BOPB Bukan Cuma Kontroversi, tapi juga Seret

Assalam’alaikum W. W.

Ini mungkin adalah tulisan perdana dari Mahasiswa Baru [MABA] UI 2009. Izinkan saya menulis sesuatu yang singkat tentang praktek dari BOP Berkeadilan ini.

Singkat cerita, seorang teman dari Facebook men-tag saya dan teman teman saya  Mahasiswa Baru UI ke dalam salah satu fotonya mengenai Perpustakaan baru UI. yang sedang dibuat. Komentar demi komentar dari foto tersebut akhirnya merembet ke salah satu dari teman saya yang curhat tentang permohonan BOP Berkeadilannya ditolak. Dan ternyata penolakan BOPB tersebut tidak terjadi kepada 1 mahasiswa baru saja.

Teman saya sangat mengeluhkan karena penolakan tersebut sangat telak dan langsung mengembalikan nominal biaya ke biaya dasar 5-7.5 Juta sebagaimana biaya awal. Padahal pengurangan SPP 1 atau setengah juta sudah cukup meringankan bagi mereka. Ditolaknya BOPB bagi Mahasiswa Baru sangatlah memukul hati dan harapan masyarakat akan keadilan untuk menuntut ilmu di kampus UI ini.

Tetapi ketika mendengarkan hal ini saya tidak terkejut, karena pada saat saya melakukan daftar ulang ada beberapa kakak yang baik hati menawarkan bantuan akan BOP Berkeadilan tersebut yang menguatkan dugaan saya terhadap ada suatu masalah tentang BOPB ini.

Kontroversi BOPB yang hadir di beberapa Blog, atau notes FB Mahasiswa UI yang saya baca ternyata masih menjadi topik hangat. Saya tidak ikut membahas hal ini lebih panjang.

Yang saya ingin pertanyakan dari realisasi BOPB yang seret ini apakah karena UU BHP yang diresmikan beberapa waktu lalu yang mewajibkan bantuan kepada Mahasiswa hanya sebesar 20% saja, sehingga jika lebih dari jumlah tersebut terjadi penolakan terhadap keringanan yang diajukan.

Inikah keadilan yang menjadi jargon saat Bedah Kampus itu? Saya sangat kecewa sekali dengan realisasinya. Ini Universitas Negeri, bukan swasta. Janganlah mengkomersilkan pendidikan dengan mempertaruhkan masa depan bangsa. UI masa kini adalah Indonesia di masa depan.

Mohon maaf jika terdapat banyak kesalahan. Ini hanyalah sebuah tulisan dari seorang amatir.

Terimakasih.

20 thoughts on “BOPB Bukan Cuma Kontroversi, tapi juga Seret”

  1. setuju…
    dan saya adalah salah satu korban nya..

    padahal saya adalah anak ke-4 dari 9 bersaudara.adek”saya masih banyak yg membutuhkan biaya sekolah.tetapi pas saya mengajukan keberatan mereka hanya membalas email saya dengan kalimat
    “perlu anda ketahui, bahwa biaya kuliah di Universitas Indonesia beserta fasilitas nya adalah 18juta per semester.jadi angka 5 juta itu adalah kurang dari spertiga nya.”
    sungguh aneh, dari mana angka 18 juta tersebut?
    sampai sekarang saya masih berat untuk menerima besaran BOP yang harus saya bayar.5juta persemester untuk jurusan sastra Arab.. orang tua saya pun seperti nya sudah silau dengan nama besar UI.mereka hanya berkata “sudah gampang gak usah dipikirin urusan BOP,nanti mama kan bisa pinjem uang dulu, yang penting kamu masuk UI!” sedih denger nya..ya Allah.. semoga aku bisa memberikan yang terbaik untuk kedua orang tua ku..

    Reply
  2. Tulisan dari hati seperti ini yg saya tunggu. Buat adik2 usul saya kalian buat sebuah komunitas misal “2009 Menggugat” Kami dari BEM UI sudah memulai dan akan terus mempermasalahkan BOPB. Untuk lebih jelasnya silahkan baca notes saya di face book dengan judul “keluh kesahku terhadap dunia pedidikan”(silahkan add;farid septian)….

    hal ini memang ada keterkaitannya dengan BHP, silahkan baca notes saya

    salam cintaku pada kalian
    saatnya Maba Berdaulat

    farid Septian

    Reply
  3. Yah, kebanyakan rakyat malah lebih memilih yang kayak ginian untuk di-LANJUTKAN…
    Tidak pelak lagi, NEO-LIBERALisasi sudah merasuk ke dunia pendidikan…

    Reply
  4. ^
    ups…
    menurut saya tidak ada sangkut pautnya dengan LANJUTKAN atau NEO-Lib. ada baiknya untuk tidak dipolitisasi.
    trims

    Reply
  5. Wan, topik tulisan yang menarik. BHP dan “klenik-klenik”-nya di UI. Sungguh kritis Ridwan yang sekarang. Gaung tentang BHP di sini tidak sekencang di sana, walau saya yakin di tiap univ., terlebih PTN, masih diperdebatkan.

