sekedar keisengan membaca artikel ternyata saya mendapatkan beberapa hitung-hitungan yang logis mengenai kenaikan BBM bersubsidi.
alasan pemerintah menaikan harga BBM karena harga minyak mentah dunia naik, Faktanya Indonesia juga mendapat keuntungan dari penjualan minyak mentahnya, sebab harga minyak mentah Indonesia juga melambung di pasar internasional.
katanya pemerintah akan nombok apabila BBM tidak dinaikan, Faktanya berdasarkan gambaran APBN 2012 pendapatan dari sektor migas adalah sebagai berikut:
dari pendapatan minyak bumi sebesar Rp. 113,86 Triliun
dari gas Alam sekitra Rp. 45,79 Triliun
dari pendapatan minyak mentah Rp. 10,72 Triliun
pendapatan dari PPh migad Rp. 60,9 Triliun
dan jumlahnya Rp. 231,09 triliun. Namun setelah ada prediksi harga minyak mentah dunia naik maka pada RAPBN 2012 pendapatan yang akan diperoleh sebesar Rp. 270 Triliun. berarti pendapatan pemerintah dari sektor migas bertambah Rp. 40 Triliun.
anehnya pemerintah membesar-besarkan bahwa apabila BBM tidak naik maka subsidi akan meningkat dari Rp. 123 Triliun menjadi 170 Triliun. artinya hanya naik Rp. 46 Triliun. jika pendapatan bertambah 40 triliun dan kenaikan subsidi hanya naik 46 triliun berarti pemerintah hanya nombok 6 triliun bro. tapi kenapa solusinya harus menaikkan harga BBM? padahal pemerintah bisa saja menghemat biaya studi banding atau lebih tepat dengan istilah plesiran sebesar 21 triliun rupiah. kenapa tidak dipotong dari sini, mengapa harus mengorbankan rakyat?
“subsidi akan meningkat dari Rp. 123 Triliun menjadi 170 Triliun. ” ini adalah hasil asumsi atas penggunaan BBM bersubsidi tahun lalu dikali besar subsidi per liter. jadi sebenarnya bisa tidak 170 Triliun, kalo kita menghemat penggunaan BBM bersubsidi. ya tidak? 🙂
nah BLSM itu bukanlah asumsi, ketika sudah di ketok palu, sebesar itulah yang akan keluar. kecuali kalo ada penghentian sepihak karena merasa APBN bocor ditengah jalan (bocor halus mungkin).
Tentu ya Klo penjelasannya seperti di atas. Lebih oke lagi klo APBN-nya tidak salah alokasi.
tapi saya ingin menunjukan informasi mengenai proses yang terjadi antara pertamina dan pemerintah mengenai BBM untuk negeri ini
Sumber uraian ini datang dari seseorang yang bernama Marvin Jupiter Walukow yang ia dapat dari sebuah milis.
inilah uraiannya :
Berikut ini data yang saya kompilasi dari berbagai sumber, terutama dari para ekonom yang tidak bermahzab neolib!
>>
>> Indonesia menghasilkan 930.000 Barel/hari, 1 Barel = 159 liter
>> Harga Minyak Mentah = 105 USD per Barel
>> Biaya Lifting + Refining + Transporting (LRT) 10 USD per Barel
>> = (10/159) x Rp.9000 = Rp. 566 per Liter
>> Biaya LRT untuk 63 Milyar Liter
>> = 63 Milyar x Rp.566,- = Rp. 35,658 trilyun
>> Lifting = 930.000 barel per hari,
>> atau = 930.000 x 365 = 339,450 juta barel per tahun
>> Hak Indonesia adalah 70%, maka = 237,615 Juta Barel per tahun
>> Konsumsi BBM di Indonesia = 63 Milyar Liter per tahun,
>> atau dibagi dengan 159 = 396,226 juta barel per tahun
>> Pertamina memperoleh dari Konsumen :
>> = Rp 63 Milyar Liter x Rp.4500,-
>> = Rp. 283,5 Trilyun
>> Pertamina membeli dari Pemerintah
>> = 237,615 Juta barel @USD 105 x Rp. 9000,-
>> = Rp. 224,546 Trilyun
>> Kekurangan yang harus di IMPOR
>> = Konsumsi BBM di Indonesia – Pembelian Pertamina ke pemerintah = 158,611 Juta barel
>> = 158,611 juta barel @USD 105 x Rp. 9000,-
>> = Rp. 149,887 Trilyun
>>
>> KESIMPULAN:
>>
>> Pertamina memperoleh hasil penjualan BBM premium sebanyak 63 Milyar liter dengan harga Rp.4500,- yang hasilnya Rp. 283,5 Trilyun.
