Cinta Sejarah, Cinta Indonesia

Indonesia kembali diwarnai aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh masyarakat, namun kali ini bukan unjuk rasa menentang korupsi tetapi unjuk rasa menolak rencana pelelangan Monumen Sudirman. Tindakan yang dilakukan oleh masyarakat ini menunjukan bahwa masih ada rasa kecintaan masyarakat terhadap sejarah bangsa ini.

Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan warisan budaya karena negara kita terletak pada jalur yang strategis. Negara ini terletak di antara dua benua dan dua samudera sehingga Indonesia banyak dilalui oleh bangsa-bangsa di dunia. Keanekaragaman budaya yang datang dari luar sejak ribuan tahun yang lalu itu telah membentuk bangsa ini sebagai pewaris budaya.

Sebagai pewaris budaya, tentu bangsa ini harus peduli akan sejarah dan budaya itu sendiri, namun ironisnya bangsa ini sedikit demi sedikit sudah tidak menghargai sejarah bangsa sendiri. Peristiwa yang terjadi belakangan ini seharusnya dijadikan sarana untuk mengkoreksi betapa bangsa ini sangat tidak menghargai sejarah.

Suatu kejadian yang masih segar dalam ingatan adalah ketika ditemukannya artefak  dari hasil pengangkatan kapal karam di laut utara Jawa Cirebon. Artefak tersebut berjumlah sekitar 271 ribu dan diantara ribuan artefak itu ditemukan 24 rock crystal (Kristal batu) yang berusia 1000 tahun. Kristal tersebut diyakini berasal dari Dinasti Fatimiyah di Mesir.

Namun sayang sekali, dengan mudah dan tanpa pikir panjang, pemerintah melelang harta karun tersebut. Pemerintah hanya menyimpan 976 artefak sementara sisanya dilelang. Peristiwa di atas menunjukan bahwa bangsa ini kurang memahami sejarah, bahkan cenderung melecehkan sejarah nenek moyang mereka sendiri demi kepuasan ekonomis.

Watak bangsa yang materialis diyakini sebagai salah satu penyebabnya. Bangsa ini cenderung hanya memikirkan bagaimana caranya mendapatkan uang dengan berbagai cara seperti korupsi, suap dan bahkan menjual warisan nenek moyang pun dilakukan demi mendapatkan uang.

Materialisme sepertinya telah membentuk watak bangsa ini sehingga mereka melupakan budaya dan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan ,khususnya bidang sejarah seharusnya dapat membendung rasa materialism dan mengubahnya menjadi suatu rasa cinta pada budaya.

Bangsa kita sekarang ini sedang dihadapkan pada masalah “Buta Sejarah”. Masyarakat kurang dapat memahami sejarah bangsanya dan hanya sedikit saja pengetahuan sejarah yang diketahui. Masyarakat hanya mengetahui sejarah yang bersifat umum. Hal itu terjadi karena pemerintah tidak peduli dengan pelajaran sejarah yang diajarkan di sekolah-sekolah. Jam pelajaran sejarah sangat minim sehingga generasi muda kita tidak menyukai sejarah dan bahkan cenderung melecehkan sejarah sebagai masa lalu yang tidak perlu dipikirkan.

Para generasi muda dan bahkan para pendidik di sekolah-sekolah menilai bahwa yang masuk jurusan sejarah tidak memiliki masa depan alia “Madesu” yaitu masa depan suram. Hal tersebut sangat membuat miris, mengingat sejarah adalah pengetahuan yang penting untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang terjadi di masa yang akan datang.

Minimnya pengetahuan dan kepedulian tentang sejarah telah membuat kerugian yang besar bagi negara ini. Peristiwa yang merugikan bangsa ini terjadi pada tahun 1989, dimana Arkeolog maritime asal Australia melakukan pengangkatan Benda Cagar Budaya secara illegal di Kepulauan Riau. Artefak yang dicuri itu berupa 140.000 keramik dan 225 logam mulia yang kemudian dilelang dib alai lelang Belanda seharga 15 juta dollar atau setara dengan 135 miliar rupiah saat ini.

Kerugian Indonesia akibat minimnya kepeduliantentang sejarah tidak berhenti sampai disitu saja karena pada tahun 1999 negara kembali dirugikan pencurian ribuan emas batangan dan 60.000 porselen Cina dari jaman dinasti Tang yang akhirnya berhasil dilelang senilai 40 juta dollar.

