Terkadang, sesuatu yang sepele dan hanya dibuang saja justru menghasilkan manfaat bagi orang banyak. Misalnya saja dalam proses pengolahan energi baru dan terbarukan (EBT). Sumbernya memang tidak dapat ditebak dengan mudah kemunculannya. Sesuatu yang biasa kita sebut sampah, ternyata dapat diolah untuk menggantikan konsumsi bahan bakar konvensional sehari-hari. Seperti yang dilakukan oleh rekan-rekan kita dari Grup riset FTUI di bawah bimbingan Prof. Adi Surjosatyo. Ya, di tengah kondisi pandemi yang penuh keterbatasan ini, mereka berhasil mengembangkan Mobile Biomass Gasifier 2.0 kapasitas 10 kWe dengan sekam padi sebagai bahan bakunya.
Sekam padi yang kita kenal sebagai limbah pertanian yang hanya menumpuk dan paling tidak dimanfaatkan sebagai abu gosok, kini bisa menjadi pilihan bagi mereka yang mulai beralih kepada energi ‘hijau’. Gaungnya sendiri memang belum terdengar sekeras pembangkit listrik dari batubara, diesel, panas bumi, dan jenis pembangkit lainnya. Namun, melihat beras sebagai makanan pokok di Indonesia dan besarnya produksi beras dari pertanian di Indonesia, teknologi ini sangat menjanjikan di masa depan sebagai alternatif pembangkit listrik yang dapat diintegrasikan dengan petani dan pabrik penggilingan beras di Indonesia.
BACA JUGA:Â FT UI Edukasi COVID-19 Lewat Game ‘Corona Go’
Grup riset FTUI mengaplikasikan ilmu-ilmu yang dipelajari selama perkuliahan di Fakultas Teknik seperti termodinamika, reaksi pembakaran, konversi energi, mekatronika, proses manufaktur dalam mewujudkan keberhasilan teknologi ini. Limbah sekam padi yang berasal dari pabrik penggilingan padi kemudian diproses melalui proses yang dinamakan gasifikasi. Gasifikasi merupakan suatu proses pengubahan bahan bakar menjadi gas yang terjadi di dalam reaktor gasifikasi dengan suplai udara yang terbatas. Sekam padi memiliki keunggulan dibandingkan dengan biomassa lainnya yaitu ukurannya relatif seragam.
Gas yang dihasilkan disebut dengan synthetic gas ini kemudian disaring sedemikian rupa sehingga menjadi gas yang bersih. Gas ini nantinya dapat dimanfaatkan secara langsung untuk pembakaran atau dimasukkan ke dalam mesin yang dikopel bersama generator untuk menghasilkan listrik. Kapasitas panas yang dihasilkan dapat mencapai 15 kWth sedangkan listrik yang dihasilkan mampu mencapai 10 kWe. Panas yang dihasilkan dapat digunakan untuk pengeringan sedangkan listrik yang dihasilkan dapat disalurkan ke rumah-rumah masyarakat.
Bagaimana, kalian pasti bangga dong atas usaha UI mewujudkan energi yang lebih hijau untuk negara kita? Yuk dukung terus pengembangan teknologi EBT di Indonesia!
BACA JUGA:Â Hebat, Mahasiswa FT UI Raih Juara Tiga Dunia Metal Cup 2020!