    Dan adapun kalau dikait-kaitkan dengan politik, wah, saya no-comment. Bahasan politik sepertinya agak menyimpan (untuk saat ini) meski tidak menutup kemungkinan kedepannya seperti apa.

    Agak ironi juga saya membaca cerita dari sdr. alkaf, Terlaluh (nada bang Roma). Tetap semangat dan yakinlah, Tuhan akan memberikan jalan ketika hamba-hamba-Nya MAU berusaha.

    // saya jadi ingin ketemu nt 1 semester ke depan, seperti apa jadinya, ya?

    Reply
  6. mnurut saya BOPB itu baek, sistem nya baek.
    yang ga baek itu aplikasi nya.

    kita juga patut mempertanyakan hati nurani para petinggi UI, dengan keputusan2 nyeleneh mreka..

    haruskah putra-putri terbaik negri gagal melanjutkan cita-citanya membangun indonesia hanya karena masalah biaya ?

    sayangnya keluhan2 ini hanya melalui blog semata, cobalah membawa masalah ini ke media massa. seluruh indonesia pasti akan menyorotinya. dan mungkin akan membawa perubahan sistem biaya pendidikan di UI

    kevin

    Reply
  7. Tidak ada pilihan lain, hanya ada satu pilihan: CABUT Sistem BOPB!!!

    Bagaikan luka yg sudah menjadi borok, bagaikan gudang yg sudah dipenuhi tikus dan rayap, bagaikan kaki yg sudah membusuk..

    borok itu harus diangkat, gudang itu harus dibakar, kaki itu harus segera diamputasi..
    sebab, sistem BOPB sudah tidak bisa disembuhkan atau diperbaiki lagi..

    kembali ke sistem lama atau UI akan BERGEJOLAK!!

    Reply
  8. mm…
    tulisan maba, dikomen juga oleh beberapa maba.
    lalu, bgmn sikap maba selanjutnya? saya betul2 mengharapkan sebuah sikap yg kompak dari maba tentang sistem ini. perspektif anak BEM adalah perspektif ‘penolong’, sedang ‘korban’-nya adalah maba. slama ini yg saya rasain, suara2 BEM atau lembaga lain tdk dianggap sbg suara yg merepresentasikan kepentingan maba. kini saatnya maba sendiri yg berbicara. mengumpulkan ‘para korban’, berbicara dgn perspektif korban, dan didukung oleh para ‘penolong’ yg saya sebutkan di atas…

    kami menunggu.
    skali lagi: kami menunggu.
    tentu, sambil terus bergerak
    tp bukan dgn perspektif korban…

    Reply
  9. ternyata banyak yang bernasib sama yah kayak saya?
    BOPBnya ditolak padahal saya cuma minta sedikit keringanan dari bayaran persemester 7,5 juta menjadi 5 juta. bayaran uang masuk 25 juta tetap saya bayar sebesar itu. tega T_T

    agak miris juga sih, mengingat kakak dan teman-teman saya yang kuliah di institut gajah duduk di bandung biaya kuliahnya jauh lebih murah kalo dihitung-hitung dibanding saya di UI.

    yah, walaupun ada sih teman-teman saya yang memang diterima BOPBnya, tapi itu terbatas pada yang hanya salah satu orang tuanya saja yang bekerja atau salah satu orang tuanya sudah meninggal. ya, orang tua saya memang dua-duanya bekerja, tapi kemampuan ekonomi kami kira-kira berada di kelas mengengah. menurut saya BOPB ini malah memberatkan mahasiswa dengan kemampuan ekonomi kelas mengengah. mengapa? mahasiswa dengan kemampuan ekonomi rendah masih memiliki kemungkinan yang cukup besar mendapatkan BOPB, sedangkan mahasiswa dengan kemampuan ekonomi tinggi tentu dengan mudah mampu membayar biaya kuliah sebesar itu. mahasiswa kelas menengah? BOPB ditolak, bayar uang kuliahpun terasa berat. pada akhirnya kami ‘dipaksa’ untuk menyejajarkan diri dengan orang-orang yang berkemampuan ekonomi tinggi.
    ironis bukan?

    Reply
  10. saya setuju!!!

    BOPB hanya skadar pemanis bagi Maba,,

    pada kenyataannya masih banyak Maba yg keberatan,, (termasuk saya sndiri)

    saya pernah banding ke bagian mahalum FKM untuk menurunkan BOP, tp, sayangnya pihak mahalum tdk dpt mengabulkannya dengan alasan saya keterima di UI lewat jalur SIMAK UI.
    mereka bilang BOPB bisa turun jika saya masuk melalui jalur UMB atau SNMPTN.

    saya jadi berpikir, bagaimana nasib2 teman2 Maba lainnya yang ditolak BOPB-nya.

    saya setuju, jika Maba 2009 membuat komunitas yang mengkritisi masalah BOPB khususnya.

    bukan tidak mungkin, jika banyak yang mengkritisi kebijakan ini, maka pihak UI akan bereaksi dan mau menanggapi aspirasi kita semua,,

    untuk teman2 sesama Maba, tetap semangat!!