Kerugian akibat pelelangan Benda Cagar Budaya tersebut tentu sangatlah miris sekali mengingat banyaknya hutang yang harus dibayar oleh bangsa ini, belum lagi masalah korupsi membuat bangsa ini kian merugi. Kerugian tersebut tentu tidak boleh terulang kembali di masa yang akan datang.

Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan menanamkan rasa cinta kepada tanah air ini melalui pendidikan sejarah. Dengan mengetahui sejarah, tentu masyarakat akan mampu mengolah alam ini dengan baik, minimal memperkecil kerugian akibat pencurian dan pelelangan illegal oleh dan kepada pihak asing.

Pengatahuan sejarah akan membantu masyarakat memahami betapa Indonesia begitu kaya dengan warisan nenek moyang. Dapat dibayangkan, jika masyarakat dan pemerintah memahami sejarah perdagangan dan ekonomi bangsa ini dimana terdapat 30.000 kapal Cina yang berlayar ke Indonesia abad 10 hingga abad 20 yang tidak kembali. Kapal –kapal tersebut tentu membawa artefak yang sangat berharga untuk mengetahui hubungan dagang Indonesia-Cina sehingga dapat dimanfaatkan untuk menjadi pertimbangan dalam membangun hubungan dagang diwaktu yang akan datang.

Pengetahuan sejarah pun mampu membuat bangsa ini bangkit dari keterpurukan mental. Selama ini bangsa Indonesia rendah diri dengan menganggap bahwa mental bangsa ini adalah “mental budak” akibat penjajahan oleh VOC dan Belanda selama 350 tahun, padahal jauh sebelumnya mental Indonesia adalah mental pemimpin.

Mental pemimpin itu didapat saat Indonesia menjadi pusat kegiatan ekonomi di Asia tenggar dan merupakan pusat kekuatan Majapahit yang begitu besar sehingga tidak sepantasnya bangsa ini melulu dijajah. Kemampuan membangun mental dari peristiwa sejarah akan mampu menjadi kekuatan yang besar untuk kebangkitan suatu bangsa.

Bangsa Yahudi pun tidak akan melakukan zionisme jika mereka tidak ingat akan sejarah nenek moyang Yahudi. begitu juga dengan Indonesia yang harus mampu bangkit secara mentalitas melalui ingatan sejarah. Sudah seharusnya pemerintah dan masyarakat peduli akan sejarah bangsa ini karena dengan memahami sejarah bangsa ini maka kerugian materil dan moril akan dapat dikurangi.

Peristiwa yang terjadi di Pacitan menunjukan bahwa masyarakat masih memiliki kepedulian terhadap sejarah sehingga mereka menolak agar Monumen Jenderal Sudirman dilelang pada pihak asing, mengingat Jenderal Sudirman adalah salah satu pahlawan besar yang dimiliki Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah seharusnya memperhatikan dan membangun kembali pendidikan sejarah pada bangsa ini

(frialbanget.blogspot.com)

3 thoughts on “Cinta Sejarah, Cinta Indonesia”

  1. Salah tuh 350 tahun. Ga semua wilayah Indonesia sekarang dikuasai 350 tahun. Justru baru abad 19 VOC nguasain seluruh pulau Jawa. Bahkan, awal abad 18 masih ada 3 kerajaan yg berdiri dan tak terjajah di Sumatera, yaitu Kerajaan Aceh, Kerajaan Pagaruyung(Minangkabau), dan Kesultanan Riau.

    Kalo Majapahit, kekuasaannya tidak sampai seluruh Indonesia. Bahkan kerajaan Pasundan masih berdiri saat terjadi perang bubat. Di wilayah Kalimanatan pun hanya dikuasai di daerah pinggirnya.

    Reply
    • maaf ada kesalahan. pada kata “Bahkan, awal abad 18 masih ada 3 kerajaan yg berdiri dan tak terjajah di Sumatera, yaitu Kerajaan Aceh, Kerajaan Pagaruyung(Minangkabau), dan Kesultanan Riau.”
      saya mau nulis abad 19.

      Didasarkan dari perang aceh, perang sisingamangaraja, dan perang padri.

      Reply

Leave a Comment