikirkan. Hasil materi yang dikalibrasi dari awal semester dan diterapkan hingga akhir semester akan memunculkan hasilnya. Dan hasil tersebut harus sesuai perkiraan. Kalau misalnya cuma sedikit yang dapet nilai A dan kebanyakan dapet C, alias pencapaian mahasiswa di bawah ekspektasi, berarti ada sesuatu yang salah dengan itu materi, atau emang mahasiswanya yang ngaco.
Per mata kuliah ada dosen yang bertanggung jawab, dan kadang ada mata kuliah yang diajar lebih dari dua dosen—artinya penilaiannya jauh lebih ribet. Mulai dari keaktifan di kelas yang harus dinilai, hasil tugas dan presentasi, dan lain sebagainya. Bersyukur kalau dari tiga dosen, cuma satu yang sebel sama kamu. Kalo tiga-tiganya sebel dan nilai kamu menyedihkan, yaaa ya udah.
Diskusi Jadi Debat
Diskusi berubah jadi debat ketika ada mahasiswa yang layak untuk diluluskan tapi nilainya di atas kertas malah gak mencukupi, jauh di bawah mahasiswa yang gak layak lulus. Nah, debat deh tuh. Kalau yang layak lulus, otomatis yang gak layak harus lulus juga secara nilainya lebih gede.
Diskusi juga bisa berubah jadi debat ketika jumlah anak yang gak dilulusin ada banyak, dan dosen yang pegang mata kuliah itu harus memberikan alasannya di depan dosen-dosen lain mengenai keputusannya untuk meluluskan dan tidak meluluskan mahasiswa. Serem deh. Kenapa serem? Ya, logika aja ya, kalo anak S1 aja debatnya udah seru dan cerdas, bayangin ruangan yang isinya dosen minimal S2 debat sama dosen lainnya, entah itu udah jadi doktor atau malah profesor.
Suka Bercanda
Di atas kedengerannya serem-serem, tapi asal tau aja, dosen-dosen juga suka bercanda, loh. Bisa aja mereka ngetawain jawaban mahasiswa di tugas akhirnya, karena konyol atau karena emang salah total. Bisa aja mereka cerita tentang kelakuan-kelakuan mahasiswa di kelas. Mahasiswa yang dibahas tentu kalau bukan yang pinter-pinter, ya yang paling gak beres secara akademik dan tingkah lakunya. Diskusi dan debat bisa berubah jadi bercanda kalau emang kelakuan mahasiswa di kelas itu memang lucu dan patut diapresiasi dalam bentuk teratawaan. Sama aja lah kaya kalian mahasiswa yang pernah ngomongin kelakuan dosen yang lucu atau yang stress di kantin, dosen juga bisa membicarakan ‘kelucuan’ mahasiswanya di ruang jurusan.
Baca Edom
Ini yang paling kocak. Bayangkan edom yang kalian tulis, di-print dan dibaca sama dosen-dosen. Kalian bisa aja menumpahruahkan segala unek-unek di edom berasa itu liang curhat yang appropriate, bisa aja kalian memberikan kritik dengan tata bahasa yang baik dan cerdas. Tapi kalau kalian curhat seperti contoh pertama, bukan gak mungkin dosen bakal tau siapa oknum yang menulis demikian dan bukan gak mungkin juga dosen bakal menertawakan keluhan tak berdasar dan manja dari mahasiswa yang gak tahan sama materi standar UI. Kasian.
Nah, kira-kira begitu yang dapat dirumuskan oleh BMKG. Tentu gak semua hal ‘perlu’ disebutkan lah ya. Some things are better left unsaid, and stay secret. Ayo share tulisan ini via Facebook, Twitter, dan Line!
Daftar Isi
Wah ternyata nggak jauh beda ya sama di SMA, biasanya juga para guru rapat kalau mau kenaikan kelas. 😀