    Hidup Mahasiswa!!
    Hidup rakyat Indonesia!

    Reply
  11. adik saya baru saja diterima lewat jalur SNMPTN di Fakultas Teknik. Pertama kali kami sekeluarga sangat terharu karena keberhasilannya. Terlebih beberapa teman saya juga mahasiswa UI angkatan 2006 dan hanya membayar Rp. 5jt dan SPP mereka Rp. 1,5 juta/smt. Kami sungguh terkejut ketika tahu bahwa SPP/smt sekarang mencapai 7,5 jt. Wah, saya sendiri sampai bingung, kok di univ. negeri saja jauh lebih mahal daripada di kampus saya? (saat ini saya kuliah di salah satu univ. swasta yang cukup dikenal di Jakarta). Saya dan adik saya lulusan SMA Negeri terbaik di Kota Tangerang dan saya rasa, lebih baik adik saya kuliah di kampus saya kalau dBOPB nya ditolak. Lebih murah, dekat dengan rumah, tidak harus kos yang sekarang semakin mahal. Kalo memang takdir dan niat kita baik, jadi orang sukses pun bisa. Tidak harus kuliah di UI. Mendengar keluhan dari teman-teman, sungguh miris hati saya. Berubah sudah pandangan saya terhadap kampus terbaik di Indonesia ini.

    Ibu saya pernah beamanat saat kami kecil..
    “Nak, kalau kamu rajin belajar dan jadi pintar, sekolah mu bisa murah. Seperti di UI, udah bagus, keren, murah lagi. Mami Papi kan bangga kalo punya anak kuliah disana, apalagi kamu kan tahu orang tua kamu putus sekolah…”

    Kami sudah belajar, bekerja keras, berhasil terseleksi diantara puluhan ribu calon mahasiswa lainnya, namun apa artinya bila kuliah tetap mahal? Apa bedanya orang bodoh yang kaya dengan orang pintar yang tidak mampu? Mengapa mereka disejajarkan untuk masuk UI?

    Kapan negara ini bisa maju kalau dunia pendidikan dikomersialkan..

    Reply
  12. saya sbg mahasiswi fisip paralel 2009 jugga merasa tidak ada keadilan masalah biaya di UI ,
    UI lebih MAHAL dari pada kampus swasta .
    malah bisa dibilang TERLALU MAHAL ,
    untuk masuk ke kampus yang terbaik ini , saya mengeluarkan 18,2 juta , dan saya di patok 7,6 juta persemester . wah wah ! SANGAT MAHAL !
    apalagi anak fe paralel 2009 , 10,1 juta persemester . apakah ini yang di sebut sebagai univresitas negeri ? dengan biaya yang SANGAT TIDAK TERJANGKAU ? apakah UI hanya untuk orang orang berduit ?

    Reply
  13. @ kresna yang katanya maba UI: bisa tolong kamu informasikan ke BEM siapa itu calon mahasiswa FH yang ga jadi masuk UI..dan apa alasannya? apakah karena BOP?

    Kalo ya berarti hitungan korban bertambah..

    @ ucull: mohon maaf..memang demikian adanya kelas paralel..dipatok lebih mahal BOPnya dari pada BOP S1 reguler..kalau diperhatikan itu berada di fakultas yang tadinya membawahi program D3

    Reply
  14. seharusnya, BOBP berkeadilan itu dilaksanakan sebagaimana namanya, jangan hanya untuk trend saja!!! jangan mentang2 pemerintah memberikan kekuasaan penuh untuk mengelola sendiri disalahgunakan dong!!! hei, para panitia!! kami adalah golongan muda pembentuk masa depan, jika kalian hancurkan kami, kalian hancurkan juga negara ini!!!

    Reply
  15. saya siswa kelas 3 sma, dan saya sangat ingin masuk ui..tapi kalo liat semua tulisan yg ada membuat sya sedikit takut..jujur saja orang tua sya termasuk tidak mampu..jadi saya tidak tahu harus bayar kuliah gimana nantinya..

    Reply
  16. #18: A.A.R
    ar, tenang aja, UI itu menjamin, semua yang diterima di UI S1 reguler jalur manapun (SNMPTN, PPKB, SIMAK UI, UMB), ga ada yang ga bisa kuliah di UI karena masalah finansial..

    biaya kuliah di UI itu pun sesuai dengan kemampuan orang tua kamu, antara 100 ribu sampai 5 juta buat jurusan IPS, dan 100 ribu sampai 7 juta buat jurusan IPA..

    uang pangkalnya juga ga mesti bayar full 5, 10, 15, atau 25 juta itu kok kalo emang bener2 tidak mampu..

    semangat yaa..

    Reply

Leave a Comment