Berani Mengambil dan Memanfaatkan Kesempatan

Di sekitar kita banyak sekali kesempatan. Apabila kita mampu untuk mengambilnya dan berani untuk memanfaatkannya sebaik mungkin, maka bisa jadi kita akan menjadi sesuatu yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.

Hal ini terjadi kepada saya. Ketika masih duduk di bangku sekolah menengah pertama ( SMP), kelas satu semester akhir kalau saya tidak salah ingat. Salah seorang guru bimbingan konseling meminta saya untuk bertemu dengannya di ruangan konseling. Saya pun meng-iya-kan dan berkunjung ke ruangannya dengan deg-degan dan sedikit bingung, takut ada kesalahan tidak sengaja yang saya perbuat.

Akan tetapi dugaan saya salah karena ternyata guru bimbingan konseling saya menyodorkan sebuah formulir pengurus OSIS. Saya pun bingung, dalam hati saya bertanya, kenapa juga harus saya kan masih banyak yang lain.
Saya memberanikan diri untuk bertanya, “Kenapa saya Pak? Kan masih banyak teman-teman yang lain. Apalagi saya masih menjabat menjadi ketua mading (majalah dinding) sekolah.”

Masih jelas teringat jawaban beliau yaitu , “Karena saya dan guru-guru di sekolah ini yakin kamu mampu. Untuk urusan itu dibicarakan nanti, yang penting kamu ikuti saja dulu seleksinya.”

Ada rasa bercampur aduk saat itu dan saya pun berpikir sejenak, ‘kalau orang lain saja yakin saya mampu, mengapa saya tidak yakin dengan diri saya sendiri dan malah terpikir untuk memberikan kesempatan ini untuk orang lain. Siapa tahu dari sini lah kesempatan-kesempatan lain bisa terbuka. Apalagi saya kan hanya akan tiga tahun di sekolah ini, saya harus punya pengalaman yang kelak bisa saya ceritakan ke teman-teman yang lain dan mungkin ke anak cucu saya.’

Dengan sedikit senyuman kepada beliau, saya meng-iya-kan untuk mengambil formulir itu dan mengisinya saat itu juga. Biodata diri, pengalaman kegiatan-kegiatan sewaktu di SD dan satu semester di SMP, dan beberapa hal lain terisi dengan lancar. Namun, ada satu yang membuat bingung yaitu saat mengisi formulir, disana ada tulisan pilihan posisi jabatan 1, 2, dan 3. Saya bingung mau memilih apa.

Mungkin sang guru konseling ini melihat saya sedikit diam dan tidak menggerakkan pulpen.

Beliau pun bertanya, “Sudah selesai belum?” Saya hanya menjawabnya dengan gelengan kepala.

Seperti paranormal saja, tiba-tiba beliau berkata, “Udah, di isi aja pilihan satunya ketua, pilihan keduanya sekretaris, pilihan ketiganya bendahara. Selalu lah berani untuk mengambil posisi tinggi.”

Saya pun mencerna kata-katanya, ‘benar juga ya, kalau misalnya milih ketua tapi ga dapet kan masih bisa jadi sekretaris atau bendahara, dan tetap akan ada di posisi atas walaupun bukan teratas. Tapi kalau saya hanya memilih menjadi anggota lalu saya tidak dapat, saya malah tidak berkesempatan untuk jadi pengurus OSIS.’

Saya coba mengikuti apa yang beliau katakan. Saya coba mengikuti saran yang beliau berikan. Saya coba ikuti semua prosedur seleksi untuk menjadi pengurus OSIS.

Alhamdulillah saya diberikan kesempatan untuk menjabat sebagai Ketua Umum OSIS SMP Negeri 203 Jakarta Timur periode 2004-2005.
Pengalaman dan kenangan yang luar biasa. Benar adanya kesempatan-kesempatan lain yang tidak pernah saya duga mulai terbuka satu-persatu setelah itu bahkan sampai sekarang.

Tidak terbayangkan apabila waktu itu saya tidak pernah meng-iya-kan tawaran tersebut. Tawaran yang hanya akan datang satu kali selama saya berada di jenjang pendidikan SMP.

Hmm, mungkin saya bukan saya yang sekarang ; )

There is no next time, no time outs, no second chance, somtimes it’s now or never (unknown).

Terima kasih semuanya.

Semoga bermanfaat

 

: )

Regards,
Tika Dwi Ariyanti

F.Psikologi UI 2009

YOT CA UI 2011-2012

Inspiring Article August

Leave a Comment