Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM-UI), Rabu, 24 Juli 2013 bertatap muka dengan Walikota Depok Nur Mahmudi Ismail dalam rangka membela Sekolah Master (Masjid Terminal) yang semula akan digusur sehubungan merubah ulang desain revitalisasi terminal tersebut.
Secara spontan sebagai alumni UI, saya ikut mendukung aktivitas BEM UI ini. Memang pada satu sisi jika seseorang mengunjungi terminal Depok, suasana lingkungan tersebut tidak lagi nyaman, kumuh dan amburadul. Namun demikian di sisi lain, tidak berarti membangun atau melakukan revitalisasi, mengorbankan juga masa depan anak didik yang ingin belajar gratis di sebuah sekolahan bernama Sekolah Master (Masjid Terminal).
Itulah pesan yang ingin disampaikan mahasiswa Universitas Indonesia yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM-UI).
Sekolah Master atau Sekolah Masjid Terminal didirikan pada tahun 2000 akan tetapi pembelajaran baru bisa berjalan sekitar tahun 2002. Pendirian sekolah gratis itu berawal dari keprihatinan Nurrohim akan nasib para anak jalanan di sekitar terminal Depok yang tak tersentuh pendidikan karena keterbatasan yang ada pada mereka.
Nurrohim, pria kelahiran Tegal pada 3 Juli 1971 yang sempat mengenyam pendidikan formal sampai D-3 ini, tergugah ketika dia melihat banyaknya anak-anak usia sekolah, remaja dan pemuda yang tidak bersekolah berkeliaran di terminal dan sekitarya. Nurrohim beruntung memiliki modal untuk membuka usaha Warung Tegal (Warteg) di pasar dan terminal.
Pasca krisis moneter 1998 dia turut merasakan dampaknya, dari 20 warteg miliknya, tinggal empat warung yang tersisa. Ketika itu terjadi pengangguran di mana-mana, termasuk di Terminal Depok. Anak-anak yang orang tuanya kena pemutusan hubungan kerja (PHK) terpaksa putus sekolah. Sebagian telantar di jalanan.
Dia berinisiatif menyelamatkan masa depan anak-anak korban krisis ekonomi ini dengan mendirikan lembaga pendidikan. Ketika itu dia berkenalan dengan empat sarjana di Masjid Al Muttaqien yang terletak di Terminal Depok. Bersama mereka kemudian pelan-pelan mengumpulkan orang yang ingin belajar.
Lima orang ini kemudian membagi tugas mengembangkan menjadi PKBM Bina Insan Mandiri, tujuannya menampung mereka yang tidak mampu mendapat pendidikan yang layak. Kini PKBM Bina Insan Mandiri memiliki 18 pengurus inti dan 60 sukarelawan tetap. Sekolah dengan luas tanah sekitar 6.000 meter 12 ruang kelas—sebagian besar semi permanen, sebagian menempati bekas kontainer—memiliki sekitar 2.000 siswa. Pihak sekolah juga menyediakan ruangan untuk tidur bagi 200 anak yang tidak memiliki tempat tinggal.
Bermula dari pengajaran yang dilakukan di masjid terminal Depok, kini di sekitar masjid tersebut sudah didirikan beberapa ruang kelas nonpermanen untuk kegiatan belajar mengajar dari bantuan beberapa donatur. Dengan motivasi yang kuat untuk membentuk masyarakat yang cerdas, mandiri, kreatif dan berbudi pekerti yang luhur PKBM Bina Insan Mandiri memberikan pendidikan gratis bagi para dhu’afa melalui pendidikan kesetaraan.
Tercatat 1200 warga belajar yang sedang mengenyam pendidikan di PKBM Bina Insan Mandiri, mereka begitu antusias untuk mendapatkan hak-hak pendidikannya yang selama ini terabaikan. Kehadiran PKBM Bina Insan Mandiri telah menyelamatkan pendidikan siswa-siswi yang terancam tidak dapat melanjutkan pendidikannya.dasar dan menengah.
