Cerita Horror Misteri Gedung VI FIB Universitas Indonesia

Seperti biasa, suara alarm benar-benar menganggu ketika di pagi hari, gue segera bangun dari tempat tidur dan melihat handphone, jam menunjukkan sekitar jam 7 pagi. Masih ada waktu sekitar satu jam untuk bersiap-siap. Ini merupakan hari pertama gue mengajar MPKT-A di Universitas Indonesia, karena sebelumnya gue sekedar bekerja sebagai dosen sementara di mata kuliah Sejarah Filsafat.

Tetapi akhir-akhir ini kepala departemen memberikan gue kesempatan untuk mengajar MPKT-A dan ini merupakan kesempatan untuk membuktikan kemampuan gue sebagai dosen yang cukup hebat. Sebenarnya melelahkan juga mengajar MPKT-A karena selain dapat harus menguasai seluruh materi MPKT-A, gue juga sebelumnya diharuskan mengikuti pelatihan terlebih dahulu. Ya ada beberapa mata kuliah yang harus diajarkan di MPKT-A seperti Logika sehingga kepala departemen Filsafat UI berusaha membuka kelas kepada dosen-dosen MPKT-A untuk mempelajari logika. Hmm, ya memang menarik.

Setelah usai mandi, gue segera berpakaian dan segera berangkat menggunakan mobil. Sialnya ketika sampai di jalan Stasiun Depok, ternyata macet parah. Gue melihat jam tangan gue dan ternyata menunjukkan 7.32 AM. Artinya sekitar jam 28 menit lagi, gue segera mengambil jalan pintas yang untungnya gue ketahui supaya terhindar dari kemacetan ini. 10 menit kemudian setelah melewati jalan pintas akhirnya sampai juga di halaman Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Melihat jam ternyata masih sekitar jam 7.42 AM.

“Wihh Sam, baru nyampe lu, hari pertama lu kan ini ngajar MPKT-A?”

“Yoi Ram, oh iya, lu nanti jadi pembicara juga gak di acara pembukaan maba Filsafat?” Bales gua

“Yah lihat nanti aja lah, gue masih ngecek jadwal gue di LIPI, tadi sih gue udah dapat undangan, lu juga dapet kan?” Tanya Rama

“Iya gue dapet, tapi kan gak enak kalo gak ada dosen idola kayak lu di pembukaan maba?” Bales gua

“Bisa aje lu, yaudah gue ngajar dulu ye, lu juga ngajar kan? Di gedung berapa lu?”

“Di jadwal sih gedung VI ruangan 6xxx lantai 2, yaudah broo gua cabut dulu juga.” Bales gua

“Siap-siap”. Kata Rama

Sebenarnya gue gak begitu suka dengan Rama, karena terkadang orang ini terlalu memperhatikan gerak-gerik gua, entah sepertinya dia mencurigai gue ataupun lainnya, tapi gue memang tidak begitu suka dengan dia. Gue segera pergi ke gedung enam dan meninggalkan Rama yang menuju ke gedung empat.

BACA JUGA: Filsafat Cinta Eksistensialis Gabriel Marcel

Di gedung enam suasananya seperti biasanya ramai dan bising, gue segera pergi ke ruang 6xxx di lantai 2. Setelah gua memasuki kelas ternyata suasana menjadi hening, sepertinya para Mahasiswa Baru ini masih belum saling kenal-mengenal, walaupun ada beberapa yang sudah mengenal.

“Ini ruang 6xxx ya? Kelas MPKT-A 22 kan?” Kata gua

“Ya pak MPKT-A 22”. Sahut sekelas

Kalian udah kenal saya? Ya mungkin yang mahasiswa filsafat sudah mengenal saya, tapi bagi yang belum, perkenalkan nama saya Samy dari Prodi Filsafat mengampu mata kuliah Sejarah Filsafat dan MPKT-A. Nah kalian udah saling kenal-mengenal dengan teman sebelah kalian? Belum ya? Kalo gitu saya absen dan kalian harus saling kenal, supaya suasana kelas ini menyenangkan. Oke!

“Adinda? Kata gue

“Hadir pak.”

“Syahrul?”

“Saya pak.”

Sumber: Angelia R.

Gue mengabsen seluruh mahasiswa, tetapi gue merasa setelah selesai mengabsen semuanya, ada semacam keanehan, ada seorang mahasiswa wanita yang belum gue absen dan dia duduk di bangku paling belakang. Dia hanya menunduk. Gue berusaha mencari namanya di absen tapi tidak ada sama sekali.

“Itu mahasiswa cewe yang dibelakang yang baju merah udah diabsen belum?” Kata gua

Mahasiswa yang lainnya segera melihat kebelakang.

Mahasiswa cewe yang mana pak? Enggak ada yang pakai baju merah pak? teriak sekelas

Eh bukannya semuanya udah diabsen ya? Kata syahrul.

Itu yang dibelakang si Fika, mahasiswa yang baju merah? Kata gua

BACA JUGA: Mitos Horor UI Paling Legendaris dari Bikun hingga Hantu Wisuda UI

Fika dan mahasiswa lainnya menengok ke meja dan kursi yang dibelakang fika.

Itu kan kosong pak? Teriak sekelas.

Hah kosong gimana, orang keliatan jelas ada mahasiswa cewe kok, kamu jangan nunduk dan diam aja? Jawab saya, kamu udah diabsen belum, nama kamu gak ada di absen ini? Udah isi SIAK kamu?

Mahasiswa sekelas tampak keheranan dan mereka semua menatap dengan tatapan aneh ke wajah gua.

“Siapa namu kamu, jangan nunduk dan diam aja?” Kata gua

“Ya pak saya Anita pak”. Kata cewe mahasiswa berbaju merah.

“Anita ya nama kamu, jurusan apa kamu?”Bales gua

Mahasiswa lain tampak keheranan melihat gua, mereka menatap gua dengan ketakutan.

“Kok diam aja kamu?” Bales gua.

Seketika wanita berbaju merah di belakang itu mengangkat wajahnya dan memperlihatkan wajahnya dan melotot ke arah gua, seketika itu gua inget siapa wanita itu.

Wajah wanita berbaju merah itu mirip mahasiswa filsafat angkatan 2017, Anita Petrisia Darmayanti, tapi kenapa dia ada disini? Kenapa dia bisa ada di kelas saya? Bukannya dia harusnya sudah mati? Seinget gua, dia sudah gua mutilasi dan mengubur potongan tubuhnya di gedung belakang enam ini? Kenapa dia masih hidup? Apa dia buka mulut ke si Rama bahwa gua memperkosa dan membunuh dia?

Bersambung, next episode cerita selanjutnya!

BACA JUGA: Mahasiswi Misterius Penumpang Taksi di Gerbatama UI, Begini Kisahnya

Leave a Comment