Banyak orang-orang yang menanyakan kepada saya apakah mahasiswa harus ikut berpartisipasi di dalam politik? Sudah berpuluhan kali mungkin orang-orang menanyakan hal ini kepada saya. Cukup sulit memang menjawab hal ini, bukan karena kesulitan pertanyaannya ataupun tingkat urgensinya melainkan saya takut ada beberapa buzer yang mulai mengancam saya :D.
Jelas jika kita melihat tingkat urgensinya maka mahasiswa memang harus ikut berpartisipasi di dalam politik
Mengapa? Mudah saja, karena politik mempengaruhi berbagai bidang kehidupan kita, mulai dari ekonomi, religi, teknologi dan juga budaya intelektual di kampus yang dihidupi oleh mahasiswa. Politik yang dijalankan suatu negara akan mempengaruhi haluan atau pengarahan riset kampus. Jika kita membaca sejarah maka Universitas China di zaman kepemimpinan Mao Zedong risetnya harus berhaluan Maoisme.
Sekarang pun kita lihat hal yang sama terjadi di Indonesia, BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila) mulai beretorika bahwa riset harus berbasis pada pancasila. Contoh tersebut memperlihatkan bahwa politik memang masuk dalam segala bidang kehidupan kita bahkan sampai masuk di dalam kampus. Hal ini memang wajar karena hakikat kekuasaan memang selalu ingin memperluas kekuasaannya, memperlebar kedaulatannya.
Apa yang terjadi jika mahasiswa menutup mata terhadap politik?
Jika kita sebagai mahasiswa tidak ikut berpartisipasi di dalam politik atau menutup mata terhadap politik, maka kita harus siap terhadap kehidupan kampus yang diatur-atur, para politisi akan mulai mengatur apa yang boleh anda baca dan tidak, para politisi akan mulai mengatur tema-tema apa yang boleh di diskusikan, para politisi akan mulai mengkuliahkan anda mengenai riset harus berbasis Pancasila (bahkan politisi ingin mengendalikan kebenaran sains menggunakan kekuasaannya), anda harus siap segala kebebasan anda mungkin akan direngut oleh politisi.
Jika anda sebagai mahasiswa menutup mata terhadap politik maka anda harus menerima semua hal itu dan anda tidak boleh protes, atau bahkan mungkin para poltisi akan mulai mengatur urusan privat kamu dan lain-lain. Jika kamu menentang maka kamu tidak boleh protes, mengapa? Karena kamu telah menyia-nyiakan hak kamu untuk berpolitik, sehingga kamu tidak boleh protes dan kamu harus menerimanya.
BACA JUGA:Â Jawaban Anak UI Saat Ditanya Tentang Aliran Ideologi Politiknya
Lain jika …
Hal ini lain jika dari awal kamu ikut berpartisipasi politik, seperti memilih politisi A yang sesuai dengan keinginan kamu, atau kamu melancarkan kritik mengenai independensi kampus terhadap ideologi, jika kamu dari awal ikut berpartisipasi maka kamu bisa mengamankan hak-hak kamu atau protes terhadap politisi yang telah kamu pilih.
Tentu dengan berpartisipasi seperti memilih politisi A maka kamu berhak protes terhadapnya karena kamu yang membuat si politisi A mendapatkan kekuasaannya. Jika kamu ikut berpartisipasi mungkin politisi tidak akan berfikir untuk mulai mengatur-atur seluruh hidup kamu, karena kamu jelas tidak buta terhadap politik, kamu mengerti politik sehingga politisi tidak akan bisa membodohi kamu mengenai suatu kebijakan yang kacau supaya kamu menerimanya, kebebasan berbicara, serta kebebasan riset akademik dari segala tuntutan ideologi mungkin dapat kamu amankan dari hakikat kekuasaan jika kamu dari awal ikut berpartisipasi politik.
Jelas hal diatas lebih dari cukup sebagai alasan bagi mahasiswa untuk ikut berpartisipasi di dalam politik. Bagi siapapun yang tidak ingin dipimpin oleh pemimpin yang menghasilkan kebijakan yang menurut anda salah, ataupun bagi siapapun yang tidak ingin riset dicampurkan dengan ideologi politik apapun yaitu riset harus netral, serta bagi siapapun yang ingin hak-haknya dilindungi serta properti milik diri sendiri tidak menjadi kehendak orang lain maka berpartisipasi politik merupakan solusinya.
Jawaban saya atas pertanyaan apakah mahasiswa harus ikut berpolitik? Adalah iya, jika mahasiswa itu rasional dan idealis. Tapi jika mahasiswa itu hipokrit, dan tidak peduli dengan kebebasan, hak-hak sipil, serta properti, yang dia inginkan hanya pekerjaan maka sebaiknya mahasiswa seperti itu harus bersiap-siap kehilangan seluruh hak-haknya ataupun mungkin kehendaknya untuk memilih karena para politisi akan mulai memilih apa yang baik untuk si mahasiswa hipokrit.
BACA JUGA:Â 4 Peran Anak UI dalam Konstelasi Politik di Indonesia