Dengan kerendahan hati PKBM Bina Insan Mandiri berusaha mengajak instansi yang memilki kepedulian terhadap pendidikan anak bangsa untuk bermitra demi mencerdaskan anak bangsa. Suasana belajar di Sekolah Masjid Terminal sangat berbeda dengan sekolah umum lainnya. Sekolah Masjid Terminal atau yang lebih dikenal dengan singkatan Master ini adalah sekolah gratis yang memang diperuntukkan bagi anak-anak dari keluarga dhuafa.
Tak heran banyak anak-anak yang bersekolah adalah anak-anak jalanan atau anak-anak terminal yang sering kali sulit diatur. Sekolah Masjid Terminal Depok atau yang bernama resmi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Depok ini mengajarkan program Paket A, paket B dan Paket C mulai dari TK, SD, SMP dan SMA, serta berbagai kursus secara gratis kepada masyarakat.
Keberhasilan yang telah dicapai:
• Membangun kesadaran tentang pendidikan bagi anak-anak jalanan
• Membuka akses kepada masyarakat (khususnya masyarakat kelompok marginal) dalam bidang pendidikan dan kesehatan
• Memberikan pelayanan advokasi dalam bidang kesehatan, membuka lapang pekerjaan mikro disekitar sekolah MASTER
• Beberapa kali perwakilan siswa PKBM Bina Insan Mandiri menyabet juara olimpiade matematika tingkat Depok, sampai Provinsi Jawa Barat
• Film dokumenter berjudul “Sekolah Master, Sekolah Anak Jalanan”, juga yang menjadi finalis kompetisi Eagle Award.
Pihak-pihak yang telah mendukung: ANTAM, Bank Permata, Tupperware, World Education, UNHCR, Sampoerna Foundation, Hope For Our Children, Alcatel Lution.
Kepada BEM-UI Walikota Depok Nur Mahmudi Ismail menegaskan bahwa jika pihak Master keberatan, dirinya akan meminta agar investor merubah ulang desain revitalisasi terminal tersebut.
“Kalau dalam desain tersebut Master tidak terkena saya akan tanda tangan, namun kalau dalam desain itu Master terkena saya tegaskan tidak akan tanda tangan. Perlu diketahui revitalisasi itu tidak akan dimulai jika saya tidak tanda tangan desainnya,” tegasnya kepada mahasiswa yang tergabung BEM UI di ruang kerjanya.
Nur Mahmudi menjelaskan sebelumnya memang ada niat dari pihak investor yaitu PT.Andhika untuk membeli 100 meter lebih tanah wakaf milik Master, dan sebagai Walikota Depok beliau menekankan selain tanah tersebut dibeli, pihak Master juga mendapatkan bargain dibuatkan ruang kelas 3 lantai sebagai gantinya.
“Saat itu saya bertanya pada pihak investor. Seandainya Master tidak mau, apakah Anda siap merubah konsep. Dan pihak investor mengatakan siap, intinya investor tidak ingin mengganggu Master,” jelas Nur Mahmudi.
Pemimpin Kota Belimbing ini juga menjelaskan awal mulai terbentuknya Master, di mana Master awalnya muncul dibawah pembinaan dan pembiayaan dari Pemkot Depok. Pemkot juga menetapkan Master sebagai mitra untuk menyelesaikan permasalahan mengenai anak-anak usia belajar.
“Dari sejarah tersebut, maka Pemkot sangat mendukung kegiatan Master. Jika perlu nanti kalian semua hadir juga saat saya menandatangani desain revitalisasi terminal tersebut, ” janji Walikota kelahiran Kediri 11 November 1961 tersebut kepada mahasiswa BEM UI.
(Sumber: Portal Resmi Pemerintah Kota Depok, Diskominfo dan sumber lainnya)