>> Pertamina harus impor dari Pasar Internasional Rp. 149,887 Trilyun
>> Pertamina membeli dari Pemerintah Rp. 224,546 Trilyun
>> Pertamina mengeluarkan uang untuk LRT 63 Milyar Liter @Rp.566,-
>> = Rp. 35,658 Trilyun
>> Jumlah pengeluaran Pertamina Rp. 410,091 trilyun
>> Pertamina kekurangan uang, maka Pemerintah yang membayar kekurangan ini yang di Indonesia pembayaran kekurangan ini di sebut “SUBSIDI”
>> Kekurangan yang dibayar pemerintah (SUBSIDI) = Jumlah pengeluaran Pertamina dikurangi dengan hasil penjualan Pertamina BBM kebutuhan di Indonesia
>> = Rp. 410,091 trilyun – Rp. 283,5 Trilyun
>> = Rp. 126,591 trilyun
>> Tapi ingat, Pemerintah juga memperoleh hasil penjualan juga kepada Pertamina (karena Pertamina juga membeli dari pemerintah) sebesar Rp. 224,546 trilyun. Catatan Penting: hal inilah yang tidak pernah disampaikan oleh Pemerintah kepada masyarakat.
>> Maka kesimpulannya adalah pemerintah malah kelebihan uang, yaitu sebesar perolehan hasil penjualan ke pertamina – kekurangan yang dibayar Pemerintah (subsidi)
>> = Rp. 224,546 Trilyun – Rp. 126,591 Trilyun
>> = Rp. 97,955 Trilyun
>>
>> Artinya, APBN tidak Jebol justru saya jadi bertanya: dimana sisa uang keuntungan SBY jual BBM Sebesar Rp. 97,955 trilyun, itu baru hitungan 1 tahun. Dimana uang rakyat yang merupakan keuntungan SBY jual BBM selama 7 tahun kekuasaannya?
kayaknya itu itung2an diatas uda dibantah berbagai orang deh.. kwik mengatakan kalo anggito abimanyu ikut ngebuat ini itung2an trus si anggito ngebantah kalo dia ikut ngitung2 dan memanipulasi data buat itung2an diatas.
apa sih arti neolib buat lo? itu itung2an dibuat ama kwik yg notabene dibawah PDIP, oposisi, sehingga jelas harus dipertanyakan tujuannya. inget pas jaman mega BBM kita naek 2 kali n kita jual indosat? cukup neolib untuk anda? mungkin nggak, tau apa kita jaman dulu? tau apa kita soal neolib2an?
btw biaya LRT sebenernya skitar 24 dolar per barel.
lanjut, negara kita emang negara penghasil minyak, tapi minyak yg kita hasilkan lebih sedikit dr yg kita konsumsi. mau ga mau pemerintah beli minyak mentah dari luar negeri.
debat beginian jangan diisolasi, liat secara keseluruhan budget negara. setahun belanja infrastruktur aja uda lebih dari 1000T padahal kapasitas pemerintah aja cuma 30%, sisanya ngandelin private sector ama joint project.. blom lagi blanja2 buat PNS dll, kalaupun ada surplus, apalah artinya 97 M? nih lengkapnya baca di http://cafesalemba.blogspot.com/2012/03/as-rizal-emailed-me-our-debate-with.html
di artikel itu ada file excel yg bisa lo pake buat itung2an subsidi bbm dan menurut itung2an tsb, kita defisit. (itu pun kalo lo ngerti pakenya)
“kenapa kita anak2 ekonomi ga perna ngomongin soal kanker pankreas? karena kami ga ngerti, itu adalah spesialisasi anak FK. copas2 dari blog sana sini juga bisa, tapi apa artinya kalo kita ga ngerti? yg ada malah dicap bodoh sama yg ngerti. ada baiknya jgn asal copas, tapi tanya dulu sama orang2 yg emang bergerak di bidangnya.”
hm…. jadi nambah semangat nih untuk belajr lebih banyak lagi. terima kasih ya rekan mahasiswa kritiknya. pedas membangun.
keahlian itu penting tetapi jangan mengkerdilkan ilmu yang lain sehingga kita tidak berani mengajukan suara dari ilmu yang berbeda. mahasiswa itu bukan oengecut yang takut kesalahan dari belajar tetapi belajar dari kesalahan atas apa yang dia pelajari.
sekalila lagi terima kasih