Sudah hampir satu tahun pembelajaran tatap muka diganti dengan pembelajaran jarak jauh. Selain merindukan suasana kampus dan teman-teman seperjuangan, mahasiswa UI pasti juga rindu makan atau nongkrong di kantin fakultas.
Kini rindu itu bisa sedikit terobati, khususnya bagi mahasiswa FIB dan FISIP. Pasalnya, di Instagram muncul dua akun yang menawarkan menu-menu makanan Kansas dan Takor yang bisa dipesan secara daring, yaitu @kantin.sastra dan @anaktakor. Dua akun tersebut pun mendapat sambutan hangat dari para alumni dan mahasiswa dari masing-masing fakultas.
Pada sebuah kesempatan, narasumber dari @kantin.sastra yang bisa dipanggil Kansmin dan Syaiful Iman (FISIP 2011) dari @anaktakor menceritakan sedikit kisah dari “kantin online” Kansas dan Takor pada anakui.com.
Berawal dari Keresahan
Sejak kegiatan pembelajaran dijalankan secara daring, para pedagang kantin pun mau tidak mau juga harus menutup lapaknya. Hal ini berimbas pada pendapatan mereka.
Dengan munculnya berbagai gerakan untuk membantu para pedagang di media sosial, keresahan pun muncul di benak Syaiful terkait nasib para pedagang Takor. Ia pun berinisiatif untuk menghubungi salah satu pedagang Takor.
“Mereka sudah tidak berjualan sejak Maret,” kata Syaiful saat ditemui via Google Meet.
Hal yang sama juga dilakukan oleh Geri (FIB 2012). Kansmin bercerita melalui pesan WhatsApp, Geri juga menghubungi salah satu pedagang Kansas. Curhatan pedagang tersebut membuat Geri tergerak untuk mengajak lima kawannya membuat gerakan #KansasBukaLagi. Gerakan tersebut bertujuan untuk mengajak para pedagang membuka kembali dagangannya via aplikasi ojek online (ojol) agar dapur mereka tetap ngebul. Gerakan ini dapat ditemukan pada akun Instagram @kantin.sastra (selanjutnya disebut sebagai Kansas).
Gerakan yang dimulai pada awal Oktober lalu itu pun diikuti oleh Syaiful. Pada akhir Oktober, Syaiful dan enam kawannya membuat akun Instagram @anaktakor (selanjutnya disebut sebagai Takor). Namun, berbeda dari Kansas yang mengandalkan aplikasi ojol, Takor menggunakan sistem pre-order (PO) untuk pemesanan makanan. Agar semua pedagang dapat terbantu dan mendapat pemasukan, para pedagang mainstream seperti pedagang minuman pun diberdayakan untuk menjadi kurir makanan.
Bukan Hal yang Mudah
Setiap niat baik selalu memiliki jalannya sendiri walaupun terkadang harus menemui kendala. Hal itulah yang dirasakan oleh kawan-kawan dari Kansas dan Takor. Tidak semua pedagang memahami teknologi. Mereka harus diajari dulu untuk membuat email, menjaga kerahasiaan kode OTP, dan memasarkan produknya secara daring. Kansas juga menyarankan para pedagang untuk membuat akun Instagram sendiri.
Masalah yang sama juga dirasakan oleh Takor. Terlebih lagi, mereka hanya mengandalkan Google Form untuk pemesanan, sehingga mereka harus merekap datanya dulu sebelum mengirimkannya pada pedagang. Syaful berharap untuk ke depannya para pedagang dapat lebih mandiri dalam mengakses datanya.
Untuk meminimalisasi masalah, Takor pun berkolaborasi dengan Kansas untuk mendaftarkan pedagang ke aplikasi ojol, terutama untuk pedagang yang memiliki lapak di Takor dan Kansas. Namun, agar tidak terus-menerus bergantung pada Kansas, untuk ke depannya Takor akan mendaftarkan pedagangnya secara mandiri.
Mendapat Sambutan Hangat
Niat baik Syaiful dkk dan Geri dkk bukan hal yang sia-sia. Mereka mendapat sambutan yang hangat dari mahasiswa dan alumni yang rindu pada makanan kantin fakultas mereka. Para pedagang selalu kebanjiran pesanan.
“Pas di awal hanya buka 20 (slot, red), ternyata yang pesan sampai 70,” cerita Syaiful.
Hingga saat ini, Takor sudah membuka 12 kali PO yang biasanya dibuka untuk hari Selasa, Kamis, dan Sabtu pada jam makan siang. Pemesannya pun tidak hanya berasal dari Depok, tetapi juga Tangerang Selatan, Bekasi, dan sejumlah daerah di Jakarta. PO tersebut pun diatur sedemikian rupa agar makanan yang ditawarkan bervariasi, sehingga semua pedagang terbagi rata.
Beda cerita dengan Kansas. Sambutan juga datang dari pihak fakultas. Beberapa waktu lalu, FIB menyediakan Auditorium Gedung IX untuk konser virtual bertajuk #KansasBukaLagi. Selain untuk menarik engagement, konser tersebut juga membuka donasi untuk para pedagang.
Harapan untuk Berkolaborasi
Syaiful berharap untuk ke depannya Takor dapat bekerja sama dengan pihak mahasiswa, baik BEM FISIP maupun himpunan mahasiswa.
“Sudah dibicarakan, tapi mungkin karena mendekati akhir tahun, jadi mereka fokus untuk menyelesaikan proker yang ada dulu,” katanya.
Sementara itu, pihak Kansas berharap dapat berkolaborasi dengan kantin lain.
“Kolaborasi kami dengan anaktakor mungkin dapat dikatakan inisiasi untuk mengajak teman-teman fakultas lain mewujudkan gerakan #KantinUIBukaLagi,” ungkap Kansmin.
Sebagai bocoran, Kansmin mengatakan dalam waktu dekat akan berkolaborasi dengan FH untuk membantu pedagang mereka mendigitalisasi lapaknya sebagai bentuk dari gerakan #KantinUIBukaLagi.
Daftar Isi